6. Ketahuan

1958 Kata
Sudah hampir satu bulanan kak Anka menjadi manager di perusahaan tempatku bekerja, selama itu pula aku belum pernah berpapasan dengannya lagi. Selain aku yang jarang di tempat tempat orang penting berada, orang sekelas manager juga jarang sekali masuk line, kecuali jika ada produk baru atau sedang ada masalah yang krusial di line. Aku mulai sedikit tenang, karena kemungkinan bertemu dengannya di pabrik juga kecil. Vian sempat menanyakan keanehanku yang gak mau lagi dia ajak ke koprasi karyawan depan, hanya jajan di kantin saja yang aku mau, padahal dulu sering banget ke koprasi, belanja bulanan pun seeing ke koorasi karena dapat diskon karyawan. Tapi aku jawab emang lagi malas saja, dan dia tak menanyakan lagi, aku memang belum cerita tentang kak Anka yang ada disini, gak ada yang memanggilnya seperti itu di sini, dia lebih dikenal dengan pak ganteng Umbara. Pagi ini aku sedikit terlambat, karena hujan semalam tidurku jadi terlalu nyenyak dan bangun kesiangan. Dengan berlarian aku masuk gerbang pabrik hingga tak menyadari ada mobil yang juga mau masuk dan mengklakson keras aku sampai jatuh terduduk karena kaget, gak ketabrak juga sih, macam di ftv ftv. Aku bangun sambil memegang dadaku yang berdecak kencang, sambil menunduk aku mengucapkan maaf berkali kali kepada si pengendara mobil tanpa memperhatikan orangnya. Aku langsung berlari begitu saja, waktu absen sudah mepet sekali. Sampai di line pun aku masih terengah engah karena berlarian. Breafing sudah dimulai, dengan gerakan halus aku nyempil di baris paling belakang. " Kesiangan ya" bisik Vian di sampingku. " Iya, belum sempat sarapan lagi" " jangan pingsan ya" "enggaklah" " cukup disini breafing kali ini, ada yang mau ditanyakan?" "enggak!!" "Oke kalo gitu, selamat pagi semangat bekerja" "semangat!!" kamipun membubarkan diri. "Aduh pantatku masih kerasa sakit nih" kataku sambil mengusap usap pantatku sambil menuju ke stand tempatku bekerja. "kenapa emang?" Vian sudah mulai membersihkan area kerjanya sebelum mulai running. " Tadi jatuh depan gerbang, ada mobil klakson dan aku kaget." "Lari larian pasti," "iya sih" "mau ke klinik aja?" "Enggak perlulah, paling bentar lagi juga hilang" konveyer sudah mulai jalan, percakapan kami pun terhenti dan fokus bekerja lagi, mengemas produk. Yang aku suka dari pabrik ini tu, suasananya yang kondusif, pas waktu kerja ya semua fokus kerja, tidak ada yang nyantai nyantai, mereka akan bergosip ria jika waktu istirahat saja atau stopline. Jadi tidak ada yang saling membebankan pekerjaannya ke karyawan lain sementara dia sibuk ngomong, sama sama bertanggung jawab dengan pekerjaannya. waktu baru menunjukkan pukul sembilan, tiba tiba saja terdengar bisik bisik, ini belum masuk waktu istirahat. Aku pun lihat kanan kiri, penasaraan ada apa hingga membuat line riuh bisikan. " Ada apa sih Nay" ternyata Vian juga penasaran. Aku hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu. Vian beralih tanya ke karyawan di samping satunya. "Ada apa mbak?" "Itu, pak Umbara keliling line, ada inspeksi mendadak kayaknya, wajahnya serius banget kaya nyari nyari kesalahan, tadi udah lewat line sini, sekarang baru di line sebelah," " Kok tumben, dia kan belum pernah begitu ya sejak dia disini." "iya, lumayan sih Vi, buat cuci mata. Kapan lagi bertemu pak Umbara" kata mbak itu berubah genit. Aku langsung merapatkan masker yang aku pakai, dan menunduk lebih dalam, pandangan fokus ke konveyor yang berjalan penuh dengan produk obat dan tangan terus sibuk mengemasnya. "eh, dia balik lagi kesini tuh, masuk ke ruang korlap" kata mbak itu lagi. Aku semakin takut mengangkat kepalaku, sementara yang lain sibuk ngelihatin kak Anka. Rasa tenang kemudian hilang seketika, tanganku langsung dingin dan berkeringat, jangan sampai kak Anka lihat aku disini. kuberanikan diri mengangkat kepalaku dan melihat ke depan ruang korlap yang hanya dibatasi kaca tranparan, Anka sedang sibuk membalik balik kertas sambil mendengarkan laporan korlap, tiba tiba saja kak Anka menoleh kearahku, aku langsung panik dan menundukkan kepala lagi. jangan sampai dia sadar bahwa ini aku tuhan, dia gak bisa mengenaliku kan, aku sudah pakai penutup kepala dan masker, hanya mata saja yang kelihatan. Suara bisik bisik masih terdengar, sepertinya kak Anka bertahan di ruang korlap, dia malah duduk di kursi korlap, sebentar lagi waktu istirahat, konveyor sudah mulai pelan dan malah ada yang sudah siap siap ke kantin, " ke kantin enggak Nay" tanya Vian sambil melepas sarung tangannya. "iya, aku kelaparan" perutku memang sudah terasa melilit minta di isi, tadi pagi hanya sempat minum s**u kotak saja. "Naya, bisa ikut saya sebentar?" tiba tiba pak korlap sudah ada di belakangku. "Bisa pak, kamu duluan aja Vi, ntar aku nyusul" yang lain juga sudah berhamburan keluar, Vian hanya mengangguk dan meninggalkanku. Aku makin panik, setelah mengikuti pak korlap menuju ke ruangannya, di dalam masih ada kak Anka, kok aku tadi iyain aja sih, kenapa gak kepikiran ada kak Anka disitu. "Ada apa ya pak?" tanyaku takut takut di depan pintu ruangan yang mau dibuka pak korlap, "pak Umbara mau ketemu kamu" jawab pak korlap datar. Aku masuk ruangan dengan kepala menunduk dalam, tanganku saling bertauan meremas, mencoba untuk tidak gugup dan gemetar, namun sepertinya tidak cukup berhasil. "Ini yang namanya Kanaya pak" kata pak korlap kepada kak Anka." saya tinggal ya pak" Aku jadi panik sendiri mendapati hanya berdua saja dengan kak Anka disini. kuberanikan diri untuk menatap padanya, dia masih menatapku intens, entah apa yang ada dipikirannya aku tak bisa menebak. Aku bingung harus berkata apa, cukup lama kami hanya diam dengan kak Anka yang terus menatapku hingga aku salah tingkah. " Kamu Naya kan?" tanyanya kepadaku. Aku membuka maskerku, "iya" jawabku dan lalu menunduk. " kenapa waktu diklinik langsung pergi aja, aku hanya keluar sebentar" aku hanya diam dan terus menunduk. "Aku cari kamu kemana mana Nay, aku hubungi medsos kamu juga gak pernah dibalas.Kamu baik baik aja kan?" katanya berubah jadi kesal. " iya, aku baik." jawabku pelan. " kenapa kamu bisa ada di sini Nay? dan sebagai karyawan produksi? sebenarnya apa yang terjadi Nay, aku nyari kamu ke rumah, dan kata tante kamu, kamu masih di luar negeri." " Aku ke toilet dulu ya" aku mencoba kabur dari kak Anka " Hey, kamu belum jawab pertanyaanku" kak Anka mencekal lenganku, dan langsung aku tepis. "Banyak orang kak, aku gak mau jadi bahan gosip" " jawab dulu pertanyaanku" katanya kesal " Nanti, enggak sekarang!" aku langsung keluar dan berlari ke toilet. Airmata yang tadi sudah terbendung sudah tak bisa kutahan lagi, mengalir begitu saja dipipiku, aku meengunci diri di toilet, melepaskan sesak dadaku dengan menangis. Setiap ada orang yang tanya 'kamu baik baik saja kan?' entah kenapa aku jadi teringat semuanya, dan aku tahu bahwa aku sedang tidak baik baik saja. cukup lama aku di toilet, setelah mencoba meredam tangisku dan mencuci muka, aku kembali ke line, kak Anka sudah tidak ada lagi di ruang korlap, dan karyawan lain sudah siap di tempatnya masing masing. "Darimana sih? aku cariin" tanya Vian setelah aku sampai di line. "toilet" jawabku singkat sambil memakai sarung tangan. " Tadi pak korlap ngapain?" " Cuma disuruh ngerapihin dokumen" jawabku berbohong. " Sembarangan amat sih, itukan waktu istirahat Nay," "Gak papa, cuma dikit kok" wajah Vian masih terlihat kesal karena waktu istirahatku telah d ambil pak korlap. Jam waktu makan siang, aku sudah tak berselera untuk makan, perutku sudah merasa tak enak perih melilit, karena telat makan, akhir akhir ini memang aku tidak begitu selera makan. "Dikit banget makannya Nay, itu belum abis" komentar Vian melihat pada nampanku yang masih tersisa banyak makanan, mungkin hanya sekitar tiga suap yang aku makan. "perutku gak enak Vi, kayaknya asam lambung naik lagi deh. Mual banget" jawabku meringis menahan sakit perut. " Kann...udah dibilangin berkali kali juga, udah tau punya riwayat sakit lambung, malah suka telat makan." Vian mulai ngomel. "gak sengaja Vi, tadi pagi kan telat bangun dan gak sempet sarapan." " tapi semalam gak makan nasi juga kan?" "heheh..iya sih" Vian berdecak kesal. "Abis ini ke klinik aja deh, gak usah masuk line, istirahat minum obat, ntar biar aku yang ngomong ke korlap." "iyaa" Habis dari kantin, Vian mengaantarku ke klinik, dia hanya mengantarkan saja, habis itu balik lagi ke line, hanya ada perawat jaga disana, katanya bu dokter sedang keluar ada keperluan dan nanti langsung pulang. Dia memberikan obat maag padaku dan menyuruhku untuk istirahat di ranjang. sakitku lumayan mendingan setelah minum obat, sampai aku bisa tertidur di klinik. Waktu aku bangun aku mendapati kak Anka yang sudah duduk di bangku perawat tadi, dan entah pergi kemana sang perawat, hanya ada aku dan kak Anka disini. Aku mulai was was, mencoba setenang mungkin dan memejamkan mata kembali agar kak Anka tak sadar jika aku sudah bangun. Duh, gimana aku bisa keluar dari sini, sementara kak Anka terus menungguiku. Aku masih belum ingin berbicara dengan kak Anka lagi. Jam berapa ini, Vian udah pulang belum ya. Aku berharap Vian menyusul kesini dan mengantarku pulang. Kudengar pintu dibuka dan seseorang masuk, " saya permisi dulu ya pak, sudah waktu jam pulang" ternyata dia suster yaang jaga dan masuk mengambil tas perlengkapannya. "Silahkan sus" " mbaknya apa saya bangunkan saja pak, bapak sudah menunggu daritadi" tawar sang perawat, aku sudah panik duluan dan mencoba lebih merapatkan mataku. " gak usah, saya akan menunggunya bangun sendiri, suster pulang aja gak papa" "baiklah kalo begitu, saya permisi pak" pamit suster itu dan keluar dari klinik. Ruangan kembali hening, hanya terdengar suara detik jarum jam dan sesekali suara kertas yang dibalik oleh Anka, entah membaca apaan. Kudengar suara pintu terbuka lagi, dan ada yang melangkah masuk. "Lho kok pak Umbara disini?" itu Vian yang masuk. aku sedikit bersyukur Vian akan menyelamatkanku dari Anka. " Iya, kamu sakit juga? susternya udah balik barusan" jawab Anka datar. " bukan pak, aku mau jemput temanku, dia yang sakit" kata Vian sambil meletakkan sesuatu di dekat kakiku. kupikir itu tasku. " Dia temanmu?" tanya Anka. "Iya, tadi asam lambungnya kambuh karena telat makan pak, emang susah dibilangin ni anak" kata Vian dengan suara yang kesal. "bangun Nay, udah sore" kata Vian sambil menggoyangkan lenganku, "Nay, bangun" kata Vian lagi. Aku membuka mata dengan sipit dan menguap, seperti orang bangun tidur. "jam berapa?" tanyaku pada Vian pura pura tidak melihat kak Anka. " Udah setengah lima, yang lain udah pulang daritadi nih tasmu udah aku ambilin dari loker, kita tinggal pulang aja." kata Vian sambil memberikan tasku. "Naya biar saya yang antar" kata kak Anka tiba tiba " Biar saya aja pak, nanti ngerepotin bapak, lagian rumah kita searah kok pak" tolak Vian. " Gak ngerepotin, dan memang ada yang mau saya tanyakan ke Naya" " Besok aja tanyanya, aku mau pulang" jawabku ketus. Vian memandangku bingung, mungkin dia mulai sadar bahwa aku kenal dengan kak Anka. " Oke seharian besok aku akan menungguimu di line dan kita ngobrol" jawab Anka yang mulai terlihat kesal. " Jangan gila!!" aku menatapnya kesal. "pulang aku antar atau besok aku tungguin di line" " Ada apa sih Nay?" tanya Vian bingung. "Naya pulang saya antar" kata kak Anka sambil menarik tanganku keluar klinik dan Vian mengekor di belakang. Aku menatapnya minta pertolongan. Anka terus menarik tanganku hingga ke parkiran. "Lepas kak, sakit" aku mencoba menarik tanganku namun tak di gubris oleh Anka yang kelihatan masih menahan emosinya. "Tolongin aku Vi" kataku pada Vian yang masih mengekoriku. Vian sedikit berlari dan mencegat Anka. "Ini ada apa pak? temenku mau dibawa kemana?" " saya hanya akan mengantarnya pulang, dan kita juga sudah kenal lama bukan begitu Kanaya Putri Pramono adik Kanaka?" jawab Anka sambil menatapku tajam. " gak papa Vi, aku bareng kak Anka aja" kataku pasrah. mata Vian langsung membesar melihatku dan Anka. " jadi dia Anka Anka yang kamu ceritain itu?" tanyanya tak percaya. " iya, makasih ya Vi" aku lalu masuk mobil yang sudah di bukakan pintunya oleh kak Anka. Tanpa pamit, kak Anka langsung masuk mobil dan peegi dari parkiran. Masih kulihat Vian yang terbengong di pinggir pakiran vian. kamu berhutang penjelasan kepadaku nay Vian mengirimiku pesan yang tak langsung kujawab.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN