ADA UDANG DIBALIK TEPUNG.

1414 Kata
“Sekarang saja kamu lapornya,” jawab Andi yang menyuruh Bayu untuk lapor ke kepala sekolah.   Bayu mengambil map lalu bertanya, “Di mana kepala sekolah?”   “Ada di ruangan sebelah,” jawab Andi.   Bayu akhirnya pergi ke ruangan kepala sekolah yang berada di sebelah ruangan guru tersebut. Sebelum masuk ke ruangan kepala sekolah Bayu mengetuk pintu. Namun tidak ada jawabannya sama sekali. Tanpa aba-aba Bayu masuk ke dalam.   Sementara si kepala sekolah masih mengecek email dari perusahaannya. Bayu akhirnya mengeluarkan suara beratnya. Sangking beratnya Bayu harus menahan beban pagi ini.   “Selamat pagi pak,” sapa Bayu.   Pria yang masih mengecek email itu sangat terkejut sekali. Pria itu langsung mengangkat kepalanya dan melihat Bayu.   “March Anderson,” seru Bayu. “s****n lu.”   March hanya terkekeh mendapat makian dari Bayu. March menatap wajah Bayu dengan seksama, “Ngapain lu di sini?”   Bayu menyerahkan CV nya ke March dan berkata, “Aku mau mendaftar menjadi dewan guru.”   Setelah mendapat pengakuan dari Bayu. March hanya menggelengkan kepalanya. March hanya menghela nafas, “Apakah kamu mau menjadi guru biologi?”   “Memangnya ada lagi ya?” tanya Bayu.   “Hmmp... Enggak cuma Bu Amel mengundurkan diri dari dewan guru. Bu Amel ingin fokus pada keluarganya,” jawab March.   Bayu menganggukkan kepalanya tanda setuju. Entah kenapa March merasa ada yang curiga sama dengan Bayu yang tiba-tiba saja masuk.   “Kenapa kamu tiba-tiba saja mendadak jadi guru biologi?” tanya March yang curiga.   “Lihat saja nanti.”   “Terserah dech apa maumu.”   “Katanya kamu menghilang dari peredaran pasar?”   “Jangkrik!!!” maki March ke Bayu.   “Memang enggak ada akhlak sama ketua ya?” tanya Bayu yang dingin.   “Lu yakin mau ngajar biologi?”   “Yakinlah.”   “Kalau begitu mana CV-nya?”   Bayu menyerahkan data dirinya yang dibuat semalam. Bayu akhirnya keluar dari ruangan kepala sekolah yang tidak memiliki akhlak itu.   “Bayu,” panggil March yang mencari keberadaan Bayu. “Dasar bongkahan es batu.”   Lalu March membuka data diri Bayu. March mulai mengecek satu-satu pendidikan yang berada di CV-nya itu. Matanya membelalak sempurna dan terkejut. March tidak menyangka kalau Bayu sudah meraih S2 di Harvard. Bagi March itu tidak sesuai dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan itu.   “Haduh... Bagaimana ini? Nilai Bayu memang bagus untuk menjadi bos di Asco. Ini malah mendaftar menjadi guru,” keluh March.   Ceklek.   Pintu terbuka.   Andi melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam. Andi segera menutup pintu ruangan kepala sekolah. Andi mengerti apa yang dirasakan oleh March.   “Ada apa?” tanya Andi.   “Apakah kamu merekomendasikan tentang lowongan pekerjaan ini ke Bayu?” tanya March balik.   “Ya itu benar,” jawab Andi.   “Kamu salah cari orang. Bagaimana bisa es balok mengajar biologi? Yang ada hanyalah keributan bagi seluruh siswa,” tanya March.   “Yang kamu katakan itu benar. Kalau nyari sekarang enggak mungkin toh? Lagian juga Shubuh Amelia ngasih tahu secara mendadak. Dan pagi ini Amelia pulang kampung bersama suaminya. Sebentar lagi ada ujian? Terus kita harus bagaimana lagi?” tanya Andi yang mulai serius.   “Nasib... Nasib... Jadi kepala sekolah gini ya? Ah... Rasanya aku pengen jadi mata-mata saja,” keluh March.   Andi terkekeh melihat kelakuan March. Pagi ini March dikejutkan dengan keluarnya salah satu guru yang paling lembut. Terus pagi-pagi bongkahan es batu datang dengan menyerahkan CV. Yang di mana bongkahan es batu itu tidak mempunyai riwayat kelulusan jurusan IPA. Malah memaksa untuk dijadikan sebagai guru.   “Sepertinya aku juga harus menerimanya. Tapi aku merasa ada udang di balik tepung,” sahut March.   Jam 7 kurang 10 menit Rani dan Icha sudah sampai sekolah. Mereka segera masuk ke dalam ruangan kelasnya. Saat mereka masuk ada seorang siswa yang memanggilnya.   “Rani... Icha...,” panggil Daffa.   Mendengar suara Daffa mereka segera menoleh dan melihatnya. Kemudian Rani menyapanya kembali dan Icha menjadi kesal.   “Hai... Daffa,” seru Rani.   “Bisa enggak nanti siang istirahat sama aku?” tanya Daffa yang memohon.   “Bisa,” jawab Rani dengan cepat.   “Ya udah dech nanti aku jemput di depan kelasmu,” sahut Daffa.   Rani menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju. Mereka langsung menuju ke ruangan kelasnya yang berada di lantai tiga. Sepanjang perjalanan Rani melihat Icha yang sangat kesal. Ranie menghentikan langkahnya kemudian melihat Icha, “Kenapa kamu kesal?”   “Kamu tahu itu siapa?” tanya Icha secara terang-terangan.   “Aku enggak tahu. Dia adalah anak orang kaya,” kata Rani.   “Sini aku bisikkin sesuatu,” pinta Icha.   “Sebenarnya sih ada apa? Kok kamu pake rahasia-rahasiaan segala?” tanya Rani yang mendekati Icha.   Icha semakin mendekati dirinya lalu membisiki sesuatu, “Kamu tahu siapa Daffa? Daffa adalah adiknya si ulat keket itu.”   “Masa Iya?” pekik Rani.   “Iya itu benar. Makanya aku benci banget sama dia,” ucap Icha.   “Tapi bolehkan aku istirahat sama dia?” tanya Rani.   Icha menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju, “Aku enggak setuju jika kamu istirahat sama Daffa.”   “Terus bagaimana?” tanya Rani yang tidak mau menyakiti hati Icha. “Masalahnya aku sudah janji sama dia.”   “Kalau begitu aku ikut,” pinta Icha.   Kemudian Rani menyetujui permintaan Icha. Lalu mereka melangkah pergi dari sana. Sesampainya di kelas Rani diributkan oleh teman sekelasnya.   “Rani... Icha,” panggil Lia.   “Ya,” jawab Rani dan Icha secara serempak.   “Kamu tahu kalau Bu Amel mengundurkan diri dari sekolah?” tanya Lia.   Mereka berjingkat kaget karena mendengar pengakuan dari Lia.   “Ini tidak mungkin,” seru Rani.   “Mungkin. Kalau begitu tanya saja sama Mr. March,” sahut Rini.   “Ya kita telah kehilangan ibu guru kita yang paling sabar banget untuk menghadapi kelas ini,” ujar Rani yang sendu.   “Apakah kita enggak dapat pengganti?” tanya Icha. “Sebentar lagi ujian semester ganjil akan dilaksanakan.”   “Entah,” jawab Ria dengan lesu.   “Ya udah dech. Lebih baik kita berdoa,” celetuk Icha.   “Maksudmu?” tanya Rani yang bingung dan menaruh tasnya di meja.   “Semoga kita mendapatkan pengganti Bu Amel yang bisa menghadapi kelas rusuh ini,” jawab Icha dengan bangga.   Lia dan Ria menggelengkan kepalanya karena melihat kelakuan Icha. Selama ini kelas 2 IPA 3 adalah kelas yang rusuh bahkan sangat rusuh sekali. Siapa lagi kalau bukan pelakunya? Pelakunya adalah dua orang yang bernama Icha dan juga Rani. Meskipun pembuat rusuh Rani dan Icha adalah dua orang siswi yang mempunyai otak genius. Sudah dua kali Andi mengirimnya ke luar negeri untuk mengikuti lomba Sains. Dan nilainya membuat bangga orang tua, sekolah dan juga negara.   “Semoga dapat yang terbaik,” lirih Rani.   Beberapa saat kemudian bel pun berbunyi. Mereka bersiap untuk turun dan melakukan upacara bendera. Dan kelas 2 IPA 3 adalah petugas upacara. Sebelum melakukan upacara mereka melakukan gladi bersih. Meskipun upacara dilakukan di lingkungan sekolah. Namun mereka tetap melakukan dengan profesional.   Setelah melakukan upacara mereka akhirnya kembali ke kelas. Mereka duduk di meja masing-masing dan membuka buku biologi.   Bayu yang menghadiri upacara bendera sangat senang sekali. Bayu segera mengambil materi yang akan dijelaskan. Sebelum berangkat ada yang menepuk pundaknya. Bayu hampir saja berjingkat kaget.   “Sukses bro,” ucap Saga yang sedang membawa buku pelajaran.   “Untung buku ini tidak terbang,” ujar Bayu yang melihat Saga. “Kenapa lu ada di sini juga?”   “Oh aku lupa. Aku adalah guru kimia,” jawab Saga.   Bayu hanya menganggukkan kepalanya dan terkejut, “Apa! Kamu guru kimia?”   “Iya,” jawab Saga yang cengesesan.   “Memangnya kamu sudah bosan di lab?” tanya Bayu.   “Enggak. Aku hanya menawarkan diriku untuk memberikan reaksi kimia yang sesungguhnya,” jawab Saga. “Mau ke mana?”   “Tidur di kelas dua ipa tiga,” jawab Bayu asal.   “Wow... Beruntung sekali mereka mendapatkan guru yang sangat tampan sekali,” puji Saga.   “Memangnya kamu tidak tampan?” ejek Bayu.   “Ya... Aku sangat tampan sekali. Bahkan aku sudah mengumpulkan fansku sendiri,” jawab Saga.   “Oh... Jadi begitu. Kamu ikut mengajar di sini hanya untuk melihat anak-anak sekolah?” tanya Bayu yang curiga.   “Ya itu benar. Sekali-sekali cuci mata,” jawab Saga.   “Dasar s****n lu. Ternyata March diam-diam mempunyai saingan ya?” kesal Bayu yang meninggalkan Saga.   Sebenarnya Saga sendiri tidak bermaksud melihat anak-anak perempuan. Saga masuk ke sekolah sini ternyata habis putus dari pacarnya. Makanya Saga mencari kesibukan lainnya agar dirinya bisa melupakan sang mantan itu. Jawaban yang diberikan oleh Bayu adalah jawaban yang asal. Jujur saja Saga sangat takut kalau ketahuan oleh Bayu setelah putus.                      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN