“Kenapa suara jantung kamu keras banget?” “Eh?” Saat itu Naya masih belum menyadari, atau belum terhubung dengan daya pikirnya yang sebenarnya. Masalahnya posisi mereka berada dalam pelukkan satu sama lain, setelah tadi mereka sempat memperdebatkan apalah itu yang sebenarnya tidak penting juga, Dan pikiran Naya yang masih melayang kemana-mana tiba-tiba menerima ucapan macam itu, tentu saja dirinya perlu memproses semuanya di kepala hingga Naya kemudian mengerti akhirnya. “Suara jantung kamu keras, saya bisa denger dari posisi kita sekarang.” Saat itulah Naya baru sepenuhnya sadar apa yang Krist maksud, namun di saat yang bersamaan juga tak sadar dengan apa yang dilakukannya, yaitu melepaskan—atau lebih tepatnya mendorong tubuh Krist yang untungnya jatuh ke ranjangnya yang empuk. “Auwh

