Kehancuran Desa Daru
Gemuruh langit terdengar kencang hingga membuat gendang telinga berdenging. Suasana sekitar, semakin terasa suram, sedangkan mendung hitam berkumpul menampilkan kilatan-kilatan mengerikan.
"Hancurkan semuanya! Jangan sampai ada yang tersisa!" seru salah seorang iblis dengan wujud mengerikan layaknya penghuni neraka, Belltafet.
Kilatan petir mulai menyambar rumah-rumah yang ada di Desa Daru, sebuah desa terpencil yang dikelilingi oleh gunung. Para iblis rendahan segera turun dari langit, mereka mulai membasmi semua manusia yang ada di desa.
Teriakan riuh para warga terdengar pilu, darah serta tangisan menggema di seluruh desa membuat pemandangan menjadi sangat menyedihkan.
Para warga berlarian menghindari serangan dari iblis-iblis gila yang menyerang, mereka berusaha untuk tetap hidup, tetapi sepertinya sia-sia. Para iblis mulai menghancurkan rumah, mereka menyerang warga dengan brutal menggunakan energi iblis yang setara dengan kekuatan bumi.
Blaaarr!
Dalam sekejap mata, beberapa rumah hancur karena serangan. Api menyambar di seluruh desa, membuat rumah warga terbakar hingga tak tersisa.
"Cepat! Musnahkan desa ini!" seru CentiLout yang menjadi tangan kanan raja kegelapan.
Belltafet dan CentiLout berada di atas awan, mereka hanya memerintahkan pasukan iblis untuk menyerang desa-desa kecil yang dicurigai sebagai tempat munculnya anak dalam ramalan.
Sementara itu, rumah yang berada di pinggir desa, dihuni oleh sebuah keluarga pemburu. Seorang pria paruh baya berusaha menghalangi para iblis yang hendak menyerang keluarganya. "Selamatkan anak kita, Ayu. Jangan sampai dia tertangkap, aku akan menghalangi iblis itu," perintah Rama Jaya Kusuma, seorang pendekar pemburu iblis. Ia bersiap di depan rumah dengan pedang api iblis miliknya.
"Ibu, aku takut," rengek seorang anak laki-laki yang berusia 14 tahun bernama Raka.
"Ikut ibu, Nak." Ayu mendekap putranya, ia segera membawa Raka ke dalam rumah.
Wanita itu terlihat bingung dan khawatir, manik matanya memandang ke arah sekitar. Pilihan Ayu jatuh pada sebuah lemari, ia segera memasukkan Raka ke dalam lemari dengan raut wajah ketakutan.
"Nak, dengarkan ibu. Apa pun yang kamu dengar, jangan pernah keluar dari lemari ini, kamu mengerti?" tanyanya sembari menggenggam erat tangan Raka.
Anak kecil itu mengangguk walau pun ia tak sepenuhnya mengerti. "Ibu mau ke mana?" tanyanya ketika Ayu hendak menutup lemari.
"Ibu akan pergi, Nak. Ibu akan berusaha kuat untuk melindungi dirimu, jadi kamu harus tetap di sini, ya," balas Ayu.
"Iya, Ibu."
Setetes air mata Ayu jatuh. Ia memeluk Raka dengan erat, sepertinya Ayu merasa bahwa ini adalah pelukan terakhir untuk putranya. "Sayang. Ingatlah satu hal, walaupun ibu telah pergi, tapi percayalah ibu selalu akan selalu bersama denganmu," ucapnya lirih.
"Ibu," lirih Raka hendak menangis, tetapi Ayu segera menghapus air matanya.
Ayu tersenyum sebelum menutup pintu lemari dan mengunci Raka di dalamnya. Ayu mengambil pedang yang tersimpan di dalam kamar, ia segera keluar untuk membantu sang suami dalam menghadapi para iblis itu. Baginya, yang terpenting adalah keselamatan Raka, walaupun ia harus meregang nyawa.
Suara gemuruh semakin terdengar jelas, sedangkan riuh para warga yang berteriak kesakitan terdengar di seluruh penjuru desa.
Blaaarr!
Suara ledakan terdengar sangat jelas, tak berselang lama Rama dan Ayu pun terpental ke arah belakang hingga tembok depan rumahnya hancur.
"Ayah ... ibu," lirih Raka sembari menangis tanpa suara, ia sangat ketakutan saat melihat ayah dan ibunya dari lubang kunci di dalam lemari.
"Hahaha! Rupanya kau adalah pemburu iblis!" seru CentiLout yang turun dari langit.
"Apa yang kalian inginkan! Kenapa kalian menyerang desa kami!" seru Rama.
"Kami mencari anak dalam ramalan, dia adalah anak dari seorang pemburu yang bisa mengalahkan kaum iblis. Apakah dia anakmu?" tanya CentiLout menyeringai.
"Jika ramalan itu ada, berarti kau tidak akan bisa memusnahkannya!" balas Rama.
"Hahaha! Tidak akan bisa? Aku akan menjelajahi dunia dan akan membunuh setiap anak pemburu agar tak ada lagi yang mengancam kedudukan raja kegelapan."
"Persetan! Kalian akan musnah karena kalian seharusnya tak berada di alam manusia!"
"Jangan banyak omong kau, Manusia! Cepat serahkan anakmu!" ancamnya.
"Hanya karena aku seorang pemburu, kau menghancurkan desa ini! Kau salah besar! Aku tak memiliki anak, kau datang ke tempat yang salah!" seru Rama.
"Benarkah? Aku tidak peduli. Misiku hanya untuk menghancurkan setiap pemburu di dunia ini," jawab CentiLout sembari tersenyum.
"Biadab! Rasakan ini!" seru Rama sembari menyerang CentiLout menggunakan pedang api iblisnya.
"Jurus pedang api iblis!" Rama menebaskan pedangnya ke arah iblis itu. Akan tetapi, CentiLout segera menghindar ketika api dari pedang menyambarnya.
"Kekuatan pedang itu tak mampu mengalahkan diriku. Rupanya kau lebih lemah dari yang aku kira, hiyaaah!" CentiLout membalas serangan Rama dengan energi iblis di tubuhnya.
Aaaarrrggghhh!
Rama terpental dengan darah segar di sudut bibirnya. Sisa tenaganya tak mampu untuk bertahan lebih jauh, tetapi ia tak menyerah. Rama dan Ayu terus berusaha untuk menyerang para iblis dengan segala kekuatannya.
Namun, kekuatan pangeran neraka tak sebanding dengan manusia biasa seperti mereka. Rama dan Ayu kalah dalam peperangan melawan iblis, mereka meregang nyawa disaksikan oleh Raka yang ada di dalam lemari.
"Ayah ... ibu ...." Raka berkata lirih, tubuhnya bergetar ketakutan saat melihat kedua orang tuanya tewas karena iblis bernama CentiLout. Ia ingin berlari, tetapi Raka ingat akan perkataan ibundanya tadi.
Air mata bocah lelaki itu mengalir deras, ia lemas ketakutan hingga pandangannya mulai memburam sebelum akhirnya Raka tak sadarkan diri karena tak kuat menahan tekanan di dalam batinnya.
Aura Raka mulai melemah, sehingga ia tak bisa ditemukan oleh para iblis yang ada di Desa Daru.
"Tidak ada orang lagi di sini, sekarang pergilah ke bagian barat dan bunuh semua pemburu yang hidup di sana!" perintah Belltafet pada pasukan iblisnya.
Ratusan iblis rendahan segera bergegas menuju ke daerah yang diperintahkan oleh pangeran neraka.
Desa yang tadinya asri, kini kacau tak berbentuk. Kehancuran ada di mana-mana, rumah warga terbakar habis, sedangkan jasad terbaring di seluruh desa. Bumi seperti tengah berduka atas bencana di desa ini, hujan turun begitu deras diiringi dengan gemuruh petir menyambar. Aliran air hujan membawa setiap tangis pedih dan darah kesakitan dari jasad para warga yang tergeletak menggelepar.
Badai mulai reda bersamaan dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat, tetapi salah seorang pria paruh baya mendekat ke arah Desa Daru yang dikelilingi oleh pegunungan hijau. Namun, pria bernama Ki Prana terkejut saat melihat kondisi desa yang tak berbentuk.
"Apa yang terjadi?" tanyanya lirih.
Ki Prana bergegas menuju ke rumah sahabatnya--Rama--untuk melihat keadaannya. Ia sudah merasakan adanya kejanggalan yang terjadi di area ini.
Manik matanya membulat sempurna saat melihat mayat Rama dan Ayu tergeletak tepat di depan rumah. "Rama!" teriaknya tak percaya sembari memangku tubuh dingin sahabatnya.
"Siapa yang melakukan ini padamu?" Ki Prana menitikkan air matanya di depan Rama. Namun, tatapannya terhenti pada sebuah luka yang ada di d**a Rama, luka itu membentuk sebuah pentagram dengan darah di sekelilingnya.
"Ini pasti perbuatan iblis gila itu! Aku tak akan membiarkan kematianmu sia-sia," geram Ki Prana sembari mengeratkan jemarinya.
Ki Prana meninggalkan jasad Rama dan Ayu, ia berniat untuk mencari keberadaan Raka. Dirinya tahu, jika Rama berhasil menyembunyikan anak itu karena Rama mengorbankan nyawanya demi menutupi aura Raka yang sebenarnya.
Tatapan sendu pria tua itu terhenti pada sebuah lemari tak jauh dari jasad Rama. Ki Prana segera membuka lemari secara paksa dan ia menemukan Raka dengan tubuh lemas.
"Ayo, Nak. Ikutlah bersama denganku, kita akan membalaskan dendam kematian ayah dan ibundamu," ucap Ki Prana sembari membawa Raka pergi dari desa dan menyembunyikannya sampai takdir memanggilnya.