Raka sangat khawatir dengan keadaan Zara, Raka tau kalau Zara mencoba terlihat baik - baik saja.
"Zara kalau kamu perlu sesuatu , kasih tau aku aja yahh.. jangan sungkan. Dan kalau pundak kamu sakit, kamu bilang yahh." Kata Raka.
Saat mendengar ucapan Raka, Zara tiba - tiba mengeluarkan air matanya
"Ehh kamu kenapa malah nangis? Pundak kamu beneran sakit yahh? Tuhh saya bilangkan tadi kita ke rumah sakit dulu. Aduhh yuk sekarang aja kita ke rumah sakitnya." Kata Raka lalu berjalan keluar dari lift karena sudah sampai di lantai kamar mereka.
"Nggak Raka.. pundak aku nggak sakit kok. Aku sedih karena kamu sampai berkelahi dengan orang karena membela aku, Aku sangat minta maaf sama kamu, karena gara - gara aku pipi kamu sampai luka seperti itu Raka." Jawab Zara. Tangisannya semakin menjadi - jadi setelah mengeluarkan uneg - unegnya ke Raka.
"Ya Ampun saya kira kamu nangis karena pundak kamu sakit. Aduh Zara kamu nggak usah nangis seperti itu hanya karena luka di pipi saya ini. Luka ini bakalan hilang dengan cepat kok. Kamu nggak usah nangis kayak gitu." Kata Raka.
"Tapikan gara - gara aku, kamu sampai berkelahi sama Putra, harusnya kita datang ke sini untuk senang - senang. Bukan malah mendapatkan masalah seperti ini." Ucap Zara menangis lalu duduk di depan pintu kamarnya.
"ehh ehh ehh.. ngapain duduk di situ, nanti kalau ada orang yang liat, mereka bakal ngira kalau saya jahatin kamu. Kan nggak lucu kalau saya di suruh tanggung jawab." Kata Raka mencoba menghibur Zara.
"Puffttt.." Zara tertawa kecil.
"Nahh gitukan Ca— ehmm gitukan lebih baik. Ayo berdiri, kamu masuk ke dalam gih istirahat." Ucap Raka.
"Loh kok kalian masih di luar sih? Ngapain?" Tanya Andika yang baru saja keluar dari lift.
"Loh kenapa juga kamu nangis Zara? Hah? Pundak kamu sesakit itu yah? Mau ke rumah sakit, ayoo ke rumah sakit yuk. Nanti mama kamu marah - marah lagi sama gue dan Raka karena nggak becus jagain kamu." Kata Andika.
"Nggak kok Andika.. katanya pundaknya nggak sakit. Dia sedih karena katanya gara - gara dia gue sampai berkelahi sama Putra, dan gara - gara dia pipi gue jadi lecet kayak gini. Makanya dia nangis sampai duduk di depan pintu kamarnya." Balas Raka yang menjawab pertanyaan Andika.
"Ih hahahah.. Lo sedih karena wajah Raka udah nggak mulus lagi ??? Hahaha Zara - Zara !!! Lucu banget sih Lo." Seru Andika sambil tertawa terbahak - bahak.
Zara akhirnya tertawa mendengar ucapan Andika.
"Nggak gitu Andika.. gue nangis karena merasa bersalah sama kalian. Harusnya kan kita di sini untuk kerja dan senang - senang. Tapi malah terlibat perkelahian sama orang yang baru aja beberapa jam kalian kenal. Dan lagi dia teman gue, gue minta maaf banget yahh." Kata Zara.
"Aduh Zara - Zara.. nggak apa - apa kok, Lo nggak usah merasa bersalah terus dong. Gue malah seneng tau, karena tangan gue baru ngehajar orang lagi. Dan orangnya emang sangat pantas untuk di hajar." Kata Andika yang mengambil posisi sandaran di tembok di depan kamarnya yang berhadapan dengan kamar Zara.
"Apa? Lo menghajar? Ngejar siapa? Lo ngehajar Putra juga?" tanya Raka.
"Iya siapa yang Lo hajar Andika? Putra?" Tanya Zara juga.
"Iyalahh Putra !! Siapa lagi kalau bukan Putra, masa iya gue ngehajar Cindy hahah." Jawab Andika.
"Hah? Kapan? Kok kita nggak liat." Tanya Raka.
"Pas Putra ngelempar gelas ke Lo dan yang kena malah Zara. Kalian udah jalan keluar kan? Makanya kalian nggak liat. Di situ gue emosi banget, kenapa dia sampai melempar gelas. Benar - benar gila. Kalau kena kepala, itu bahaya banget kan." Kata Andika.
"Tapi Lo nggak kenapa - kenapa juga kan Andika? Lo nggak di hajar balik sama Putra?" Tanya Zara dengan penuh kekhawatiran.
"Nggaklahh.. karena gue ngehajar dia dengan penuh tenaga, Putra langsung jatuh dan nggak bisa membalas pukulan yang gue layangkan ke pipinya hahaha." Jawab Andika.
"Hufft syukur deh.. kalau kalian berdua sampai kenapa - kenapa bener - bener deh gue nggak enak banget sama kalian." Kata Zara.
"Nggak apa - apa Zara.. ini bisa jadi pelajaran juga buat kita, jangan langsung main iya - iya aja kalau di ajak sama oranh. Apalagi orang yang baru kita temuin lagi." Kata Andika.
"Bener kata Andika. Kamu stop yah merasa nggak enak sama saya dan juga Andika. Ini semua bukan salah kamu." Kata Raka.
"Hmmm." Gumam Zara.
"Tapi gue heran deh sama cindy, bisa - bisanya dia masih membela Putra. Sudah jelas - jelas Putra yang salah masih aja di belain." Ujar Andika.
"Yahh mungkin karena Putra sahabatnya, makanya dia belain kayak gitu." Kata Raka.
"Huuhh jangan sampai Lo balikan sama Putra Zara, dia laki - laki yang nggak baik. Dia laki - laki yang kasar ckckck. Parah !!!" Kata Andika.
"Yahh maaf nih yahh. Ini cuma pendapat dan saran gue aja, karena masa iya dia nggak khawatir sama sekali kalau Lo minum - minuman yang beralkohol dan kelihatannya dia memang sengaja ingin membuat kamu mabuk. Aduh nggak habis fikir gue." Kata Andika.
"Jangan salah paham yahh Zara, itu cuma pandangan kita aja terhadap Putra. Kenala saya bilang seperti itu, yah karena saya setuju dengan pendapat Andika. Makanya tadi saya langsung emosi pas Putra maksa kamu minum. Tapi sekali lagi, ini cuma pendapat kita aja, karena kan kamu juga sudah kenal sebelumnya sama Putra, jadi Selebihnya bisa Kamu yang simpulkan dan putuskan mau bagaimana." Jelas Raka.
"Iyaa kalau di bilang balikan sih, itu nggak akan terjadi. Mana mungkin aku mau balikan sama cowok yanh pernah selingkuhin aku. Aku nggak tau juga dia udah berubah atau belum. Dan lagi sifatnya hari ini sudah membuat aku yakin kalau dia laki - laki yang nggak cocok sama aku." Kata Zara.
"Bagus deh kalau kamu berfikir seperti itu, kamu nggak perlu jauh - jauh buat mencari kesalahan Putra, hari ini sudah menjadi salah satu bahan pertimbangan kamu kalau memang Putra ingin mengajak kamu balikan." Kata Andika lagi.
"Iyaa - iyaa.. makasih bnyak yahh, untuk saran kalian. Dan makasih juga untuk hari ini kalian udah ngejagain aku. Dan udah repot - repot buat pindah hotel di tengah malam begini." kata Zara.
"Iya sama - sama Zara. Sudah yahh kamu nggak usah mikirin banyak hal. Sekarang lebih baik kamu masuk ke kamar kamu dan istirahat. Besok kita lihat, kita akan pergi kemana untuk jalan - jalan." Kata Raka.
"Iya Zara.. Lo masuk gih.. banyakin minum air putih deh yah muka Lo masih pucat banget tau nggak sih." Kata Andika.
Zara pun berdiri dan mengeluarkan kunci kamarnya dari tas kecil yang bergantung di lehernya.
"Kalau gitu gue masuk yahh.. kalian juga istirahat, sekali lagi makasih untuk hari ini." Kata Zara.
"Iyaa good night Zara." Kata Raka.
"Good night Rakaa.. good night Andikaa." Ucap Zara dengan senyuman di tipis di wajahnya.
Raka dan Andika juga masuk ke dalam kamar mereka masing - masing untuk beristirahat.
Zara masuk ke dalam kamarnya, meletakkan barang - barangnya dan langsung melemparkan badannya di tempat tidur yang masih sangat rapih.
Ddrrrttt drrrttt drrrtttt (suara ponsel Zara)
"Siapa sih yang dari tadi terus menelpon. Hah? Banyak sekali panggilan tidak terjawab." Ucap Zara kemudian berdiri untuk mengambil handphonenya yang ia letakkan di meja.
Bebera Panggilan masuk dari Cindy tertulis di ponselnya, dan tidak kalah dari nomor baru yang juga sangat banyak dan itu adalah telepon dari Putra. Beberapa pesan juga masuk dari Putra dan Cindy.
"Zaraaa.. ini aku Putra, aku meminta nomor kamu sama Cindy. Zaraa, aku mau minta maaf soal yang tadi, aku nggak sengaja melempar kamu. Apa kamu baik - baik saja Zara? Please angkat telepon aku, atau jawab pesanku saja. Aku benar - benar minta maaf Zaraaa."
Isi pesan dari Putra yang tidak menggoyahkan hati Zara, Zara sudah tidak ingin berhubungan lagi dengan Putra. Malam itu juga Zara memutuskan untuk memblokir nomor handphone Putra, agar Putra tidak menghubunginya lagi.
Setelah memeriksa handphonenya, Zara ke kamar mandi untuk bersih - bersih sedikit. Zara paling anti tidur kalau belum sikat gigi dan memcuci wajahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu malam, baru kali ini Zara tidur selarut itu lagi. Terakhir kali ketika Zara sedang menyelesaikan skripsinya.
Zara berusaha untuk tidur tapi dirinya tidak bisa terlelap. Zara sudah mencoba berpindah posisi tapi tetap saja tidak bisa tidur.
"Bagaimana ini.. ini sudah pukul setengah dua malam gue belum juga tidur. Hah apa yang harus gue lakukan." Ucap Zara pada dirinya sendiri sambil membuka selimut yang menutupi wajahnya.
Zara berdiri mencari remot televisi kemudian mencari siaran televisi yang bagus untuk dia tonton. Tapi malam itu siaran di televisi sama sekali tidak ada yang menarik, dan membuat Zara semakin sulit tidur. Zara pun berdiri mencari handphone, mencoba membaca cerita yang ada di aplikasi di dalam handphonenya. Dan hal itu juga tak kunjung memabantunya untuk tidur. Tiba - tiba perut Zara berbunyi.
"Ahhh kan jadi laper.. aduhh mana nggak ada makanan lagi. Buku menunya mana yah? Pesen makanan aja deh. Udah terlanjur, tidur pagi pung nggak apa - apa kan." Gumam Zara sambil membuka setiap demi lembaran yang ada di dalam buku menu hotel.
Zara pun akhirnya menghubungi resepsionis hotel untuk memesan makanan. Dan setelah memesan makanan Zara mengambil handphonenya untuk membuka sosial media. Zara terfikir akan Cindy, Zara mencoba mencari sosial media Cindy. Dan ya Zara menemukannya. Zara melihat satu persatu foto Cindy, membaca semua caption yang ditulis Cindy.
"Cantik banget sih. Dan emang kelihatan pinter banget. Foto - fotonya juga keren - keren semua, mana kebanyakan di luar negeri. Beruntung banget sih Cindy. Eh tapi kan gue juga bisa keluar negeri, kenapa gue harus iri sih hahah." Ucap Zara lalu berjalan kembali ke tempat tidurnya.
Zara terus melihat sosial media Cindy, dan perhatian Zara terhenti ketika melihat foto Cindy bersama Putra dan beberapa temannya. Di dalam foto itu terlihat Putra yang sedang merangkul perempuan yang saat itu menjadi selingkuhan Putra.
"Hah? foto kapan ini? Loh ini kan masih baru - baru aja. Apa mereka masih sama - sama yah." Zara kemudian membuka sosial media Putra yang kebetulan saat itu Cindy menandai semua orang yang berada di dalam foto termasuk perempuan yang menjadi selingkuhan Putra.
Zara memberanikan diri untuk membuka sosial media Putra. Dan firasat Zara benar, Putra masih bersama dengan perempuan selingkuhannya.
"Bener - bener yahh nih cowok nggak berubah. Padahal tadi gue udah mikir kalau dia udah berubah. Bisa - bisa dia meminta gue balikan sedangkan dia masih bersama perempuan ini." Kata Zara.
"ehh tapi tunggu. Berarti Cindy juga taukan kalau Putra punya pacar, kok bisa sih ngedeketin gue sama Putra. Apa tadi gue hanya jadi bahan permainan mereka aja. Aaaahhhh tau ahh. Dasar !!! Nggak penting juga. Ngapain gue mikirin ini sih. Pokoknya gue nggak boleh berurusan lagi sama Putra." Ucap Zara melempar handphonenya ke tempat tidurnya.
Tok tok tok.. (suara ketukan pintu)
"Yeeyyy makanan gue udah datang. Akhirnyaaa." Seru Zara.
Zara segera berdiri dari tempat tidurnya, dan segera membukakan pintu untuk waiters hotel.
Tapi saat Zara membukakan pintu, tidak ada seorang pun di depan pintu kamarnya. Jantung Zara langsung berdetak kencang, dan tiba - tiba Zara merinding.
"Ohh saya nggak pesan makanan Mba." Ucap Raka dari depan kamarnya yang berada di samping kamar Zara.
"Huuffttt.. gue kira gue salah denger suara ketukan Pintu.. aduhh mbaa bikin saya jantungan aja sih. Mba saya yang pesen makanan, bukan kamar sebelah." Kata Zara sambil memegang dadanya karena kaget.
"Ohh ya ampun aduh maaf yah Mas.. Mbaa.. saya kira nomor empat satu satu dua, ternyata empat satu satu satu. Maaf yahh Mas sudah mengganggu Mas tidur. Ehm Mba ini makanannya, maaf juga sudah membuat Mba jantungan. Tapi tenang aja Mba, di sini aman kok, nggak ada hantunya. Hehe."
Jelas Waiters hotel.
"Hahah Mba ini bisa aja. Ya udah makasih yah Mba, maaf ngerepotin tengah malam." Ucap Zara.
"Heheh itu sudah tugas saya Mba, sekali lagi maaf yah Mas.. Mbaa.. saya permisi dulu." Kata waiters lalu berjalan kembali menuju lift.
"Iya nggak apa - apa Mba." Ucap Raka.
"Zara kok kamu belum tidur sampai jam segini sih?" Tanya Raka yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
"Aku nggak bisa tidur, udah coba berbagai cara tapi nggak bisa tidur juga. Kayaknya karena jam tidur aku udah lewat makanya aku jadi nggak bisa tidur."Ucap Zara.
"Aduh ini kan sudah pukul dua malam. Terus kamu juga kelaparan?" Tanya Raka.
"Iya nihh.. karena bolak - balik di tempat tidur sampai jam segini, jadi lapar. Jadi aku pesan makanan deh. Kamu sendiri kenapa belum tidur juga?" Tanya Zara yang masih memegang piring makanannya.
"Saya juga nggak bisa tidur sih. Udah baca buku juga, tapi tetap aja nggak bisa tidur. Jadi dari pada saya membuang - buang waktu, saya mengerjakan sedikit pekerjaan kantor." Jawab Raka.
"Ckckckc jangan terlalu capek. Ehmm kamu mau makan bareng nggak?" Tanya Zara.
Ntah kenapa tiba - tiba Zara mengajak Raka makan bersama.
"Ah? Gimana yah? Tapi makan dimana?" Tanya Raka.
"Di kamar aku aja. Yukk makan dulu, siapa tau habis makan kan kenyang biasana langsung ngantuk." Jawab Zara.
"Tapi nggak apa - apa nih di kamar kamu?" Tanya Raka.
"Memangnya mau apa - apa kenapa Raka, yukk masuk aja. Kebetulan aku juga di sediain sama mama satu tempat makan. Ntah kenapa mama menyuruh aku membawanya. Sepertinya mama udah tau kalau aku akan mengajak kamu makan tengah malam begini. Hahah." Kata Zara sambil tertawa.
"Ah iyaa.. kalau begitu tunggu sebentar saya ambil kunci kamar dulu." Kata Raka lalu berjalan masuk ke kamarnya untuk mengambil kunci kamarnya.
Raka akhirnya masuk ke dalam kamar Zara, situasi yang di rasakan Raka sangat canggung.
Sedangkan Zara sendiri membuka kopernya lalu mengambil satu alat makan yang akan di gunakan Raka.
"Raka ayo sini.. duduk di sini aja, biar aku di tempat tidur aja makannya." Kata Zara sambil menuangkan setengah porsi makanan di piring Raka.
"Iyaa.. ehh nggak usah banyak - banyak yah Zara, saya nggak laper kok. Saya juga susah makan kalau udah tengah malam beginil." Kata Raka lalu duduk di kursi yang di sediakan Zara.
"Iyaaa.. ini sedikit kok." Kata Zara lalu memberikan makanannya ke Raka.
"Raka kitaa sambil nonton yuk, kamu tau nggak siaran televisi yang bagus tengah malam begini?" Tanya Zara. Zara mencari remot televisi yang tiba - tiba menghilang.
"Ohhh.. mana coba remotnya saya lihat." Kata Raka.
"Ini remotnya lagi aku cari - cari, tapi nggak tau di mana. Perasaan di sini deh tadi." Kata Zara.
"Ohh kamu nyari remot, saya kira kamu lagi nyari handphone kamu." Kata Raka.
"Ihh aku nyari remot Rakaa." Seru Zara.
"Tuhh remotnya tuh.. dari tadi emang ada di situ kok." Kata Raka sambil menunjuk remot yang ternyata berada di bawah selimut.
"Aduh ya ampun.. aku udah angkat - angkat selimut ini dari tadi tapi nggak kelihatan." Kata Zara.
"Haha iyaa itu udah biasa kok. Sini remotnya, biar saya cari tontonan yang bagus." Ucap Raka.
"Emang yahh.. remot kalau di cariin suka tiba - tiba menghilang." Kata Zara lalu memberikan remot ke tangan Raka.
"Kamu suka film yang seperti apa zara?" Tanya Raka.
"Ehm aku suka semua film kok, nggak ada genre khusus. Terserah kamu aja mau film apa, yang penting bagus." Jawab Zara sambil menimakti nasi goreng tengah malamnya.
"Sepertinya nggak ada yang bagus Zara." Kata Raka.
"Hahah.. ya sudah kalau begitu yang mana aja. Kita ngobrol juga nggak apa - apa hahaha." Ucap zara.
"Kayaknya siaran televisinya juavpada ngantuk deh. Makanya nggak ada yang bagus." Ucap Raka sambil menghabiskan makanannya.
"Hahah.. kamu bisa melucu juga yah Raka. Aku kira kamu orangnya serius banget." Kata Zara. Zara sudah selesai makan, ia pun berdiri untuk mengambil air putih yang ada di dalam kulkas kecil di bawah meja kamarnya. Zara juga mengambilkan satu botol untuk Raka.
"Piringnya saya simpan di mana Zara?" Tanya Raka.
Raka baru saja selesai menghabiskan makanannya.
"Ohh simpan aja di sini Raka, biar besok pagi aku minta waiternya cuciin, tinggal di kasih tip aja kan." Kata Zara.
"Ohh iyaa kasih tip aja. Ehmm by the way Zara, saya boleh nanya nggak soal Putra?" Tanya Raka.
"Bolehh. Nanya aja, nggak apa - apa kok." Jawab Zara.
"Kamu kan udah lama kenal sama Putra, apa memang dulu dia sudah seperti itu yah?" Tanya Raka.
"Hmmm.. gimana yahh.. kalau dulu sih dia baik - baik aja, ntah sejak kapan dan dia bergaulnya sama siapa dia jadi seperti itu. Aku pacaran sama dia juga kurang lebih satu tahun, dan selama pacaran baik - baik aja kok. Tapi itu nggak bisa di jadiin pertimbangan karena sudah lama sekali kan. Udah dari SMA, bayangin deh udah berapa tahun lamanya." Jelas Zara.
"Iya juga sih.. tapi aku baru ketemu sama orang kayak gitu, apa di dunia ini emang banyak yah cowok kayak gitu? Yang sengaja membuat perempuan mabuk? Haduh maaf yah Zara, tapi saya benar - benar tidak suka kalau melihat laki - laki seperti itu. Saya jadi teringat sama Rivka." Kata Raka.
"Rivka almarhumah adik kamu?" Tanya Zara.
"Iyaa.. Rivka almarhumah adik saya." Jawab Raka.
"Hah? Kenapa dengan Rivka? Apa dia pernah di buat mabuk sama cowok?" Tanya Zara lagi.
"Hmm.. iyaa.. ntah dulu dia juga bergaulnya sama teman - teman yang nggak bener. Masih di bawah umur udah berani minum - minuman beralkohol seperti itu. Tapi Rivka beruntung nggak sampai minum, karena saat itu saya datang tepat waktu untuk menjemputnya. Dan saat itu teman - teman Rivka kayak nggak ada rasa bersalah sama sekali pas saya datang menjemput Rivka, malah mereka terlihat bangga memamerkan minumannya. Dan sejak saat itu Rivka sudah tidak pernah lagi bergaul sama teman - temannya." Jelas Raka.
"Hmmm.. pantes aja kamu sampai marah seperti itu, ternyata kamu punya pengalaman yang buruk sama adik kamu." Ucap Zara.
"Yahh begitulah.. makanya saya sampai marah, dan apalagi kamu orang yang saya kenal, dan kamu juga ngomong sendiri kalau kamu nggak bisa minum minuman yang beralkohol. Seandainya kamu bilang kamu bisa minum, saya pasti nggak akan ngelarang kamu." Jelas Raka.
"Iya Raka.. aku mengerti kok, dan aku juga senang karena kamu udah peduli sama aku." Ucap Zara pelan.
"Apa Zara?" Tanya Raka.
"Iya maksud aku, kamu udah peduli sama aku sebagai sekertaris kamu." Jawab Zara sambil membereskan piring makanan di mejanya.
"Ohh iyaa.. ehmm terus kalau tadi nggak terjadi hal seperti itu apa kamu masih ingin balikan sama Putra?" Tanya Raka lagi.
"Kenapa balikan? Dia aja nggak ngomong minta balikan kan sama aku?" Kata Zara lalu duduk kembali di pinggir tempat tidurnya dan berhadapan dengan Raka.
"Tapi tadi yang saya dengar dia mau mengajak kamu pacaran kan." Kata Raka.
Raka masih sangat penasaran dengan jawaban Zara, Raka ingin mendengar langsung jawaban dari Zara.
"Ehhmmm.. nggak tau juga sih yahh.. aku tadi sempat berfikir apakah Putra sudah berubah? Apa dia nggak akan berselingkuh lagi? Jujur aku sempat berharap bisa kembali lagi kalau memang kami masih cocok. Tapi sepertinya tadi Putra hanya bermain - main dengan aku." Kata Zara.
"Maksud kamu bermain - main?" Tanya Raka.
Zara mengambil handphonenya bermaksud ingin memperlihatkan foto Putra dengan pacarnya.
====