“Sebentar lagi udah waktunya untuk makan malam lho, Tan. Dan Mas Krist nggak keluar juga dari kamarnya atau nggak ada yang masuk ke kamarnya kecuali waktu makan siang tadi. Waktu pelayan-pelayan itu nganterin makan siang untuk Mas Krist karena Mas Krist nolak untuk makan sama-sama di meja makan.” Rayya menarik napasnya, sebelum melanjutkan ucapannya yang panjang-lebar. “Tante nggak takut Mas Krist kenapa-kenapa? Atau butuh sesuatu gitu misalnya. Ke kamar mandi? Memang Mas Krist bisa ke kamar mandi sendiri?” Rinka menarik napasnya panjang. Bagaimanapun sebenarnya Rinka memang mulai cemas karena putranya itu enggan keluar kamarnya, dan itu diperkuat dengan Krist yang hanya mengizinkan beberapa pekerja rumah untuk masuk ke kamarnya saat mengantarkan makan siang tadi. Tapi karena ucapan Rayy

