“Lihat? Kalian lihat, kan? Mama lihat? Kamu lihat, Nay?” Seru Krist, bersuara di tengah keheningan yang mengisi di antara mereka. Dua wanita yang berada tak jauh di sana perlahan berangsur memperlihatkan ekspresi wajahnya. Terbata, sang Mama bergerak menghampiri Krist dengan tatapan tak percaya. Wanita paruh baya itu langsung berhambur memeluk putranya ketika refleksnya kembali seperti semula. “Krist...” “Mama lihat, kan? Mama lihat aku bisa pindah sendiri sekarang. Hm?” Rinka mengangguk. Mengangguk haru mengusap, mengelus, membelai kepala putranya sayang. Sementara Naya, gadis itu masih berdiri di tempat yang sama dengan pikiran dan benak yang penuh berbagai macam hal, hingga Naya sendiri tidak tahu sebenarnya apa yang begitu banyak dipikirannya. Pertama, hati Naya rasanya ingin mele

