Bab Dua Puluh

497 Kata
Saat Sasi pulang pada sore menjelang malam, ternyata Vincent sudah lebih dulu berada di rumah. Hal itu tentu membuatnya sedikit heran mengingat dirinya yang karyawan saja baru bisa pulang dijam segini kenapa Vincent yang bos malah pulang cepat? Memang sih, Vincent yang pegang kendali atas dirinya sendiri tapi secara tanggung jawab mereka tentu saja sangat berbeda,kan?. Bos ditempat kerjanya selalu pulang paling akhir. Itu bosnya yang dulu, kalau yang sekarang....? entahlah, tadi saja dia pulang bersamaan dengan bawahannya. Sasi langsung masuk kamar mandi tanpa menyapa Vincent yang juga cuma menatapnya dalam diam. "Apa dia marah karena aku pulang lebih lambat daripada dirinya?" tanya Sasi dalam hati sambil menggosok tubuhnya. Badan dan rambutnya terasa sangat lengket karena terpapar debu dan polusi sepanjang perjalanan tadi. Setelah merasa tubuhnya bersih dan lebih segar, Sasipun mengakhiri acara mandinya dan kali ini Vincent masih berada ditempat yang sama tapi dengan laptop diatas pangkuannya. Kalau masih ada pekerjaan kenapa tidak diselesaikan di kantor saja? rutuk Sasi tanpa suara. " Kamu sudah makan?" tanya Vincent melihat Sasi yang sudah selesai dengan ritual pasca mandinya. " Aku nggak makan malam." jawab Sasi. " Kenapa? memangnya tadi kamu sudah makan?" tanya Vincent tak puas dengan jawaban Sasi. " Nggak." Vincent menutup laptop dihadapannya. Berjalan kearah Sasi yang masih duduk didepan meja rias. " Ayo makan dulu ke bawah." ajaknya mau meraih tangan Sasi. " Nggak usah, aku mau diet saja malam ini." " Diet..?" Vincent benar- benar tidak menyangka kalau jawaban seperti itu yang akan didengarnya dari wanita kurus itu. " Kenapa?" sergah Sasi," apa aku tidak boleh diet?" " Diet buat apa? beratmu bahkan nggak sampai lima puluh." " Sembarangan! beratku lebih dari lima puluh ya." Vincent menatap Sasi seksama dan berlama- lama di dadanya. Lalu ia mengangguk maklum. " ish! dasar m***m!" sentak Sasi saat menyadari arah pandangan Vincent. Vincent tertawa geli melihat Sasi yang masih saja salah tingkah saat ditatap begitu. Sekarang Vincent bisa membedakan saat Sasi salah tingkah atau benar-benar marah padanya. " Aku mau langsung tidur, capek." ucap Sasi sambil berjalan kearah tempat tidur. " Makanya resign saja biar nggak kecapean." Ucapan Vincent membuat Sasi menghentikan gerakan tangannya yang sedang menarik selimut untuk menutupi badannya. Seketika wajahnya berubah jadi garang lagi. " Serius kamu mau bahas itu sekarang?" tanya Sasi terpancing emosi. " Aku cuma minta kamu berhenti kerja kenapa kamu jadi sangat marah?" " Cuma kamu bilang? berhenti kerja bukan Cuma! itu hal besar buatku." kata Sasi sedikit keras. Sasi masih punya rasa segan untuk berteriak keras pada pria dihadapannya itu meskipun ia tahu kedua mertuanya tidak akan mendengar suara dari kamar mereka karena selain berada dilantai yang berbeda, jaraknya juga jauh sekali. " Sebenarnya apa yang lebih kamu inginkan? gajinya atau rutinitas hariannya?" tanya Vincent penasaran. " Semuanya! memangnya kenapa? kamu nggak bakalan ngerti juga!" jawab Sasi masih dengan nada menyentak. Tidak surut meski Vincent bertanya dengan nada biasa saja. " Aku akan kasih semuanya. Apa itu tidak cukup?" Sasi terdiam mendengarnya. Apa pria ini sedang menunjukkan kuasanya? Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN