Raka salah tingkah saat semua menatapnya dengan tatapan keheranan.
"Loh kenapa Raka? Kok Lo tiba - tiba teriak jangan gitu sih. Jangan kenapa?" Tanya Putra.
"Iyaa.. kenapa sih Rakaa." Kata Cindy dengan lembut.
"Ah maaf kalau gue mengagetkan kalian semua. Saya hanya khawatir dengan minuman itu. tapi apa Zara sudah terbiasa dengan minum minuman yang beralkohol seperti itu? Harus tanya Zaranya dulu. Jangan langsung di berikan." Jawab Raka.
"Ya Ampun aku kira kenapa.. minuman ini nggak begitu banyak alkoholnya kok, tenang aja. Nggak akan membuat kita sampai mabuk berat. Nihh lihat nih aku minum." Ucap Cindy menunjukkan ke Raka.
"Benar juga sih apa yang Raka bilang.. Zara kalau mau coba, atau terbiasa sama alkohol yah nggak apa - apa, yang penting jangan berlebihan." Kata Andika.
"Nggak apa - apa kok Zara, minum banyak juga nggak apa - apa, nggak akan mabuk. Percaya deh sama aku." Ucap Putra yang mencoba menuangkan kembali minuman itu ke dalam gelas Zara.
Zara sangat senang dengan perhatian yang di berikan oleh Raka.
"Nggak.. nggak.. aku nggak biasa minum alkohol, aku juga nggak suka. Aku minum ice cappucino gue aja." Kata Zara dan mengambil kembali gelasnya.
"Ayolah Zara.. sedikit aja yahh.. pleaaseee, masa kamu nggak mau coba minuman terfavorit dari cafe aku sih." Kata Putra lalu menarik kembali gelas Zara dan berhasil ia isi dengan minuman tersebut.
"Aku nggak bisa Putra.. aku nggak mau." Seru Zara.
"Pleasseee.. yahh yahh yahh !!! Nih aku bantu kamu minum." Kata Putra kemudian memegang pipi Zara dan mencoba membuka mulut Zara.
Raka dari tadi sudah geram melihat tingkah Putra, Raka sangat emosi ketika Putra memaksa Zara untuk meminum minuman berlakohol. Raka menepis gelas yang di pegang oleh Putra hingga terjatuh di lantai dan pecah.
"ZARA SUDAH BILANG NGGAK MAUU, KENAPA MASIH LO PAKSAAA ??!!!! LO SENGAJA MAU MEMBUAT ZARA MABUK HAAHH ?!!!!" Teriak Raka sambil berdiri dari kursinya menatap dengan sangat tajam Putra yang ada di depannya.
"Maksud Lo apa sihh?? Lo kenapa juga pakai atur - atur Zara?? Lo itu siapanya Zara sampai ini itu Lo ngelarang Zara ?? Zara aja nggak sampai marah kayak Lo. Aneh banget hahahah." Kata Putra. Putra hanya menertawai Raka yang sudah terbakar emosi.
"Raka kamu apa - apaan sih?? Kok pakai emosi seperti itu? Putra cuma mau memberikan dan membuat Zara mencoba minuman khas dari cafenya, kenapa kamu pakai marah seperti itu sih. Zara aja nihh yang kampungan banget, mas minum minuman seperti ini saja nggak sih. Dasaarr !!!" Kata Cindy yang juga berdiri sambil menenangkan Raka dengan memegang Raka dari belakang.
"LEPASIN NGGAK !!! KALIAN BERDUA ITU SAMA AJA !!!" Teriak Raka lagi.
"Raka tenang dulu, semua orang ngeliatin kita. Bicarakan baik - baik aja yah." Kata Andika yang mencoba menenangkan Raka juga.
"Zara apa kamu masih mau di sini? Aku lebih baik pergi dari sini. Kalau kamu masih ingin di sini tolong jaga diri kamu dari laki - laki seperti ini." Kata Raka.
"Laki - laki seperti ini? Maksud Lo apa laki - laki seperti ini? b******k banget Lo !!!" Teriak Putra dan melayangkan satu pukulan di pipi kiri Raka.
"Woii woiii !!! Tahan - tahan.. kenapa pakai memukul sih !!!" Andika langsung bergegas berdiri dari tempat duduknya dan menahan Putra yang masih ingin memukul Raka.
Raka juga sudah sangat emosi, Raka membalas pukulan Putra, hingga bibir Putra berdarah.
Zara sangat panik melihat Raka dan Putra berkelahi, Zara mencoba menenangkan Raka. Zara berlari ke belakang Raka dan menarik Raka keluar dari meja makan.
Cindy juga sangat bingung melihat Raka Dan Putra berkelahi, Cindy bingung harus membela siapa.
"Raka udah - udah stop.. ayo kita kembali hotel aja, nggak usah di sini. Okeeyy." Kata Zara yang masih mencoba menarik Raka yang terbakar emosi.
Zara dan Raka berjalan keluar dari cafe.
"INI SEMUA GARA - GARA LO TAU NGGAK !!! Coba aja tadi lo nggak sok - sokan ngomong kalau Lo nggak bisa minum alkohol, semua ini nggak akan terjadi tau nggak. Ahh dasar cewek Manjaaa !!!" Ujar Cindy ke Zara. Tapi Zara menghiraukan semua yang di katakan Cindy, Zara lebih berfokus untuk membawa Raka keluar dari cafe Putra. Zara tidak ingin kalau Raka bertengkar hanya karena membela dirinya.
"WOIII TUNGGU !!! URUSAN KITA BELUM SELESAII !!!!" Teriak Putra lalu melemparkan satu gelas kaca ke arah Raka. Tapi gelas kaca itu terlempar mengenai pundak belakang Zara.
"Aaauuuuuu !!!! Sakit banget." Ucap Zara sambil memegangi belakangnya.
"ZARAAA !!! Heii kamu nggak apa - apa ??!!!Brengseeekkkk !!!!!" Teriak Raka. Raka sudah bersiap ingin kembali ke dalam cafe Putra.
"Raka.. Raka.. Stop.. aku nggak kenapa - kenapa. Okeeyyy??? Kamu nggak usah kembali ke sana , kita lebih baik pulang aja ke hotel. Kita seharusnya emang nggak Datang ke sini." Kata Zara, mencoba berjalan meskipun belakangnya sangat sakit akibat lembaran gelas yang di layangkan Putra.
"ZARAAA !!! ZARAAAA !!!! Maaf aku nggak sengaja, aku nggak bermaksud melempar kamu. Bukan kamu yang ingin aku lempar." Teriak Putra yang mencoba mengejar Zara. tapi Andika yang masih ada di meja tersebut juga sudah ikut emosi karena Putra sudah benar - benar kelewatan.
"BRENGSEEEKKKK LOOOO !!!! Dasar cowok nggak punya otak !!!" Teriak Andika lalu melayangkan satu pukulan juga di pipi kiri Putra hingga Putra jatuh tersungkur di lantai. Bibir Putra sudah mengeluarkan banyak darah. Putra melihat darahnya di ujung jari telunjuknya dan tertawa licik melihat darahnya.
"Kurang ajar, gue sampai di buat berdarah seperti ini." Kata Putra pelan.
"ANDIKAAAA !!!! Kenapa Lo mukul Putra juga sihh !!!" Teriak Cindy.
"KENAPA ??? Kenapa Lo bilang ??? Lo nggak liat dia tadi ngelempar gelas dengan sengaja yah ke arah Raka hah?" Tanya Andika sambil menunjuk Putra yang masih duduk di lantai.
"Tapi kan nggak kena Raka !!!" Teriak Cindy.
"Lo nggak liat gelas tadi kena belakangnya Zara? Udah gila yah Lo. Raka emang nggak kena, tapi Zara yang kena.. emang yah kalau di fikiran Lo itu cuma Raka Raka dan Raka lagi. Sudahlah, lebih baik Lo urus tuh temen Lo. Kalian berdua sama aja emang, sama - sama brengsek." Ucap Andika dengan sangat marah kemudian pergi meninggalkan Cindy dan juga Putra.
Andika berlari mengejar Zara dan juga Raka yang masih berdiri menunggu taxi online mereka datang.
"Huuffftt.. gue kira kalian udah ninggalin gue." Kata Andika.
"Lo nggak apa - apa Zara? Belakang Lo gimana?" Tanya Andika.
"Iya kamu nggak apa - apa kan Zara? Pasti sakit bangetkan belakang kamu. Kamu mau ke rumah sakit nggak?" Tanya Raka.
"Aku nggak apa - apa .. Raka .. Andika .. tenang aja yahh. Kalau sakit aku bilang kok. Maafin aku yah udah ngenalin ke kalian orang kayak Putra.. maaf banget." Kata Zara. Zara berusaha menahan rasa sakit di belakangnya agar Raka dan Andika tidak khawatir.
"Aduhh yuk - yuk masuk dulu, tuh taksinya udah datang." Seru Andika.
Andika, Zara dan juga Raka segera masuk ke dalam taksi, Andika meminta tolong ke supir taksi untuk segera meninggalkan cafe Putra. Karena Andika takut kalau Putra mengejarnya dan membuat keributan lebih lanjut.
"Zaraa.. Lo nggak usah minta maaf yah. lo nggak salah apa - apa. Emang tuh orang rada - rada stress juga kali yah." Ucap Andika.
Andika duduk disamping supir, sedangkan Zara dan Raka duduk di kursi belakang.
"Iya Zara kamu nggak usah minta maaf, yang terpenting sekarang kamu nggak kenapa - kenapa, dan sepertinya jangan berhungan lagi dengan Putra." Kata Raka menatap Zara.
"Iyaa aku nggak kenapa - kenapa. ehmm apa lebih baik kita pindah hotel aja? Sapa tau Putra datang nyariin aku lagi, dia kan bisa aja nanya ke Cindy." Kata Zara.
Ddrrrrtttt ddrrtttt drrrttttt. (Suara ponsel Zara)
"Nah kan? Ini pasti Putra, dia pasti baru aja meminta nomor aku di Cindy. Dan sebentar lagi pasti dia akan datang nyariin aku. Kita pindah hotel aja yahh. Pleassee." Kata Zara.
"Bener banget kata Zara Rakaa.. kita lebih baik pindah hotel aja. Dan kalau Cindy menghubungi salah satu dari kita, nggak usah di angkat." Kata Andika.
"Iyaa baiklah kalau begitu.. sampai di hotel kita langsung kemasi barang - barang kita. Zara kamu lebih baik cari hotel yang tidak terlalu jauh, karena ini sudah larut malam, kasihan kamu terlalu lama beristirahat. Atau Lo aja Andika yang cari hotel yah, biarkan Zara tenang dulu sambil membereskan barang - barangnya." Ucap Raka.
"Iyaa biar gue aja.. Lo nggak usah khawatir, itu urusan gampang. Gue juga nggak mau membebani Lo Zara. Kalau sampai di kamar Lo, Lo langsung minum air putih yah, buat tenangin diri Lo." Ucap Andika sambil memesan hotel melalui ponselnya.
"Iyaa Andikaa.. gue baik - baik aja kok." Kata Zara.
"Lo bisa bilang Lo baik - baik aja. Tapi wajah Lo nggak menujukkan kalau Lo baik - baik aja Zara." Ucap Andika.
Setelah beberapa menit di jalan, akhirny mereka sampai di hotel. Andika, Raka dan Zara segera membereskan barang - barangnya.
Zara masuk ke kamar mandi untuk mengecek pundak belakangnya yang terkena lemparan gelas yang di lempar oleh Putra. Pundak Zara terlihat merah, belum ada tampak memar di belakangnya. Jadi Zara tidak terlalu menanggapi hal tersebut. Zara sangat syok atas kejadian yang terjadi di cafe Putra. Zara tidak menyangka hal sepele bisa membuat Putra emosi dan sampai memukul Raka. Zara juga merasa sangat berasalah terhadap Raka, karena gara - gara Raka membela Zara, akhirnya iya berkelahi dengan Putra.
Saat Raka membereskan barang - barangnya, handphonenya terus berbunyi, beberapa kali panggilan tidak terjawab dari Cindy dan begitu banyak pesan yang masuk dari Cindy juga. Tapia Raka mengabaikan semuanya, Raka sibuk membereskan barang - barangnya agar bisa segera pindah hotel sebelum Cindy datang mencarinya.
"Raka kamu nggak kenapa - kenapa kan? Raka maafin teman aku yahh, maaf karena dia udah bersikap kasar sama kamu. Pleassee kamu jangan marah yahh."
"Rakaaa??"
"Raka Please.. jawab telepon aku. Aku khawatir sama kamu?"
"Raka?? Halooo.."'
"Raka jangan marah sama aku juga yahh.. aku minta maaf juga kalau tadi aku salah ngomong sama kamu."
Begitu banyak pesan yang di kirim oleh Cindy, tapi Raka sama sekali tidak menghiraukannya. Cindy juga menghubungi Andika dan juga Zara. Tapi karena mereka berdua sibuk juga membereskan barang - barangnya, Andika dan Zara tidak sempat melihat handphone mereka.
Setelah selesai membereskan barang - barangnya, Zara keluar dari kamarnya dan bersamaan dengan Andika yang juga baru saja keluar.
"Zara Lo beneran nggak kenapa - kenapa kan? Belakang Lo nggak sakit yah? Tadi gelas yang di lempar Putra kan gelas kaca yang besar, apa lo udah ngecek pundak Lo? Udah Lo pastiin kalau pundak Lo nggak kenapa - kenapa?" Tanya Andika.
"Iyaa Andikaa.. gue nggak kenapa - kenapa kok, udah gue liat tadi di kamar mandi. Emang agak merah sih, tapi nggak sakit kok. Nggak apa - apa." Jawab Zara.
"Hmm Alhamdulillah deh kalau gitu. Ya udah kita ke kamar Raka yuk, kok dia lama banget sih." Kata Andika berjalan menuju kamar Raka.
Saat Andika mau mengetok pintu kamar Raka, Raka sudah keluar, dan Raka sedang menelpon dengan pak Handoko yang sedang mencari Cindy.
"Iyaa - iya PaK Handoko. Sama - sama. Iyaa selamat malam Pak Handoko." Kata Raka lalu menutup sambungan teleponnya.
"Kenapa Raka?" Tanya Andika.
"Ini Pak Handoko nyariin Cindy, katanya Cindy belum balik dan nggak angkat telepon dari Pak Handoko." Jawab Raka.
"Ohh ya ampun.. tapi Lo ceritain apa yang terjadi tadi sama Pak Handoko?" Tanya Andika lagi.
"Nggak lah. Gue buru - buru nggak ada waktu untuk menjelaskan semunya ke Pak Handoko." Jawab Raka.
"Udah ayoo buruan pergi dari sini. Taksi onlinenya sudah ada di depan. Dan gue takut kalau Cindy di jalan menuju ke sini. Karena dia nggak menjawab telepon dari Pak Handoko. Dan Cindy juga dari tadi ngespam gue lagi. Yuk buruan yuk." Kata Raka sambil berjalan cepat menuju taksi yang sudah menunggu di luar.
"Ahh iyaa ayoo.. Zara sini gue bawain tas Lo ini." Ucap Andika lalu mengambil satu tas Zara yang menggantung di bahunya.
"Ahh gue kok nggak bisa sepeka Andika sih." Batin Raka yang melihat Andika membawakan satu tas milik Zara.
Akhirnya Raka, Zara dan Andika keluar dari hotel yang di ketahui Cindy, dan berangkat ke hotel yang tidak jauh dari hotel tersebut. Mereka takut Cindy akan datang lagi bersama Putra dan mencoba mengganggu Zara lagi.
Saat sampai di hotel tempat mereka pindah, Andika mengurus semuanya menggantikan Zara. Karena Zara sudah terlihat sangat lemas.
"Zara ini kunci kamar Lo." Kata Andika sambil memberikan satu kartu kunci kamar hotel untuk Zara.
"Dan ini untuk Lo Raka.. Raka Lo temenin aja Zara naik duluan. Kalian duluan aja, biar gue selesaikan di sini dulu." Kata Andika. Andika sangat mengerti kalau Raka dan Zara sudah sangat mengantuk dan sangat capek.
"Lo nggak apa - apa sendirian?" Tanya Raka.
"Yahh nggak apa - apa lah. Udah kalian naik aja yaahh.. barang - barang gue juga mau di bawa naik tuh sama waitersnya." Kata Andika.
"Makasih yah Andika, Lo juga kalau udah selesai langsung naik ke kamar Lo dan istrirahat yahh. Makasih sekali lagi Andika." Kata Zara.
"Iyaa - iyaa.. udah sanaa." Kata Andika.
Raka dan Zara pun naik bersama menuju kamar mereka masing - masing.
====