“Terus, kalau lo sama gue sama-sama nggak mau, lo pikir kita sama-sama bisa lepas gitu aja? Lo pikir kalau lo lapor polisi, cuma gue yang bakal diadali? Lo pikir lo nggak akan sama-sama kena jerat hukum yang sama? Secara, teknisnya lo yang memang nyetir dan ada di depan kursi kemudi.” Rayya sepertinya menaikan nyalinya, menantang Naya yang membawa-bawa perkara polisi sejak awal pembicaraan mereka. “Dan lo pikir, kalau kita sama-sama diadili, siapa yang bakal terima hukuman lebih besar? Harusnya lo bisa memperkirakan, kan? Lo bisa memperhitungkan dan menilai, secara lo yang mahasiswi hukum di sini.” Rayya terus menyerang Naya, begitu melihat raut kecemasan mulai tampak di ekspresi wajah saudarinya itu. “Bukan cuma itu, lo juga masih harus mikirin. Gimana nasib adek lo nanti? Kalau lo sama

