Plak! Sebuah tamparan keras melayang di pipi Langit. Sedikit mengenai rahang kokoh milik pria sedikit berewok itu. Tamparan keras itu bukan berasal dari Hanz. Melainkan dari Alena yang bersusah payah menggerakkan tubuh lemahnya setelah mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu. Htainya bergemuruh setelah mnedengar pengakuan Langit yang membuatnya tercengang. Sungguh, dirinya tak terima jika Bintang dipermainkan. “Ba ji ngan! Berani-beraninya kamu nyakitin Bintang. Punya otak gak, kamu? Gadis sebaik dan setulus Bintang, kamu hancurkan perasaannya begitu saja. Terus sekarang, tanpa rasa malu kamu berani cari dia? Otak kamu di mana? Andai pun aku tahu di mana gadis itu sekarang, aku juga gak akan sudi kasih tahu kamu di mana keberadaannya. Apa kamu gak malu cari-cari dia la

