Kak Dion

1041 Kata
”Mau bareng?” Tawar Dion mengalihkan pembicaraan mereka. Sudut bibir Agatha ketarik. “Emang boleh, kak?” Kenapa dia bisa tahu isi pikiran Agatha? Padahal Agatha kan belum memintanya sama sekali. Tapi ya sudahlah, justru bagus dong dia tidak usah repot repot mencari alasan, pikir cewek itu. “Hm, ayo.” Yeayy! Agatha kembali mengikuti langkah kaki Dion dari belakang. Mau gimana lagi, Agatha benar-benar kehilangan arah di sekolah ini. Biarlah kakak kelas di depannya ini menganggap Agatha merepotkan atau apalah, yang penting dia bisa bertemu dengan teman-temannya di kantin. Tidak kesasar dan kehilangan arah seperti anak hilang. Mereka keluar dari ruang loker. Agatha mengamati dan menghafal baik-baik letak ruangan ruangan yang kini mereka lewati. “Ini gedung kantin.” Agatha terperangah melihat kantin yang ternyata memiliki gedung juga. Gedung itu memiliki tiga lantai dan warnanya senada dengan gedung-gedung lain yang ada di sekolah ini. Dominan abu-abu. Terasa begitu modern di setiap bangunannya. Agatha jadi merasa bangga bisa sekolah di tempat elite seperti ini. Dia yakin teman temannya pun merasa bangga bisa sekolah di tempat ini. “Lo, kelas sepuluh?” Agatha menoleh ke Dion. Sebagai balasan Agatha hanya menganggukan kepala. “Kantin untuk kelas sepuluh ada di lantai tiga, ikut gue.” Dion bergerak melewati Agatha, cewek itu pun mengikuti dari balik punggung Dion. Sesekali mengamati beberapa ornamen ornamen yang di pajang di atas tembok tangga. Lagi, mereka naik tangga menuju lantai terakhir yaitu lantai tiga. Kalau lantai tiga adalah kantin khusus kelas sepuluh apa mungkin bisa Agatha simpulkan lantai dua adalah kantin khusus kelas sebelas dan lantai satu khusus kelas dua belas? Tapi mengapa semua angkatan selalu dipisah seperti ini? Gedung kelas saja sudah di pisah dan sekarang, kantin pun dipisah? Sungguh mengesankan. Tapi ya gitu kesempatan untuk berinteraksi dengan kakak kelas menjadi semakin kecil. Tidak ada lagi adik adik kelas yang biasanya tebar pesona saat di kantin, karena hanya angkatan meraka saja yang ada di lantai itu. “Ini kantin khusus kelas sepuluh, mungkin temen temen lo-“ penjelasan Dion harus terpotong oleh sebuah suara cepreng dan nyaring milik Gita. Ya, Agatha hapal sekali pemilik suara ini. “AGATHA!” Teriak Gita. Dari sini Agatha bisa melihat Gita sedang melambaikan tangan ke arah mereka dengan senyum lebar. Kembali menatap Dion. “Itu temen aku, Kak.” ucap Agatha sambil melirik ke arah Gita, Keysia dan Clara. Dion melirik sekilas ke arah teman Agatha, hanya sepersekian detik lalu kembali menatap Agatha. “Lo temennya Keysia?” Tanya Dion tiba tiba membahas Keysia. Ada apa nih. “Iya, kakak kenal?” Dari mana Kak Dion bisa tahu Keysia? “Kalo lo udah di sana, gue nitip salam buat Keysia, ya.” Agatha agak sedikit terkejut mendengar perkataan gamblang Dion. Sejak tadi Agatha hanya melihat wajah tenang Dion, tapi sekarang Agatha rasa karena Keysia, dia jadi melihat raut wajah Kak Dion sedikit berubah. Agak berseri. Dia jadi curiga sepertinya ada hubungan spesial antara Kak Dion dan Keysia. Yah, pupus sudah harapan Agatha untuk suka pada kakak kelas ini. Gapapa deh, dia juga hanya kagum. Masih bisa cari yang lain haha... “Oke, nanti aku sampein pesannya kak.” “Thanks, gue balik dulu.” Dion tersenyum simpul. Senyuman pertama dari seorang Dion yang baru saja Agatha lihat. Kak Dion senyum! Argh! Gak kuat. Senyumnya itu loh manis banget sih! jadi iri ama Keysia. “Iya kak, makasih juga ya udah mau bantu aku,” ucap Agatha dengan tulus. Dion mengangguk, kemudian berlalu dari sana. *** “Air putihnya mana, Gita?” tanya Agatha setelah menerima batagor dari tangan Gita. Gita reflek menepuk dahi. “Oh iya! gue lupa hehe,” cengirnya dengan wajah tak berdosa. Agatha melongos. "Yah, Gita maahh! Gue haus tauu!” Cewek itu bergerak melihat ke sekeliling meja, barang kali ada yang bisa dia minum. Seketika matanya berbinar. Bagaikan melihat air di padang gurun. “Bagi dong.“ Belum sempat Keysia meminum air miliknya, tanpa ragu Agatha merebut minuman itu dan langsung meneguk hingga kandas. “Heh?” Keysia melongo melihat Agatha menghabisi minumannya yang belum sama sekali di sentuh oleh Keysia. ITU MINUMANNYA! ”Beli sendiri bisa? air minum gue juga main minum- minum aja lo!” Keysia melotot dengan galaknya dia merebut botol yang sudah kosong dari tangan Agatha. Jangan salahkan Agatha karena dia sudah sangat haus. Agatha nyengir tak berdosa. “Ya maaf hehe, lagian salahin Gita tuh!” Tuduh Agatha. Pelototan pun dia berikan pada Gita. Dia rasa yang harus bertanggung jawab di sini adalah Gita! Gita merasa namanya di bawa bawa hanya bergumam. “Nyenyenye, gue terus aja!” ”Emang Gita ya!” Agatha tak mau kalah. ”Sebenernya minuman lo udah gue habisin tadi Wlee,” Bukannya merasa bersalah, Gita justru menjulurkan lidah. Menantang Agatha. Biarin aja, Agatha lucu ketika marah, hahaha. Dan benar saja Agatha berhasil terbawa emosi mendengar pengakuan Gita, “GITAA MAHH! TANGGUNG JAWAABBB!” “Gak mau,” tolak Gita masih dengan tampang menyebalkan. Baru saja Agatha ingin memaki Gita, Clara sudah menyela. ”Udah tinggal beli lagi sana.” Clara menengahi pertengkaran mereka. “Beli lagi, Key,” suruh Clara pada Keysia. Apa-apaan ini! Kenapa harus dia? “Kok gue! Gita lah! Enak ajaa,” sergah Keysia tak ingin membeli minum itu. ”Lo waras gak? Kalo waras ngalah aja udah.” Gita bersorak dalam hati, berterima kasih pada Clara. Keysia melirik sinis Gita. Dengan ogah-ogahan Keysia beranjak dari tempat duduknya. “Kalo bukan sahabat, udah gue tendang dari sini.” Agatha yang awalnya marah ketika melihat wajah kesal Keysia dia tertawa. Keysia pasti tak berdaya jika Clara sudah turun tangan. “Ampun bang. Galak amat hahaha,” Gita memasang senyum paling manis agar Keysia tidak marah dengan perkataannya. ”Dadah Kekey! Hati hati ya,” ujar Agatha dengan cengiran khasnya. Keysia mendengus tidak lupa dia mengacungkan jari tengah dengan posisi membelakangi Agatha dan yang lain. Gita dan Clara tertawa. *** “Eh, tadi lo kesini sama siapa, Ra?” tanya Gita tiba-tiba, Agatha menoleh. Gita tadi sempat melihat Agatha diantar oleh seorang siswa yang dari almetnya sudah Gita tahu pasti itu adalah kakak kelas. Tapi dia tidak tahu siapa orang itu, karena posisi cowok itu memunggungi mereka dan hanya terlihat samar-samar saja. “Kak Dion,” ungkap Agatha dengan santai. “KAK DION?!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN