Bab 5

1049 Kata
Jason merapikan kamarnya yang berantakan. Beberapa hari ini ia sibuk di kafe membuatnya tak memperhatikan kamar. Ia tak suka jika asisten rumah tangga yang membereskan. Kamar adalah ruang pribadinya. Jason melirik ponselnya yang sepi beberapa hari ini. Sepi dari panggilan kekasihnya. Mungkin, hari ini Jason akan menemui Yessi dan minta maaf. Jason akan mengajak Yessi ikut ke lombok. Bekerja sambil jalan-jalan. Jason berniat menemu Yessi di butik. Sekalian memohon pada Eve agar memberikannya cuti selama satu minggu. Butik terlihat sepi, mungkin karena masih pagi. Jason berpapasan dengan Eve di pintu. "Eh..., yey. Ngapain pagi-pagi di sini? Bawain sarapan eke, ya?" Eve mengedipkan matanya. Jason mencebik melihat kelakuan Eve."Enggak! Belum juga ke kafe. Yessi mana?" tanya Jason, kepalanya celingukan mencari kekasihnya itu. Eve menatap Jason bingung."Lah, kan dia udah resign dua hari yang lalu. Masa enggak tau, sih, pacarnya." Jason terperanjat."Hah! Resign kenapa? Dia enggak ada bilang apa-apa sama aku." Eve mengangkat kedua bahunya."Eke enggak tau, Jas. Pas gue tanya ya... katanya dia capek kerja beginian. Mau cari kerjaan yang lebih baik lagi." "Astaga... kenapa dia enggak ngasih tau aku, ya." Jason mengusap wajahnya kasar. "Kalian itu ... akhir-akhir ini aneh. Berantem ya?" tebak Eve,”tapi, ya udahlah…emang kayaknya kalian itu nggak cocok.” "Cuma miss comunication aja, Eve, karena kan aku sibuk terus di kafe. Jarang ada waktu buat dia," jelas Jason. "Baguslah... putus aja udah!" Kata Eve santai. Jason melotot."Enak aja, lu!" Eve terkekeh."Ya udah lah... gue mau ke dalam lagi. Mau ikutan enggak? Gue punya partner kerja baru loh. Cantik." "Bodo amat! Aku mau nyamperin Yessi." Jason masuk ke mobilnya. "Idih... pergi sono ke si Yessi. Yang ada lu bakalan patah hati!" Kata Eve. Sayangnya Jason tak mendengar karena sudah di dalam mobil. Ia melajukan mobilnya dengan kencang. Sepanjang jalan hatinya sibuk menerka-nerka apa yang sedang terjadi dengan yessi. Semoga saja kekasihnya itu sedang baik-baik saja. Ia akan merasa bersalah jika ternyata Yessi sedang mengalami kesulitan dan disimpan sendirri. Lalu, gunanya sebagai kekasih apa? Mobil Jason terparkir di halaman kost Yessi. Suasana tampak sunyi. Hanya ada beberapa orang yang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Jason langsung ke kamar Yessi, menarik napas panjang, lalu mengetuk pintu. Beberapa kali, tidak ada yang menjawab atau pun muncul. Ia mencoba sekali lagi setelah beberapa menit. Hasilnya sama saja. "Mas... yang tinggal di situ udah pindah," kata seorang perempuan yang tengah menjemur pakaian. Jason menoleh."Pindah? Kemana, Mbak? Maaf kalau boleh tau." "Ke kostan Graha di jalan Bonsai. Keliatan kok itu ... yang kost gede banget," jelasnya lagi. Jason tersenyum."Terima kasih, Mbak." "Mas ini... saudaranya Yessi?" tanyanya lagi, membuat langkah Jason terhenti. Jason menggeleng."Saya pacarnya, Mbak." Wanita itu mengerutkan keningnya."Pacar? Kok enggak tau si Yessinya pindah. Ih... Mas bohong ya. Kan, Si pacar si Yessi itu Si Revan." Jason mematung sejenak, berusaha mencerna apa yang dimaksud oleh Wanita itu."Pacar? Revan? Pacarnya Yessi itu namanya Revan?" "Iya, nah... beneran kan, Mas nya ngaku-ngaku." Wanita itu tertawa geli. "Ya udah, Mbak. Makasih!" Jason mengabaikan ucapan wanita itu. Ia tidak bisa berspekulasi apa-apa jika tidak mendengarkan langsung dari yessi. Ia masuk kembali ke mobil dan menuju Jalan Bonsai. Sebuah kostan mewah sudah ada di hadapan Jason. Jason tak tau dimana kamar Yessi. Tapi, ternyata kost-kostan itu ada satpamnya. Jason menghampiri satpam tersebut. "Pak, saya mau ketemu orang namanya Yessi," kata Jason. "Yessi? Sebentar, ya?" Satpam itu melihat sebuah buku besar. "Oh... anak baru, ya? Kamarnya nomor empat. Deket... itu dari sini aja, Mas." "Makasih, Pak." Jason mengangguk. Jason menuju kamar Yessi dengan cepat. Mengetuknya dengan harapan Yessi ada di dalam. Setelah beberapa kali ketukan, Yessi membuka pintu dan keduanya sama-sama kaget. Jason sempat menangkap pemandangan di tempat tidur. Ada seorang laki-laki. "Jason? Ng... ngapain kamu di sini?" Yessi keluar dan menutup pintunya rapat-rapat. "Kamu... kenapa pindah enggak ngasih tau aku? Kamu resign... dan itu siapa?" Suara Jason membuat Revan terbangun dan keluar. Revan tengah mengenakan boxer dan bertelanjang dada."Ada apa ini, sayang?" "Kamu siapa? Kenapa bisa di kamar Yessi?" Jason menatap Revan tajam. Revan tertawa."saya pacarnya Yessi. Kamu siapa? Sepagi ini bertamu dan membuat keributan." "Yessi? Pacar? Saya ini masih pacar kamu, Yessi! Kamu selingkuh?!" teriak Jason. Ingin rasanya ia memukul sesuatu saat ini. "Hei, jangan membentak pacar saya!" Revan mendorong Jason. Yessi menahan Revan agar tidak berbuat lebih jauh lagi. Melihat itu, hati Jason menjadi panas. Sepertinya hubungan mereka terjadi sudah cukup lama. Sakitnya, dikhianati oleh kekasih. "Jas... tolong jangan buat keributan di sini. Ini Revan... kami memang pacaran. Maaf, Jas... kita... udah enggak bisa sama. Kita udah enggak sejalan." Kata-kata Yessi sangat menusuk. Ingin marah, tapi percuma. Yessi memang sudah tak ingin melanjutkan hubungan ini. "Kenapa, Yes? Bukannya kamu sayang sama aku? Aku juga sayang kamu, Yes," kata Jasontak terima. Yessi menggeleng."Sayang aja enggak cukup, Jas. Aku butuh kamu... di samping aku. Nemenin aku... memenuhi kebutuhanku secara bathin... secara lahir juga. Tapi, kamu... enggak kasih semua itu ke aku. Kamu terlalu mikirin kesibukan kamu. Aku enggak bisa tahan dengan hubungan seperti ini. Aku mohon.. kamu juga ngerti. Jangan lagi campuri urusanku." "Aku... arrggghh! Aku udah siapin liburan buat kita! Aku udah siapin tabungan buat rumah tangga kita nanti!" Jason memukul tembok dengan keras. "Maaf..., Jas, sudah terlambat. Aku... bersama Revan sekarang." Yessi mendorong revan masuk ke dalam. Yessi ikut masuk dan mengunci pintu. Dibiarkannya Jason di luar dengan hati yang hancur. Jason meratapi nasibnya. Yessi, tak lagi mencintainya. Yessi selingkuh. Dengan gontai, Jason melangkah meninggalkan Kost-an itu. Mendadak hatinya terasa hampa. Ia pun menyetir dengan sangat pelan. Sesampai di kafe, Randy sampai heran dibuatnya. Tak biasanya Jason bersikap seperti ini. "Mas, kenapa?" Tanya Randy yang panik melihat Jason seperti tak bertenaga. Tatapannya kosong. "Semua sudah berakhir, Ran... berakhir," jawab Jason dengan suara datar. Seperti tak ada gairah hidup. "Apanya berakhir, Mas?" Tanya Randy. "Hubunganku dengan Yessi. Dia selingkuh." Randy hanya bisa menenangkan bosnya itu. Ia tak tau harus bagaimana memberikan solusi. "Mas... sebaiknya istirahat saja di rumah. Biar ini... saya yang tangani." Randy memberikan saran. Namun, Jason tak menjawab. "Tama, anterin Pak Bos pulang aja. Bawa mobilnya. Nanti kamu ke sini lagi naik gojek," perintah Randy. "Ya sudah, Mas.... Pak, ayo." Tama membangunkan Jason. Jason menurur saja apa yabg dilakukan kedua pegawainya itu. Saat ini ia benar tak tau harus bagaimana. Sakitnya pengkhianatan ini. Ia sudah berjuang mati-matian menjadi pria mandiri. Tapi, semua itu justru membuatnya kehilangan cinta. Kehilangan kekasihnya, Yessi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN