PART 22

1504 Kata
Aura tidak sengaja bertatap-tapan dengan lelaki yang sangat malas untuk dia temui. Kalau dia bisa memilih sih lebih baik lelaki itu menghilang sekalian dari bumi. Lelaki tersebut tidak hanya datang sendirian tapi sepertinya bersama rombongan dan di dalam rombongan tersebut juga terdapat beberapa yang ia kenal sebagai teman lelaki itu juga dan sekaligus temannya.  "Hei! Kenapa kamu pegang-pegang saya kayak gini?" tanya Arka saat merasakan adanya tangan yang merangkul lengannya.  "Nggak papa. Mas diem aja nggak usah banyak protes. Kalau nanti ada yang tanya-tanya tentang kita nggak usah Mas jawab ya. Biar aku yang jawab semuanya," bisik Aura dengan menatap Arka memelas.  Arka yang tidak mengerti dengan perkataan Aura ingin sekali melepaskan rangkulan tangan Aura dari lengannya. Tapi setelah paham dengan maksud Aura ia malah menggenggam tangan Aura untuk lebih mengeratkan rangkulannya tersebut. Ya, rombongan tersebut mendekati Aura dan Arka. Arka yang mengetahui alasan Aura berlaku seperti ini langsung memberikan senyum penuh arti.  "Ih, Mas! Nggak usah modus deh," ucap Aura dengan mata membelalak dan ingin melepaskah tangan Arka.  "Sudah kamu ikuti apa yang saya lakukan aja. Kita kasih mereka pertunjukkan yang epic," ucap Arka dengan senyum smirk nya dan mengarahkan dagunya ke arah rombongan yang Aura maksud tadi.  "Ya udahlah. Aku harap dia nggak bertingkah aneh-aneh dan bisa diajak kerja sama," batin Aura dengan pasrah.  Rombongan tersebut mendekati Aura dan Arka yang sedang menunggu pesanan croffle yang Aura beli untuk mengemil saat menemani Arka makan. Aura mendongakkan kepalanya menatap Arka dan lelaki yang sedang ia gandeng sekarang ini hanya menganggukkan kepala kepadanya.  "Hai, Ra! Udah lama nggak ketemu ya," sapa salah satu perempuan yang Aura kenal dengan nama Bila.  "Hai, Bil! iya ya, hehe. Ketemunya di sini," jawab Aura dengan menerima uluran tangan Bila dan bersalaman dengan perempuan tersebut.  "Ada acara apa nih?" tanya Bila sembari menatap tangan Aura yang merangkul lengan Arka.  "Cuma jalan-jalan aja. Biasalah cari hiburan, Haha" jawab Aura dengan terkekeh, "Oh iya, Ini temenku SMA Mas," lanjut Aura dengan mengusap lengan Arka lembut.  "Arka!" ucap Arka dengan singkat, "Udah dipanggil untuk pesanan kamu," ucap Arka kembali dengan megeluarkan dompetnya dari saku celana dan memberikannya pada Aura. Aura yang awalnya bingung setelah Arka melepaskan rangkulan tangannya pada lengan lelaki tersebut dan ia menatap mata Arka, ia langsung sadar dengan maksud Arka dan mengambil dompet yang disodorkan oleh Arka. Lalu ia berjalan ke arah stan croffle yang ia pesan sebelumnya. Setelah sampai di depan kasir, Ia ragu untuk menggunakan duit Arka. Secara aja dia dengan Arka tidak sedekat itu. Lagian ini semua cuma sandiwara. Tapi dari tempatnya berada saat ini Arka masih berbincang-bincang dengan Bila bahkan sekarang sudah bersama rombongannya juga. Ya sudahlah dompet Arka lagian juga sudah berada di tangannya juga dan Arka pula yang menitahkan dompet itu untuk membersamainya.  "Aga!" ucap lelaki di hadapan Arka sekarang. Teman-teman yang dilansir oleh Aura sebagai teman SMA nya ini berkenalan satu perstu kepadanya. Tapi yang Arka tangkap tatapan lelaki yang baru saja berkenalan dengannya ini sedikit berbeda. Lelaki di hadapannya ini terlihat sinis dan angkuh dibandingkan yang lain.  "Ya sudah kalau begitu kami duluan ya, Mas. Mau ke food court dulu buat cari makan, Hehe," ucap Bila dengan cengirannya.  "Saya dan Aura juga mau cari makan di food court. Sekalian saja. Siapa tahu kalian ingin reunian sekalian," ucap Arka dengan senyum tipisnya dan menatap Aura yang sudah berjalan kembali ke arah mereka dengan bungkusan croffle di tangannya. "Wahduh Aura nya berkenan nggak nanti, Mas?" tanya Bila dengan senyum tidak enaknya. "Kenapa, Bil?" tanya Aura saat mereka sudah sampai pada perkumpulan mereka.  "Mas Arka ngajak kita makan bareng di food court, Ra. Tapi kitanya nggak enak takut ganggu kalian," jawab Bila dengan menatap Aura cemas. Aura langsung mendekat pada Arka dan meremas lengan Arka. "Gila banget nih orang! malah ngajakin kumpul jadi satu" batin Aura dengan senewen. Jelas saja ia tidak akan menyemprot Arka saat ini karena sandiwara mereka akan ketahuan dan perkupulan teman-temannya hanya akan menertawakannya nanti. Terlebih lagi lelaki yang sangat ia hindari akan sangat senang mengetahui hal tersebut.  Ke empat teman Aura sudah bejalan lebih dulu, Sedangkan Aura dan Arka mengikuti mereka dari belakang. Aura masih sebal dengan Arka. Ia tetap menggandeng lengan Arka tetapi ia mendiamkan lelaki itu.  "Kamu marah sama saya?" tanya Arka dengan berbisik.  "Nggak. Tapi Mas emang ngeselin jadi orang," elak Aura dengan mendengus.  "Nanti kamu traktir aja mereka pake uang saya. Dompet kan juga masih di kamu," ucap Arka dengan santai.  "Ngapain sampai mau traktir mereka segala sih, Mas? Mereka juga ke sini pastinya bawa uang," ucap Aura dengan gemas.  "Ya siapa tahu kalian mau ngobrol-ngobrol," jawab Arka dengan menaikkan alisnya.  "Justru aku minta tolong Mas tadi buat kayak gini biar ada alsan buat nggak kumpul sama mereka," elak Aura dengan menghela napasnya.  "Ya sudah karena terlanjur begini. Traktir aja sekalian," perintah Arka dengan mengusap tangan Aura lembut berusaha memberikan ketenangan pada perempuan di sampingnya tersebut. Arka tahu sedari tadi Aura sebenarnya gelisah.  "Terserah Mas aja deh. Duit juga duitnya Mas," ucap Aura dengan pasrah.  "Udah senyum lagi dong. Marah-marah mulu kerjaannya," ucap Arka dengan mencubit pipi Aura.  Aura sontak terkejut dengan perlakuan Arka. Ia tidak menyangka Arka melunak seperti ini. Entah kenapa ia bersyukur juga ada Arka saat ini. Jadi ia merasa aman karena memiliki backing-an. Ia tidak bisa membayangkan jika bertemu mereka dalam keadaan sendirian.  Akhirnya mereka memilih untuk makan di Restoran All you can eat. Aura yang tadinya tidak ingin ikut makan mau tidak mau jadi ikutan juga. Mereka saling membuka obrolan dan nostalgia saat-sat masa sekolah dulu. Namun situasi menjadi tidak enak saat lelaki yang bernama Aga tiba-tiba menanyakan soal hubungan Aura dan Arka. Suasana yang tadinya hangat menjadi senyap. Untungnya Hilman yang paham dengan situasi yang tidak mengenakkan ini langsung mengalihkan pembicaraan ke arah yang lain.  Acara makan-makan mereka akhirnya selesai juga. Arka yang memang memiliki niat akan mentraktir teman-teman Aura langsung meminta dompetnya dari Aura. Aura yang paham pun langsung mengeluarkan dompet Arka dari tasnya dan ikut beranjak dari kursinya untuk mendampingi Arka ke kasir. Lebih tepatnya sih ia menghindari sendirian dalam bercengkrama dengan kumpulan teman-temannya.  Setelah terpisah dari rombongan teman-temannya, Aura langsung melepaskan rangkulan tangannya dari lengan Arka. Arka langsung mengerutkan keningnya.  "Mampir ke ATM bentar ya, Mas," ucap Aura tanpa melihat Arka dan menunggu jawaban Arka. Dia langsung berjalan cepat ke arah ATM center yang ada diujung lantai tiga ini.  "Jalan bareng saya!" perintah Arka setelah menarik tangan Aura.  Aura mengerutkan keningnya, "Maksudnya, Mas?"  "Kamu jalan di samping saya. Bukannya mendahului atau pun di belakang saya," ucap Arka dengan tegas. "Haruskah?" tanya Aura dengan ragu.  "Terserah kamu. Tapi teman-temanmu masih di sekitar sini kan? Siapa tahu kita ketemu lagi," balas Arka dengan datar.  Aura langsung dengan spontan celingukan mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Benar juga kata Arka. Teman-temannya masih berada di sekitar sini. Bisa-bisa percuma saja sandiwara yang mereka lakukan tadi. Dari yang tadinya terlihat seperti pasangan so sweet malah menjadi seperti musuhan.  Setelah sampai di depan ATM center, Aura langsung berjalan ke salah satu mesin dari suatu bank berwarna biru. Ia mengambil uang cash secukupnya. Lalu ia memberikan 7 lembar uang seratus ribuan kepada Arka. Tentu saja uang tersebut ditolak mentah-mentah oleh Arka.  "Simpan aja!" ucap Arka dengan singkat namun datar.  "Tapi, Mas. Mereka kan teman-temanku jadi biar-" ucapan Aura tidak sampai selesai karena uang yang diberikan Aura sudah dimasukkan ke dalam tas Aura.  "Saya tidak akan menerima uang dari kamu. Kamu tabung saja," perintah Arka dengan tegas, "dengan kamu yang seperti ini malah menjadikan harga diri saya sebagai laki-laki jatuh seketika".  "Mas!" ucap Aura dengan frustasi.  "Dengan saya traktir teman-temanmu nggak akan menjadikanmu hutang budi sama saya juga. Sudah nggak usah dipikirkan," ucap Arka dengan menatap dalam Aura, "Saya pulang bareng kamu!" "Hah? Kan ada Mbak Ghina sama Mas Bara. Kok jadi bareng sama aku?" tanya Aura dengan linglung.  "Ghina dan Bara nggak bawa kendaraan tadi. Kunci mobil juga udah dibawa Bara," jawab Arka.  "Ya udah sih kita susul aja sekarang. Aku tanya Mbak Ghina dulu deh posisi mereka sekarang ada dimana baruan," ucap Aura sembari mengeluarkan hand phone nya dan akan menghubungi Ghina.  "Nggak usah. Mereka udah balik duluan karena Bara ada urusan kantor mendadak," ucap Arka dengan mencegah Aura menelpon Ghina.  "Mas tahu darimana? Nggak usah ngakalin aku deh, Mas!" ucap Aura dengan menatap tajam Arka.  "Bara tadi chat saya kayak gitu," ucap Arka dengan senyum smirk nya.  "Kenapa nggak bilang tadi? kan bisa pulang duuan kita dan nggak perlu makan sama temen-temenku sampai harus traktir mereka pula," omel Aura dengan panik.  "Kan ada kamu. Makanya saya bilang bareng untuk pulangnya," ucap Arka dengan tenang.  "Naik Oh-jek aja ya, Mas" ucap Aura. "Emangnya kenapa kalau saya bareng kamu?" tanya Arka dengan melipat kedua tangannya di d**a.  "Nggak efektif aja. Kan habis itu harus pesen Oh-jek lagi buat sampai rumahnya," ucap Aura dengan sewot.  "Siapa juga yang pulang ke rumah. Kamu antar saya balik ke kantor," ucap Arka dengan enteng, "Ayok kita balik! Ntar maghriban di kantor saya aja". "Sekali menyebalkan ya tetap aja menyebalkan! Apanya yang kamu harapkan dari dia, Ra? Cukup sudah berharap dia mau berdamai denganmu" batin Aura sebal. TBC 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN