Teman Laknat

1027 Kata
“Lo juga ikut ya, La!” Panik Gita melihat sahabatnya datang sudah dengan muka sangar. Ia menggaruk kepala yang tak gatal. Entah ini karena dia yang keterlaluan atau karena Agatha yang ceroboh? Agatha menghampiri meja Gita dengan penuh emosi yang siap untuk dikeluarkan. Dia sudah menahan u*****n sepanjang perjalanan tadi, sekarang waktunya ia keluarkan. “GITA! LO SENGAJA YA!” Agatha menggebrak meja di depan Gita. Gita terlonjak kaget. “Astaga neng Ara, sabar atuh. Sini duduk dulu minum coca-cola, nih gue kasih free buat neng Ara.” Bukannya tenang Agatha justru bertambah marah. “SABAR! SABAR! LO BILANG SABAR?!” Teriak Agatha lagi. Gita mengelus d**a mendengar teriakan Agatha yang begitu nyaring. Sementara teman sekelasnya sudah biasa mendengar teriakan teriakan semacam itu pun tak menggubris mereka ataupun terganggu dan kebetulan kelas mereka juga sedang ramai dengan sorak-sorakkan anak cowo yang sedang main game di bagian pojok. “Salah mulu,” gumamnya serba salah. “LO TAU GAK-“ “Gak tau, Ra,” sela Gita dengan tampang polos, padahal Agatha belum selesai berbicara. Agatha berdecak keras. “Gue belum selesai ngomong ya!” Dongkolnya. Gita terkekeh canggung, dia sengaja sebenarnya. “Ya, maaf ya neng. Sok atuh lanjutin,” ucap Gita dengan pasrah. “Kenapa lo gak bilang itu toilet buat cowo, Gita! Gara-gara lo gue harus nahan malu tau gak!” Bahkan sampai sekarang malu itu masih Agatha rasakan. “Em, hehe itu-itu perkenalan sekolah Ra, biar lo ada pengalaman unik di sekolah ini, ya kan La, Key.” Gita beralih pada dua sahabatnya itu meminta pembelaan. Dengan enteng Keysia malah menjawab, “Gak, Ra! Marahin aja tuh anak.” Mata Gita melotot lagi. Keysia sialan. “Iya, Ra. Kita gak ikut-ikutan.” Kini giliran Clara yang memprovokasi. Sungguh teman laknat, tidak tahu diri. Padahal tadi mereka juga ikut tertawa bersama, umpat Gita dalam hati. Gita memandang kesal Clara yang saat ini sedang menampilkan smirk andalannya. “Perkenalan apa! Tau gak sih, gue malu banget gara-gara lo, Gita! Tadi gue malah nyalahin kakak kelas itu, Mommy! Kakak kelas sombong itu pasti lagi ketawain gue. Huaaaa! Mau taruh di mana coba muka gue, Gita!” sungut Agatha seperti ingin menangis. Gita jadi merasa bersalah. “Tenang aja kok, muka lo aman Ra, itu masih ada.” Tangan Gita menunjuk wajah Agatha dengan tampang polosnya. Gita sungguh tidak mengerti perumpamaan?! Amarah Agatha bukannya menurun, jsutru makin di atas ubun-ubun. Saat Agatha hendak ingin memarahi Gita, Clara menyela duluan. Kebiasaan. “Kakak sombong siapa?” Sahut Clara tiba tiba. Dia juga ikut mendengarkan omelan Agatha pada Gita. “Lupa namanya siapa, tau ah males! Tadi juga gue tanya perpustakaan dimana, eh dia malah pergi gitu aja padahal niat gue ‘kan mau nanya doang! ” kesal Agatha. Gita mengelus dadanya lalu memberi kode untuk Agatha sabar. “Kak Dion?” Agatha merotasikan bola matanya. Kesal sendiri. Kenapa semua cowok di muka bumi ini Keysia anggap Kak Dion. Dasar benar benar bucin! “Bukan ih! Kak Dion mulu dipikirannya,” Sebal Agatha. Maklum emosinya masih terbawa. Keysia merasa tersinggung. “Dih! Biarin, wle! Kak Dion bakal selalu ada di pikiran gue sampai jodohnya dia itu gue!” Pernyataan mutlak Keysia sontak membuat ketiga sahabatnya menggeleng tak habis pikir. Gita pun pura-pura ingin muntah ketika mendengarnya. “Pede banget dia jodoh lo, siapa tau dia jodoh orang lain bukan jodoh lo. Jangan terlalu berharap, Key,” ucapan Clara cukup membuat Keysia tercubit hatinya. Gita terkekeh melihat wajah masam Keysia. Padahal Keysia sakit hati beneran loh! “Kok gue bisa punya temen pedes banget ya mulutnya! Lo mending jangan makan cabe sering-sering deh La, Bahaya buat jodoh lo, nanti dia kabur duluan lagi pas denger suara lo yang pedesnya melebihi bon cabe level 30!” Sindir Keysia. Ya, meski pendiam, namun sekali berbicara Clara bisa mengundang cabe-cabe berserta tante-tante girang di sekitar mereka untuk memakinya. Kalau kata Keysia, Clara lebih cantik jika tidak berbicara. “Keysia salah. Bon cabe masih kalah pedesnya sama, Lala.” Agatha mengoreksi perkataan Keysia. “Makanya cari pacar, La. Biar lebih manisan dikit tuh mulut. Ada Kak Vino juga, malah dicuekin, kasian anak orang hahaha..,” seru Gita. Mood Keysia berubah seketika, dia tertawa terbahak-bahak. Dia jadi teringat kejadian itu. Kejadian dimana Clara melempar kotoran hewan ke muka Vino, karena tidak sengaja. Sungguh itu momen yang membuat sekolah menjadi gempar! “Vino siapa?” Keysia menjelaskan siapa sosok Vino dengan girang pada Agatha. *** KRINGG!! Agatha me-renggangkan tangan dan kakinya yang kaku sehabis mengerjakan soal-soal yang harus mereka selesaikan pada hari itu juga. “Akhirnya selesai juga, huh!” ”Kenapa pake ada tugas segala sih dari Pak Dandi. Gue kira tadi gak ada tugas ternyata banyak banget, ish!” Gita kira dia akan bersantai-santai. Baru saja niatnya ingin tidur tiba-tiba saja Renald datang dengan kabar buruknya. Pak Dandi memberikan dua puluh soal berserta turunannya untuk di kerjakan dan di kumpulkan pada hari itu juga. Sungguh menyebalkan. “Kalo gini mending Pak Dandi masuk deh, kalo dia masuk paling cuma cerita cerita doang gak bakal ada tugas.” Keysia ikut menggerutu. Jam pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu, tetapi mereka, kelas sepuluh ipa dua belum juga ada yang keluar dari kelasnya sebab tugas mereka belum selesai. Masih ingat ‘kan jika di sekolah mereka tidak boleh ada pr atau pekerjaan untuk hari esok, alhasil mereka harus mengumpulkan hari ini. “Kasih Renald sana tugasnya,” ujar Clara tidak ikut menggerutu. Cewek itu sibuk merapikan buku-buku yang berserakan di meja di masukkan ke dalam tas hitamnya. Tas tenteng yang nantinya akan dia taruh di loker. Meski sudah membuat tangan Clara keram, dia masih bisa menerima. Begitu juga dengan Agatha yang masih bisa menerima hal itu, sebab entah menurut kalian aneh atau tidak, namun Agatha senang jika di kasih tugas, hehehe. Menurutnya lebih menyenangkan berkutat dengan tugas dari pada bermain ponsel yang kadang kala membuat mata Agatha sering memerah karena pancaran radiasi dari ponsel. “Kumpulin dulu semua bukunya La, nanti gue yang panggil Renald.” Keysia berlalu di hadapan mereka. Renald memang sedang menemui wali kelasnya maka dari itu Keysia harus memanggilnya sebelum Bu Siska menceramahinya yang pasti akan memakan waktu yang cukup lama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN