Wasiat Terkutuk

1636 Kata
Sebulan sudah berlalu sejak hari ulang tahun Nara yang menggemparkan akibat pengumunan sepihak dari Nero. Hari ini seperti biasanya, selesai home schooling, Nara pergi ke sekolah umum untuk bertemu dengan teman-temannya. Langkahnya baru membawa Nara hingga ke gerbang sekolah. Saat itulah tiba-tiba ponsel disakunya bergetar. “Hallo?” “Hallo, Nona Nara. Ini Dyon, Alexanders Dyon. Asisten Tuan Nero. Saya ingin memberitahu kalau saat ini Tuan Nero masuk rumah sakit.” “APA?!”ucap Nara yang berhasil membuat beberapa pejalan kaki menoleh ingin tahu ke arahnya. “Tuan Nero baru saja masuk rumah sakit. Kalau bisa anda segera kemari.” “Rumah sakit mana?”tanya Nara yang saat ini sudah menjauh dari gerbang sekolah menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempatnya berada saat ini. Nara memacu mobilnya secepat mungkin menuju sebuah Rumah Sakit swasta terbesar di London. Nara benar-benar shock mendengar Nero masuk rumah sakit. Nara belum siap kalau dia harus kehilangan keluarga yang tinggal satu-satunya itu. “Kenapa Paman bisa masuk rumah sakit? Dia sakit apa?”tuntut Nara pada Dyon saat menemui Dyon di depan pintu ruang ICU. “Kata dokter, Tuan Nero terkena Angina Pectoris Unstable. Dan itu merupakan penyakit mematikan bila kita tidak bisa menjaga kondisi jantung Tuan stabil. Mungkin Tuan Nero tidak akan bisa bertahan lebih lama kalau dia mendapat serangan lain saat tubuhnya masih belum membaik.”jelas Dyon. “Kenapa baru sekarang?! Paman gak pernah bilang kalau dia sakit. Paman selalu terlihat sehat...”ucap Nara dengan suara bergetar,”Dan... Dan... Paman gak pernah pergi check up ke rumah sakit. Paman selalu terlihat sehat...” “Karena Tuan Nero tidak ingin Nona khawatir. Tuan Nero tidak akan pernah mengatakan apapun yang bisa membuat Nona khawatir. Hal terakhir yang tidak diinginkan Tuan Nero adalah membuat Nona khawatir, membuat Nona cemas. Apalagi sampai membuat Nona sedih.” Nara memandang Nero dari kaca. Tidak seorang pun yang boleh masuk ke ruangan itu, termasuk keluarganya. Hampir sekujur tubuh Nero dipasangi alat-alat kedokteran, mulai dari ventilator, cardiac monitoring, sampai DC shock sudah tersedia di sana. Entah berapa lama waktu Nero yang tersisa untuk bertahan hidup, mengingat penyakit yang dideritanya menempati urutan penyakit paling mematikan. “Paman gak boleh pergi! Cuma Paman keluarga Nara yang tersisa. Nara gak mau kehilangan Paman juga. Paman gak boleh kalah... Nara sayang Paman... Bertahanlah untuk Nara, Paman. Jangan pernah tinggalkan Nara...”ujar Nara sambil terisak-isak. ”Nara janji gak akan membantah Paman lagi. Nara janji akan lebih bersikap sopan dan feminine. Nara janji akan menjadi seperti yang Paman inginkan. Nara akan melakukan semuanya, Paman. Karena itu, Paman gak boleh pergi ninggalin Nara...” Nara sama sekali tidak ada pulang untuk istirahat di rumah sejak hari itu. Nara bahkan menghubungi semua gurunya dan mengatakan untuk batas waktu yang tidak tetap, Nara tidak bisa belajar untuk sementara. Nara mengambil alih semua pekerjaan Nero. Dan sampai saat itu pula Nero belum boleh dikunjungi siapa pun. Nara tidak putus asa, dia tetap menunggu di Rumah Sakit setelah pulang kerja. Bagi Nara tidak ada masalah kalau harus menangani urusan bisnis. Karena sejak sekolah menengah, Nara sudah dilibatkan Nero dalam masalah perusahaan. Dan kalau Nero lagi kumat-kumatnya malas menghadiri rapat dewan direksi, Nara-lah yang menggantikannya. Seminggu lamanya Nero dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya Nero menghembuskan nafas terakhirnya tanpa sempat sadar sekalipun atau meninggalkan pesan pada Nara. “Paman jahat! Paman gak sayang Nara... Paman pembohong! Paman tega pergi ninggalin Nara sendirian... Paman jahat!”isak Nara saat jenazah Nero telah dimakamkan. Hari itu juga Nero meninggal di usianya yang baru 31 tahun, meninggalkan Nara seorang diri dalam nama dua keluarga besar. Nara menghapus airmatanya yang sempat keluar saat jenazah Nero dimakamkan. Nara tidak mau terlihat lemah dihadapan orang-orang. Nara ingin memperlihatkan kalau keponakan yang dibangga-banggakan Nero adalah gadis yang tegar. Gadis yang sanggup menerima kematian Pamannya dengan tabah. Bukan gadis kecil yang akan menangis melihat keluarganya pergi. Semua rekan bisnis Nero turut menghadiri pemakamannya. Tidak sedikit keluarga yang ingin merawat Nara sampai dia menyelesaikan sekolahnya. Banyak keluarga dari klien bisnis Nero yang bersedia mengangkat Nara menjadi anak. Tapi dengan sopan Nara menolak semua tawaran orang-orang yang_Nara tahu_hanya ingin mengambil keuntungan darinya. Nara tahu, kalau dia menerima semua tawaran itu, cepat atau lambat, dia harus membayar budi yang sudah diterimanya. Dan itu akan berakibat buruk pada S.C dan perekonomian perusahaannya. Nara kembali ke rumah yang biasanya ditempatinya bersama Nero. Kini, hanya ada Nara dan pembantu di rumah besar itu. Baru kali ini Nara merasa kalau rumahnya itu memang sangat besar. Rumah keluarga yang dibangun ayahnya itu memiliki 13 kamar. 2 ruang tamu yang besarnya hampir sebesar lobby hotel, ruang keluarga, 2 ruang makan (1 untuk tuan rumah, dan yang satu untuk para pembantu), ruang kerja Nero, ruang belajar Nara, mini pub, home teater room, fitness room, pustaka pribadi, dapur, 4 kamar pembantu, 2 kamar tukang kebun, 2 kamar satpam dan sebuah garasi yang mampu menampung lebih dari 10 mobil. Kini rumah itu hanya ditempati oleh Nara dan 8 orang pekerja. Setelah mengganti baju, Nara segera turun ke ruang tamu untuk bertemu dengan Dyon yang saat di pemakaman sudah mengatakan kalau ada beberapa hal penting yang ingin dibicarakannya dengan Nara. “Nona Nara, saya tidak akan lama-lama. Saya akan membacakan surat wasiat kedua orangtua anda dulu sebelum surat wasiat Tuan Nero. Dalam surat wasiatnya, kedua orangtua anda menyatakan bahwa seluruh aset bergerak ataupun tidak atas nama Fornax Shamash, Lyra Shamash, dan Lyra Chamaeleon akan menjadi milik Titanara Armalite Shamash saat umurnya 17 tahun. Surat wasiat yang singkat bukan?? Itu berarti seluruh kekayaan kedua orangtua anda sudah menjadi milik anda sejak anda ulang tahun ke-17 kemarin. Anda mungkin menjadi remaja paling kaya disini saat ini.”ujar Dyon tenang. “Ya, aku tahu. Paman sudah memberikan gambaran tentang itu. Paman pernah bilang kalau saat aku berusia 17, itu berarti aku sudah mulai bertanggung jawab atas banyak hal. Terus bagaimana dengan surat wasiat Paman?? Dia menginginkan apa dariku??”tanya Nara tanpa bisa menyembunyikan kesedihannya, karena bagi Nara, Nero bukan hanya seorang Paman, tapi dia hampir seperti ayah buat Nara. “Disitulah semua masalah berada. Dalam surat wasiatnya, Tuan Nero menyatakan bahwa sebelum Titanara Armalite Shamash menerima semua hak-nya atas semua yang diwariskan oleh kedua orangtuanya, dia harus pindah dan menetap di Indonesia selama sisa masa SMA-nya. Selama di Indonesia, Titanara Armalite Shamash akan tinggal dengan Raka Mensa dan hanya mendapatkan uang bulanan sebesar 300 ribu rupiah.”jelas Dyon. “Apa?!”ucap Nara tak percaya. “Ya. Tuan Nero ingin anda tinggal di Indonesia selama sisa masa sekolah anda. Dan selama itu anda harus tinggal di rumah Raka Mensa dengan uang bulanan sebesar 300 ribu rupiah. Dia ingin anda mencoba menjalani kehidupan rakyat biasa, mengerti arti penderitaan dan susahnya hidup, sebelum bertanggung jawab atas nasib ribuan karyawan.” “300 ribu rupiah?! Raka Mensa??!”ulang Nara,”Mana cukup. Dasar Paman gila. Lagipula siapa itu Raka Mensa??” “Sepanjang pengetahuan saya, Raka Mensa adalah adik angkat Tuan Nero yang besar di Indonesia dan saat ini sudah menjadi seorang dosen di usianya yang baru 27 tahun. Laki-laki yang sangat cerdas, menurut saya.” “Aku gak mau pindah ke Indonesia!! Aku masih punya tabungan yang aku yakin, cukup untuk keperluanku selama aku sekolah. Paman sendiri yang bilang kalau dia menjamin tabunganku akan selalu cukup untuk keperluanku selama sekolah. Bahkan sampai aku menyelesaikan perguruan tinggi... Jadi aku gak mengharapkan warisan itu. Aku gak mau hidupku diatur-atur! Apalagi oleh orang yang sama sekali tidak ku kenal. Anda bisa membagikan semua warisan itu ke lembaga sosial atau kemana pun, bahkan kalau Anda mau, Anda bisa mengklaimnya sebagai milik anda. Yang penting aku gak disuruh ke Indonesia dan tinggal bersama orang yang sama sekali tidak ku kenal.” “Sepertinya Tuan Nero juga sudah memikirkan kemungkinan kalau anda akan bilang seperti ini, karena itu Tuan Nero menambahkan sedikit di akhir pernyataannya bahwa seluruh tabungan atau apapun aset bergerak maupun tidak atas nama Titanara Armalite Shamash akan dibekukan selama dia belum menyelesaikan wasiat yang diberikan padanya. Uang bulanan akan diberikan oleh Raka, selaku wali Titanara Armalite Shamash. Dan selama tinggal di Indonesia, Titanara Armalite Shamash dilarang memberitahukan nama aslinya termasuk pada Raka Mensa, apalagi memberitahukan kalau dia adalah pewaris sah atas The Shamash Company. Nama yang akan dipakai selama di Indonesia adalah Vela Carina. Dan sebelum Titanara Armalite Shamash menyelesaikan wasiat yang diberikan padanya, ia dilarang untuk kembali ke London tanpa izin Raka Mensa. Titanara Armalite Shamash hanya boleh kembali ke London kalau Raka Mensa memberikan izin.” “No Way!” “Bagaimana kalau kamu membacanya sendiri??”tanya Dyon sambil mengulurkan secarik kertas. Nara sayang, Kalau kamu membaca surat ini, berarti aku sudah meninggal. Maaf kalau aku sama sekali tidak memberitahukan masalah penyakitku. Aku terlalu menyayangimu hingga rasanya tidak sanggup melihat kau bersedih untukku. Nara, Aku tau kalau kau gadis yang kuat. Keponakan yang kubesarkan dengan penuh kasih akan sanggup menghadapi apapun. Karena itu, aku ingin kau melakukan satu hal. Kau lahir di Indonesia, sayang. Selesaikanlah masa sekolahmu disana sebelum kau menempuh perguruan tinggi. Kau harus tinggal bersama Raka, Raka Mensa, adik angkatku. Dia akan menjagamu. Tapi selain itu, kau juga harus belajar mengatur keuanganmu dengan berhemat, sayang. Kau hanya akan diberikan uang saku 300 ribu rupiah setiap bulannya. Dan kau harus menuruti apa yang Raka katakan. Nara, Bertahanlah sampai semua berakhir. Jika semuanya berakhir sesuai perkiraanku, kau akan menjadi gadis yang paling berbahagia di dunia, sayang. Kau akan menjadi pemimpin yang sangat dihormati dan juga cukup berkuasa untuk menaklukan perekonomian Negara. Aku percaya kalau kau dapat melakukan semuanya. Nara, Ingatlah, apapun yang nanti terjadi padamu, aku akan selalu melihatmu. Aku akan selalu bersamamu. Selama kau masih mengingatku. Nara, Ini bukanlah akhir dari hubungan kita. Hanya perpisahan dunia. Tapi sampai kapanpun, aku akan tetap menyayangimu sebagai apa dirimu sekarang. Aku, ayah, dan ibumu akan selalu menyertai semua langkahmu. Karena itu berjuanglah, sayang. Nero
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN