Chapter 51

2380 Kata
Suasana malam di Bali yang semakin malam semakin ramai, membuat Cindy dan juga Putra bersemangat untuk mengajak Raka, Andika dan Zara untuk tetap di luar dan tidak pulang dulu ke hotel.  "Nahh gitu dongg !!! Jangan cepat banget istirahatnya. Sia - sia tau !!!" Seru Cindy.  "Ahhh gue senang banget bisa ketemu Lo di Sini Cindy, coba kalau nhhak ada Lo, pasti Zara nggak mau ikut sama gue." Ucap Putra.  "Kamu nggak papa Zara? Jangan terpaksa ikut kalau kamu nggak bisa yah? Nanti kamu bisa sakit kalau memang harus istirahat sekarang." Ucap Raka.  "Iya Zara.. kamu nggak usah nggak enak sama gue yahh.. gue bisa ke sini lagi kapanpun gue mau kok. Gue nggak ngerasa ngebuang waktu gue kok." Ucap Andika yang sudah mulai kembali ke samping Raka dan menanggapi pembicaraan mereka dengan serius.  "Ihh apaan sih kalian berdua ini ??? Zara udah mau ikut, kenapa di buat goyah lagi sih." Kata Cindy yang semakin gemas dengan Raka, Andika dan juga Zara karena tidak berhenti berbasa - basi.  "Ayoo Zaraa !! Nggak usah dengerin Raka sama Andika.. mereka berdua pasti juga akan ikut kok. Yukk Putraa." seru Cindy.  Cindy sudah melepaskan tangan Raka karena ingin menarik Zara menjauh dari Raka dan juga Andika.  "Ayoo cepetan, duhh gue nggak sabar dehh pengen nongkrong bareng lagi sama Lo Putra, dan di cafe Lo juga. Jadi ingat pas kita masih kuliah hahah." Ucap Cindy yang berjalan dengan menggandeng Zara dan ada Putra juga di sampingnya, sedangkan Andika dan Raka, berjalan di belakang mereka.  Mereka semua berjalan ke parkiran menuju mobil Cindy dan mobil Putra.  "Zara sama aku aja yah." Kata Putra lalu mengambil tangan Zara dari tangan Cindy.  "Ehh tapi Raka sama Andika gimana?" Tanya Zara lalu berbalik ke belakang melihat Raka dan juga Andika.  "Lohh kok pakai nanya segala sih Zara? Kan ada gue.. Raka sama Andika bisa di mobil gue aja." Jawab Cindy.  Dddrrrttt drrrttt drrtttt (suara ponsel Cindy)  Cindy berjalan agak sedikit menjauh untuk menerima teleponnya.  "Nggak.. nggak bisa.. saya, Zara dan juga Andika naik taksi online saja, tidak usah ikut dengan kalian. Kamu tinggal Share lokasi aja lewat pesan. Aku nggak bisa meninggalkan Zara sendiran. Zara adalah tanggung jawab saya." Ucap Raka dengan tegas.  Zara kemudian melepaskan tangannya dari genggaman Putra.  "Kenapa begitu? Zara bisa memilih mau di mana kan? dan juga ini sudah lewat jam kerjanya Zara. Kenapa Zara harus tetap mengikuti kamu. Gue tau Lo atasannya, tapi nggak gini juga kali. Biarkan Zara yang memeilih mau dimana." Kata Putra membalas ucapan Raka dengan tegas juga.  "Aku sama Pak Raka dan Andika aja, naik taksi online. Kita ketemu di sana aja." Kata Zara.  Raka dan Andika tersenyum tipis seakan mengejek Putra.  "Tapi apa kamu nggak mau mengenang masa lalu kita Zara? Aku mau bicara empat mata sama kamu." Kata Putra lalu memegang kedua tangan Zara kembali.  Raka semakin tidak suka dengan Putra.  "Ohh itu taksinya udah datangg !!!" Teriak Raka agar Putra bisa segera melepaskan tangan Zara.  Zara langsung melepaskan tangan Putra dan berlari menghampiri Raka dan Andika. Akhirnya Zara, Raka dan Andika berangkat duluan menjjjimmm Cindy tidak mengetahui apa yang terjadi, karena ia sibuk menerima panggilan telepon dari Papanya. Kalau Cindy tau, Cindy pasti akan memaksa Raka untuk masuk dan ikut bersamanya ke dalam mobilnya menuju cafe milik Putra.  Setelah Cindy selesai menelpon, Cindy kaget karena Raka, andika dan juga Zara sudah tidak da di tempat.  "Loh kemana yang lainnya?" Tanya Cindy.  "Udah berangkat duluan Cindy,  mereka semua naik taksi online." Jawab Putra.  "Heh? Kenapa? Kenapa jadi naik taksi online?" Tanya Cindy.  "Nggak tau tuh. Kayaknya Raka nggak membiarkan gue untuk satu mobil dengan Zara. Katanya dia nggak bisa membiarkan Zara sendiri, karena Raka yang mengajak Zara ke sini, jadi harus tetap dengan Raka." Jelas Putra.  "Ah sudah ku duga.. tidak segampang itu membawa Zara. Raka pasti tidak mau, kalau lo satu mobil sama Zara." Kata Cindy sambil mencari kunci mobilnya.  "Hah? Maksud Lo?" Tanya Putra.  "Kenapa Gue harus menjelaskan lagi sih Putra?? Lo pasti tau alasannya kan?" Tanya Cindy lalu berjalan ke mobilnya.  "Maksud Lo Raka suka gitu sama Zara?" Tanya Putra.  "Ya iyalah.. apalagi kalau bukan itu alasannya Putra?" Tanya Cindy lagi.  "Yahh gue nggak mikir sejauh itu, karena tadi Raka memberikan alasan yang sangat masuk akal. Zara kan sekertaris dia, jadi gue nggak mikir sampai situ. Haduh gue kehilangan kesempatan dong untuk berduaan aja sama Zara." Kata Putra yang masih berdiri di samping mobilnya.  "Lo sih masa gitu doang nggak bisa nebak sih. Udah yuk berangkat, kalau kita kelamaan terus mereka sampai duluan nanti mereka pulang lagi. Ayo cepetanz." Kata Cindy. "Oh iya iyaa.. Lo jalan aja, gue cepet kok bawa mobilnya." Kata Putra lalu berlari masuk kedalam mobilnya.  Zara, Raka dan Andika sampai duluan di cafe milik Putra yang sangat ramai pengunjung, dan di iringi dengan musik yang di mainkan seorang Dj.  "Wah ramai sekali yahh.. Kita duduk dimana nih?" Tanya Andika.  Zara melihat sekeliling yang mejanya di sudut dan jauh dari keramaian, dan juga jauh dari pengunjung yang merokok. "Itu tuh, ada yang kosong di sana . Di situ aja yuk duduknya." Kata Zara sambil menunjuk meja yang jauh dari keramaian.  "Oh iya di sana aja." Kata Andika.  Raka ikut dengan pilihan Zara. Mereka berjalan ke meja tersebut, seoarang pelayan yang sudah melihat Raka, Andika dan Zara dari pintu masuk segera mengikuti mereka sampai ke mejanya untuk mempersilahkan mereka.  Pelayan tersebut memberikan buku menu, dan mencacat pesanan Raka, Zara dan Andika.  "Kita nggak salah tempat kan?" Tanya Andika ke Zara dan juga Raka.  "Nggak kok, supir taksinya kan tau tempat ini." Jawab Zara.  "Ehh Mba.. ini cafe milik Putra kan?" Tanya Zara ke pelayan yang melayani mereka.  "Ohh iya benar Mba.. ini cafe milik Pak Putra. Kalian semua temannya Pak Putra yah?" Tanya Pelayan.  "Tuhh udah benar kok." Kata Zara.  "Okeyy.. iya Mba, kita temannya Putra, sebentar lagi Putra juga akan sampai di sini." Sambung Andika.  "Ohh gitu yah.. kalau begitu silahkan bersantai dulu yah.. saya ambilkan pesanannya. Permisiiii." Kata pelayan.  "Iyaa Mbaa.. makasih yah." Kata Zara.  Saat sampai di cafe, Raka sudah dari tadi tidak berbicara. Raka memikirkan kata - kata Putra yang mengatakan kalau dia akan mengajak kembali Zara menjadi Pacarnya.  "Apa Zara mau yah ? Tapi kalau mau kan nggak papa juga? Kenapa gue mikirin terus sih." Batin Raka.  "Raka.. Lo kenapa? Lo sakit?" Tanya Andika sambil memukul pelan meja yang tepat di depan Raka.  Raka sontak terkaget.  "Ah? Nggak kok.. gue haus aja." Jawab Raka.  "Ohh kamu haus yah? Tunggu aku ambilin air dulu yah. Aku minta sama pelayannya." Kata Zara yang melihat sekeliling mencari pelayan.  "Tunggu deh aku kesana yah, cariin kamu air." Kata Zara sambil berdiri dari kursinya. "Ehh nggak usahh !!! Tunggu di sini aja pesanan kita, saya nggak apa - apa kok." Kata Raka dengan nada tinggi.  Raka seperti memarahi Zara, dan Zara menjadi salahpaham karena Raka menjawabnya dengan nada tinggi. Zara berfikir kalau dia cuma berniat baik untuk mencarikan air untuk Raka.  "Ehh maaf saya nggak bermaksud seperti itu, saya nggak marah yah sama kamu. Saya cuma lagi memikirkan sesuatu aja." Kata Raka.  "Iya nggak kok. Nggak apa - apa." Kata Zara dengan melemparkan senyuman untuk Raka.  Andika yang sangat peka terjadap sahabatnya itu, akhirnya membuka pertanyaan untuk Zara seputar Putra, yang menjadi mantan kekasihnya.  "Zar.. Lo pacaran sama Putra berapa lama dan sejak kapan?" Tanya Andika.  "Ah? Ohh ehmm mungkin kurang lebih satu tahun deh. Dan kayaknya waktu gue kelas dua SMA." Jawab Zara.  "Terus kenapa bisa putus?" Tanya Andika lagi.  "Ah, dia selingkuh." Jawab Zara yang terlihat biasa saja.  "Beneran? Wahhh pantes aja putus." Seru Andika. "Hahah.. iyaa begitu lah cinta - cinta monyet." Kata Zara.  "Tapi tadi dia ngomong kalau nggak salah dia pengen ngajakin kamu balikan. Apa kamu mau?" Tanya Raka. Raka tiba - tiba mengagetkan Zara dan juga Andika dengan pertanyaannya tersebut. Andika tersenyum kecil mendengar pertanyaan Raka.  "Ohh ternyata ini yang membuatnya khawatir dari tadi. Gitu dong di keluarin." Batin Andika sambil melihat Raka.  "Nahh.. iyaa kalau Putra ngajakin Lo balikan gimana Zara? Lo pasti nggak akan terima kan? Kan dulu udah jelas - jelas Lo di selingkuhin sama dia." Kata Andika.  Belum sempat Zara menjawab pertanyaan dari Andika, Cindy dan Putra sudah datang. Raka pun masih di bayang - bayangi kekhawatiran akan Putra yang akan mengajak Zara kembali pacaran dengannya.  "Haii.. kalian udah pesen?" Tanya Putra.  "Sudah dong Pak Putra.. ini pesanan mereka." Kata seorang pelayan yang membawakan pesanan Zara, Raka dan Andika.  "Ohh iyaa.. layani mereka dengan baik yahh.. tambahkan menu terbaik kita juga, sama keluarkan minuman kesukaanku empat botol yah. Nanti kalau habis tambah lagi." Ucap Putra ke Pelayan.  "Siap Pak Putra." Ujar Pelayan sambil menyajikan satu persatu pesanan yang di pesan Zara, Raka dan Andika.  "Wahh udah berapa lama yah gue nggak kesini, banyak banget perubahan di cafe Lo, jadi makin ramai juga. Keren banget sih." Kata Cindy lalu duduk di samping Raka.  Meja yang di tempati mereka adalah meja untuk enam orang. Raka yang tadinya duduk di paling sudut berhadapan dengan Andika akhirnya di temani oleh Cindy di sampingnya yang berhadapan dengan Zara. Putra memilih duduk di samping Zara, kini Zara berada di tengah Putra dan juga Andika.  "Yahhh begitulah, karena banyak teman - teman gue juga kan di media sosial yang terkenal makanya gua minta mereka promosiin cafe gue, jadi yah makin banyak pengunjung. Dan karena gue lihat makin banyak pengunjung makanya gue perbesar lagi dan membuat tampilannya jadi kekinian dan di sukai banyak anak - anak muda." Jelas Putra.  "Ini nih yang gue suka dari Lo, banyak yang bisa gue pelajari tau nggak tentang cara mengelola bisnis sendiri." Kata Cindy.  "Hahah bisa aja. Lo sendiri juga udah punya cafe kan? Gue malah belum sempat mampir ke cafe Lo." Ucap Putra.  "Iyaa nanti Lo coba datang ke sana deh, kalian juga. Tempatnya nyaman banget tau, di pinggir pantai gitu." Kata Cindy sambil melihat ke Raka, zara dan Andika.  "Iya nanti gue kabarin kalau mau kesana yah Cin. By the way kamu sampai kapan di sini Zara?" Tanya Putra.  "Mungkin besok udah balik, karena meeting udah selesai juga." Jawab Zara.  "Kok cepet banget, besok kan weekend.. terus besoknya lagi juga masih weekend.. kamu tinggal aja dulu sampai hari minggu. Biar aku ajak kamu jalan - jalan." Ucap Putra.  Zara menatap Raka seakan bertanya apakah boleh dirinya tinggal lebih lama lagi di Bali dan mengiyakan ajakan dari Putra. Raka menangkap tatapan mata Zara.  "Kenapa kamu melihat Raka? Kan emang nggak ada kerjaan lagi kan? Meeting sama Cindy udah bereskan? Raka nggak ada hubungannya lagi sama kamu kalau kamu masih ingin tinggal di sini sampai hari minggu. Ohh atau kamu takut tiketmu pulang kamu hangus yah? Apa tiket pulangnya udah di beli juga?" Tanya Putra.  "Mereka belum beli tiket pulang kok, jadi nggak papa juga kalau masih mau tinggal, nggak akan ada yang hangus kok." Jawab Cindy sambil memekan kentang goreng yang masih panas di depannya.  "Nahh kan belum beli tiket juga.. kita emang di takdirkan untuk ketemu Zara." Kata Putra.  "Iya Zara.. nggak apa - apa kok kalau kamu masih mau tinggal, itu semua terserah kamu. Lagian besok memang hari libur kan. Jadi silahkan kamu pakai hari libur kamu untuk liburan." Kata Raka. "Tuuhh.. Raka aja udah bilang boleh, masa kamu nggak mau sih jalan - jalan lagi di sini. Banyak hal yang mau aku tunjukkan sama kamu. Masalah tiket kamu biar aku aja yang beliin kamu." Kata Putra.  "Jangan.. itu tanggung jawab saya untuk membayar tiket Zara pulang - pergi. Nanti kamu kasih tau aja kalau kamu udah mau pesan tiket pulangnya." Kata Raka.  "Aduuhh Putra kenapa sih datang di saat yang nggak tepat gini. Gue kan di sini mau jalan - jalan bareng Raka aja, ngapain ketemu sih. Bikin hati gue makin bimbang aja." Batin Zara.  "Zara ?? Gimana? Kamu mau nggak tinggal di sini sampai hari minggu?" Tanya Putra lagi.  "Nanti aku fikir - fikir dulu yah." Jawab Zara. “Loh kenapa di fikir - fikir segala sih? Kan tinggal bilang iya atau nggak.” Seru Putra lagi.  “Aku harus nanya dulu ke mama aku, dia izinin aku atau nggak.” Balas Zara. “Hahahah.. Kamu memang nggak berubah yah Zara. Masih jadi Zara yang seperti anak kecil, yang apa - apa mama, apa - apa mama.” Kata Putra sambil tertawa.  “Iyalahh sekarang masih harus seperti itu. Nanti kalau gue udah menikah itu udah beda, nanti izinnya sama suami. Gimana sih.” Kata Zara.  “Iya - iya.. memangnya kamu mau menikah di umur berapa?” Tanya Putra.  “Yah tunggu jodoh aku datang lah, aku nggak mematok umur berapa aku akan menikah.” Ucap Zara.  “Kalau sekarang aja mau nggak?” Tanya Putra.  “Hah? Sekarang? Belum ada jodohnya.” Jawab Zara. “Lah itu di samping Lo ? Lo nggak liat segede itu.” Seru Cindy menunjuk Putra.  “Kalau gue sih jodoh gue tetap ini dong.. iyakan Raka?” Kata Cindy sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Raka.  “Ehhmm.. Cindy kok Lo tau banget sih.” Kata Putra sambil memperbaiki duduknya.  “Apaan sih.. kita kan baru ketemu lagi, masa iya langsung nikah. Dan aku juga nggak tau gimana kmu sekarang, dan kamu nggak tau gimana aku sekarang. Jangan main nikah - nikah aja.” Ucap Zara.  “Hahah iya - iya sensitif banget sih kamu Zara.” Seru Putra.  “Hmmm kayaknya gue jadi obat nyamuk aja nih di sini.” Kata Andika sambil meminum soda yang bealkohol yang di berikan oleh Putra sebagai minuman kesukaannya.  “Hahaha nggak lahh. Apa Lo mau gue kenalin sama temen gue? Gue ada banyak kok teman di sini.” Kata Putra.  “Gue juga ada kok Andika, Lo mau sama temen gue?” Tanya Cindy.  “Hahaha bercanda gue bercandaaa.” Kata Andika kembali menuangkan minuman ke dalam gelasnya.  “Enakkan Andika?” Tanya Putra yang melihat Andika menuangkan minuman lagi kedalam gelasnya.  “Ah iyaa.. lumayan. Gue baru coba minuman kayak gini loh. Seger juga yah hahah.” Jawab Andika.  “Iyaa lahh, makanya juga suka dan gue jadiin menu special di sini.” Kata Putra lalu meminum minumannya langsung dari botol.  “Zara kamu mau coba? Aku tuangin di gelas kamu yah.” Kata Putra lalu mengambil gelas Zara.  “Jangaann !!!” Teriak Raka menghentikan tangan Putra menuangkan minuman di gelas Zara.  Semuanya kaget mendengar Raka yang tiba - tiba berteriak.  ====
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN