“Intinya gimana? Menurut kamu Naya suka nggak sama Krist? Atau, mungkin nggak buat keduanya saling suka begitu?” Rinka bersuara lagi ketika putrinya itu mulai keluar dari topik inti pembicaraan mereka, atau lebih tepatnya apa yang Rinka pertanyakan di awal. “Tadi yang kita bahaskan soal itu, bukan soal penilaian kamu Mama bisa dipercaya apa nggak.” Tyas tersenyum tipis, melihat reaksi ibunya yang menurutnya mengemaskan. “Ya Tyas kan harus menilai dulu apa yang Mama bilang itu valid atau nggak, baru habis itu bisa kasih kesimpulan apa Naya memang bisa suka sama Kakak atau nggak, Ma…” “Ck, memangnya harus sampai kayak gitu? Nggak cukup dengan Naya yang nangis karena Krist? Itu bisa jadi bukti, kan? Itu aja udah cukup jelas, kan? Buktinya Naya nggak bisa jawab pertanyaan kami soal kenapa

