Rumah megah itu, yang dulunya terasa seperti benteng perlindungan bagi Keyli, kini telah berubah menjadi sangkar besi yang tak terlihat. Di halaman yang luas, sebuah hamparan hijau yang membentang jauh sebelum mencapai gerbang besi kokoh yang kini tertutup rapat, Keyli sudah dicekal kuat oleh dua penjaga berbadan besar. Tangisannya pecah, suara pilu yang mengiris keheningan, memeluk erat putrinya yang mungil, tubuhnya gemetar hebat karena ketakutan yang mencekam. "Lepaskan! Biarkan aku pergi, biarkan aku pergi ...." histerisnya, suaranya pecah, tercekat di tenggorokan, membuat bayinya yang berada di pelukannya juga turut menangis ketakutan, seolah merasakan kengerian yang menyelimuti ibunya, sebuah firasat buruk yang belum terjamah nalar. Tak lama kemudian, sebuah bayangan muncul, menutu

