episode 6

1613 Kata
"Zella! Banguuun!!" Mama menggedor pintu ku. Aku menguap lebar. "Cepat buka pintu nya, kamu udah telat!" Aku langsung terduduk, dan menatap alarm di samping ku. Aku terlonjak, sekarang udah jam setengah tujuh?! Aku menepuk dahi pelan. Semalam aku lupa menghidupkan alarm, karena aku langsung ketiduran gara-gara kelelahan untuk mengusir bayangan itu. "Ayo, cepat" teriak mama lagi. "Iya, ma!" Balas ku, langsung menuju kamar mandi. "Hai, ma!" Sapa ku, saat selesai mandi. Aku sedang merapikan almamater ku, dan letak bando ku. "Hai, sayang." Balas mama. "Ayo cepat, kamu udah telat nih." Aku mengangguk, bergegas untuk berangkat. "Ma, papa mana?" Tanya ku. "Papa udah berangkat dari pukul lima pagi tadi, tadi mama mau membangun kan kamu, tapi papa menahan mama, katanya kasihan kamu, seperti nya kelelahan ." Jawab mama, sambil menyiapkan bekal ku. "Ini bekal untuk kamu makan nanti." Mama menyerahkan bekal untuk ku bawa. Aku menerima nya,"makasih,ma." Aku berlari menuju pintu keluar. "Silahkan masuk,non." Aku mengangguk, lalu masuk ke dalam mobil. Aku hanya diam selama di perjalanan. "Hai, Zell." Sapa Ghina. Aku menoleh, dia sedang membawa banyak buku dari kantor. "Hai." Balas ku. "Tumben kamu datang telat?" Tanya Ghina. "Aku bangun kesiangan." Jawabku. Ghina hanya mengangguk. "Pasti kamu kelelahan semalam." Aku hanya tersenyum. "Waah, anak teladan datang telat?!" Aku hanya diam, tidak menggubris nya. "Ini keajaiban dunia ke sepuluh." Lanjutnya. "Apa yang kalian inginkan." Tanya Ghina, menatap tajam ke arah mereka. "Yeah, pasti kalian bisa menjawabnya." Vino mengangkat bahu. "Tidak perlu menjawab, kalian pasti tahu jawabannya." Lanjutnya. Aku diam tidak menanggapi. "Ghin, jangan dengarkan mereka, ayo kita masuk." Aku menarik tangan Ghina menuju ke kelas. "Tunggu, kita belum selesai bicara." Vino menahan langkah ku. Aku berhenti. "Tidak ada yang perlu dibicarakan." Ucap ku dingin, dan kembali melangkah menuju ke kelas. Karena ketemu mereka, hilang selera makan ku, gara-gara mereka. Hingga jam istirahat, aku belum sarapan, perut ku udah memberontak untuk di isi. "Baik, anak-anak pekan depan kita ulangan, mengerti?!" Kami mengangguk. "Baik, kalian boleh istirahat." Bu Cinta menutup pelajaran, lalu beranjak menuju pintu. Ghina melihat ku yang lesu. "Zella, kamu sakit?" Aku menggeleng. "Terus kenapa wajah kamu pucat?" Aku hanya diam. "Aku belum sarapan tadi pagi, Ghin." Jawabku pelan. Dia menepuk dahinya pelan. "Kenapa gak sarapan?!" Tanya Ghina cemas. "Kamu tadi tahu kan, kalau aku telat masuk sekolah?" Dia mengangguk. "Tapi kamu kan masih bisa sarapan tadi, masih ada waktu dua puluh menit lagi sebelum bel masuk." Lanjutnya. "Tadi tiba-tiba aku gak selera makan, Ghin." Dia menatapku iba. "Oke, ayo kita ke kantin." Ghina menarik tangan ku. "Eh Ghin, tunggu dulu, aku ada bawa bekal dari mama." Dia menatapku. "Haah, baiklah, kamu makan bekal kamu, setelah itu baru kita ke kantin." Aku mengangguk, membuka bekal dari mama. "Kamu mau?" Tanya ku menawarkan. "Kamu makan sendiri aja." Jawab nya menolak tawaran ku. Aku membelah roti lapis yang di buat mama tadi menjadi dua bagian. "Nih, untuk kamu." Aku menyodorkan sebagian roti lapis ku. "Eh, gak usah." Tolak nya. "Makan, kalau kamu gak kamu makan aku juga gak makan." Paksa ku. Dia menerima nya dengan terpaksa. Kami menghabiskan roti lapis nya dengan lahap. "Udah selesai? Yuk kita makan ke kantin." Ghina menarik tangan ku. "Eh, aku udah kenyang, Ghin." Aku berusaha menolak tawaran nya. "Ayo, jangan nolak terus, gih." Aku tidak bisa melawannya lagi, aku menyerah, menuruti kemauan nya. "Kamu mau makan apa?" Tanya nya. "Terserah kamu aja." Jawabku singkat. "Oke." Dia mengedipkan sebelah matanya. "Nih uang nya." Aku memberikan nya dua puluh ribu. "Gak usah, aku akan mentraktir kamu." "Eh, jangaan!" Aku menolaknya. "Ssst, diam!" Dia langsung beranjak menuju tempat pemesanan. "Oh, ternyata kamu disini." Aku menghembuskan nafas kasar, karena jengkel mendengar suara yang selalu menggangguku. "Waah, sangat tidak sopan,ya." Aku menatap wajah nya. "Apa yang kamu inginkan?" Tanya ku ke Rayn. "Yeah, kamu kan tau aku ingin apa." Jawabnya, menatap ku datar. "Aku ingin kamu jujur." Lanjut nya. Aku terdiam tidak bisa berkata-kata. "Aku tanya sekali lagi, kamu sungguhan bisa menyembuhkan seseorang kan?" Aku menelan ludah. "Kenapa kalian sibuk kali sih, dengan urusan orang?!" Tanya ku jengkel. "Hei, kalau gitu kamu jawab pertanyaan kami dengan jujur." Balas Vino jengkel. "Apaan sih?! Aku kan udah jawab." Seru ku ketus. "Oh ya, ngomong-ngomong kamu gak suruh kami duduk?" Aku menatap mereka. "Ya, duduk sana." Aku melambaikan tangan menyuruh mereka duduk. Mereka duduk di kursi seberang kursi ku. "Kalau kamu jujur dengan kami, kami janji gak akan bertanya lagi." Bujuk Angel sopan. "Maaf yah, aku udah menjawab pertanyaan kalian." Aku menatap wajah Angel lembut. Mereka tidak bisa berkata apa-apa lagi. "Zella, aku udah beliin kamu bak mie super pedas dan jus mangga nih!" Serunya berlari sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman. Ghina masih tidak menyadari kedatangan mereka. "Eh, ngomong-ngomong aku kok merasakan ada aura yang aneh ya?" Bisik nya di telinga ku. "Tu, lihat ke depan." Aku menunjuk kursi seberang ku. Ghina patah-patah menoleh ke arah depan. "Kyaa!!" Seru Ghina kaget. Aku cepat-cepat menutup mulutnya. "Hei, kenapa harus teriak?" Tanya Vino menatap Ghina, seakan-akan mereka itu hantu atau apalah. Ghina mengatur nafasnya, "kalian stalker ya?" Tanya Ghina masih mengatur nafasnya yang memburu. "Enak aja, siapa bilang kami stalker?!" Seru Vino tersinggung. "Kalau gitu, kenapa kalian ngikutin kami terus?" Tanya Ghina curiga. "Emangnya kalau kami ngikutin kalian terus, tandanya kami stalker?!" Tanya Vino masih tersinggung. "Iya, di cerita-cerita banyak yang menyebut kan kalau orang yang terus di ikuti dengan orang secara diam-diam, tandanya dia stalker." Jawab Ghina panjang lebar. Rayn dan Vino menahan tawa. "Wahahaha!! Kamu belajar tentang itu dari cerita?!" Tanya Rayn yang udah tidak bisa menahan tawa nya. "Hahahaha, makanya jangan terlalu banyak nonton fiksi atau baca cerita yang gak jelas." Vino sampai memegang perutnya karena tidak bisa menahan tawa nya. "Hey, apanya yang lucu?!" Tanya Ghina marah. "Hahaha, tentu aja lucu, kamu mudah percaya dengan hal-hal gituan?" Tanya Vino menghapus air di ujung matanya. "I, iya, emangnya kenapa?" Tanya Ghina malu. Vino dan Rayn menepuk jidatnya pelan. "Hei, udah masuk tuh." Aku mencoba menghindar, dan memang kenyataannya kalau bel lagi berbunyi. ""Yaaah, udah masuk. Nanti kami akan menemui kalian lagi." Mereka beranjak berdiri. Kami juga harus masuk ke kelas. Hingga bel pulang berbunyi, aku kira mereka sudah menyerah, ternyata aku salah, mereka tetap mendatangi kami. "Hah, apa kalian tidak bosan untuk mengejar kami demi jawaban bodoh itu?" Tanya ku mengusap rambut panjang ku, mulai jengkel. "Iya, jawaban itu sangat penting bagi kami." Jawab Rayn serius. "Aku sudah menjawabnya, sekarang aku yang bertanya kepada kalian, kalian mempunyai kekuatan, bukan?" Tanyaku menatap serius wajah mereka. "Eh, kenapa kamu melempar pertanyaan ke kami?" Tanya Vino kaku. "Kalian terus bertanya apa kami mempunyai kekuatan, tapi saat kalian di tanya kalian malah mengalihkan pembicaraan." Tegas ku mulai kesal. Mereka saling pandang. Ragu mau menjawab apa. "Kenapa saat aku tanya kalian gak jawab, tapi kalian memaksa kami untuk menjawab, itu tandanya gak adil dong!" Seru ku. Entah kenapa aku kesal sendiri. "Iya, kami punya kemampuan itu. Sekarang kamu puas!?" Balas Rayn kesal. Yang lain menatap Rayn, sepertinya mereka sedang kode-kode. "Dan juga kalian sudah tau kalau Angel bisa baca pikiran, jadi untuk apa kami menyembunyikan rahasia ini ke kalian." Aku dan Ghina tertegun, mendengar kata-kata Rayn yang menusuk. "Hah, hilang sudah image ku di depan kalian." Rayn mengusap rambut nya yang berantakan. Eh, emangnya dia punya image,ya? "Hei, kenapa wajah kamu itu?" Tanya Rayn yang sadar kalau aku menatap nya. "Bukan apa-apa, emangnya kamu punya image?" Dia melotot ke arah ku. "Tentu saja!" Jawabnya ketus. "Oh, aku tau, image kamu itu kan yang terbilang paling tampan di sekolah, paling dingin di sekolah. Itu kan maksud kamu?" Tanya ku meremehkan nya. "Tapi kenapa orang pada suka sama anak yang seperti kamu? Rambut berantakan, baju kusut, gak pintar lagi." Lanjut ku. "Sudah puas menghinanya?!" Tanya nya geram. "Tapi yang ku katakan benar bukan?" Dia menatap ku jengkel. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena selalu di tahan oleh Angel. "Hei, asal kalian tau ya, aku itu lebih jenius daripada kalian!" Serunya jengkel. "Oh ya?" Dia terus menahan sabar. Aku tidak menyadari kalau sedari tadi dia hanya mengecoh kami, aku tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang merangkak masuk ke dalam tas ku dan Ghina. "Waah, udah jam segini, aku harus pulang. Bye!" Aku menarik tangan Ghina. Dari tadi Ghina hanya diam tidak terlibat dalam pembicaraan. "Rayn, kita harus mengejar mereka." Rayn menggeleng. "Gak perlu." Jawabnya, membuat teman-teman nya bingung. *** "Zella, kamu dari tadi kenapa melamun aja?" Tanya papa menopang dagunya dengan sebelah tangan ya. "Bulan apa-apa." Jawabku malas. "Bagaimana di kantor papa?" Tanyaku mencoba mencari topik yang lebih baik. "Lancar." Jawab papa tersenyum. "Ayo kita makan." Ajak mama. Aku dan papa mengangguk. Acara makan pun di mulai... Hanya menyisakan suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. "Ma, pa, aku mau ke kamar dulu, ya." Mama dan papa mengangguk. Aku berjalan menaiki tangga menuju kamar ku. "Huft, aku capek." Aku merebahkan diri ku ke tempat tidur ku. Aku masih terbayang dengan kata-kata yang dilontarkan Rayn tadi. Aku masih tidak menyadari ada yang mencurigakan di dalam tas ku. Di tempat lain... "Robot na, coba kamu periksa tentang mereka." Suruh Rayn. "Baik tuan." Robot na mengangguk. "Namanya Ghina, pemilik kekuatan hebat, yaitu mengeluarkan petir dan kinetik." Rayn mendengar kan dengan serius. " Yang satu lagi bernama Zella, dia pemilik kekuatan yang luar biasa sangat hebat, di antara salah satu bagian kekuatan nya adalah menyembuhkan seseorang." Rayn mengangguk. "Apa masih ada lagi penjelasan yang lain?" Tanya Rayn penasaran. "Seperti nya tidak ada." Jawab robot na. "oh masih ada lagi tuan, dia sedang di incar oleh seseorang yang sangat kuat, dan lagi dia memiliki kekuatan yang sangat sepesial." Rayn terdiam mencerna kata-kata robot na. "Oh ya, tuan kenapa anda mencari tentang mereka?" Tanya robot na tidak mengerti. "Bukan apa-apa, sebentar lagi mereka akan menjadi sekutu ku." Rayn tersenyum. Kembali ke tokoh utama... "Hah, udah jam berapa sekarang ya?" Aku melirik jam dinding yang ada di dekat pintu. "Hah kenapa aku belum ngantuk ya?" Aku terus bicara sendiri. "Hah, apa aku keluar saja sebentar." Aku berjalan menuju pintu. "Pa, apa kita tidak bilang saja ke Zella?" Tanya mama. Aku hanya berdiri di depan pintu mendengar kan pembicaraan mereka. "Belum waktunya ma." Jawab papa. "Hah, apa dia akan marah kalau kita merahasiakan ini dari nya?" Tanya mama masih khawatir. "Zella tidak akan marah, ma." Papa menenangkan mama. Aku langsung kembali ke dalam kamar ku. "Zella?" Aku diam berlari menuju tempat tidur ku. "Kamu masih bangun sayang?" Tanya mama membuka pintu. Aku menutup seluruh tubuh ku dengan selimut. "Oh, kamu udah tidur ya?" Aku tetap diam. "Baiklah mama akan keluar. Selamat tidur sayang." Mama kembali keluar. Air mata ku tiba-tiba mengalir, padahal aku tidak tahu penyebabnya. "Hoaam!" Aku cepat-cepat menutup mulut ku. "Hah, udah jam setengah enam aja." Aku mengucek mata ku. "Aku siap-siap, ah." Aku berjalan menuju kamar mandi. "Pagi, ma,pa!" Sapa ku. "Pagi, sayang!" Balas mama dan papa. "Ayo, sarapan!" Aku mengangguk, mengambil tempat duduk. "Tidur kamu nyenyak?" Tanya papa. Aku mengangguk. "Ayo cepat makan sarapan mu, kita akan berangkat setelah selesai sarapan." Aku mengangguk menyendok makanan ke mulut ku. Suasana terasa canggung. Entahlah, mungkin ini perasaan ku saja. "Ayo sayang, papa udah siap nih." Aku buru-buru menghabiskan sarapan ku. "Jangan terlalu terburu-buru nak." Mama tersenyum. "Zella udah selesai makan, ma. Zella berangkat dulu ya!" Aku melambaikan tangan ke arah mama. "Iya hati-hati di jalan ya, nak!" Balas mama. "Kami pergi!" Papa masuk ke dalam mobil, aku menyusul nya. "Zella, dari tadi papa perhatikan kamu tidak banyak bicara, kenapa sayang?" Tanya papa khawatir. "Bukan apa-apa, pa." Jawabku pelan. Hanya segitu topik pembicaraan kami, papa tidak banyak bertanya lagi, aku juga tidak mood untuk bicara. "Sudah sampai, hati-hati ya nak!" Papa melambaikan tangan. Aku mengangguk membalas lambaian nya. Aku berjalan menuju kelas. Saat sampai di kelas, aku tercengang. "Wah, ternyata kamu sudah datang ya?" "Tumben kamu datang cepat." Aku menatap nya curiga. Dia hanya mengangkat bahu, "kenapa, emangnya gak boleh?" Ini pemandangan yang luar biasa menurut ku. Anak yang biasanya datang telat, sekarang malah datang lebih awal. Tak lama setelah itu, Ghina datang. Dia juga tercengang melihat apa yang di lihatnya. "Wah, anak berandalan kayak kamu, bisa datang lebih cepat,ya." Rayn hanya mengangkat bahu tidak peduli. "Dimana teman-teman kamu?" Tanya Ghina. "Aku tidak berangkat dengan mereka." Jawab Rayn. "Terus, kenapa datangnya cepat banget?" Tanya Ghina lagi. "Aku ingin bicara dengan kalian. Aku tidak ingin melibatkan teman-teman ku, makanya aku datang cepat." Jawabnya serius. Kami menatapnya bingung. "Kalian duduk dulu." Kami duduk di kursi dekat mejanya. "Ada apa?" Tanya ku. "Aku ingin memberitahukan sesuatu kepada kalian." Jawabnya. "Tapi kita harus membuat kesepakatan." Lanjutnya. "Kesepakatan apa?" Tanya ku tidak mengerti. "Aku akan memberitahukan suatu rahasia, tapi kalian harus berkerja sama dengan ku." Aku dan Ghina menimbang-nimbang. "Yeah, ini pemaksaan terakhir, kalau kalian gak mau ya udah." Aku diam masih berpikir. "Teman-teman, kita ke UKS saja, disini mulai ramai." Rayn berjalan mendahului kami. "Cepat, perkiraan ku beberapa menit lagi teman-teman ku akan datang." Kami mengangguk menyusul nya. "Nah, disini lebih aman, masih ada waktu kita setengah jam lagi." Dia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. "Apa kita tidak akan ketahuan?" Tanya Ghina cemas. "Tenang saja, tidak akan ada yang melihat kita." Jawab Rayn santai. "Oke, kita lanjutkan pembicaraan kita tadi." Kami mendengarkan. "Bagaimana, apa kalian tetap tidak mau?" Kami masih diam. "Aku tidak memaksa kalian, tapi kalian akan menyesal karena tidak mendengarkan kata-kata ku." Arrgh!! Aku tidak bisa memilih nya. "Asal kalian tau ya, kamu itu sedang di incar oleh seseorang yang sangat kuat, dan di rumah mu ada yang akan mengkhianati kamu." Dia mengancam ku. "Apa kamu mengancam ku?" Tanya ku tidak percaya. "Aku serius, mungkin nanti atau besok, kamu akan mengetahui nya." Jawabnya berdiri. "Sebentar." Aku menahan tangan nya. Dia menoleh. "Kenapa?" Tanya nya. "Baiklah aku akan jujur, tapi kamu jangan membocorkan rahasia ini ke teman-teman mu." Syarat ku. "Baiklah, aku janji." Terima nya. "Benar, aku memang memiliki kemampuan menyembuhkan seseorang." Jawabku jujur. Dia tersenyum. "Baiklah aku akan memberikan informasi yang sangat penting untuk kalian, sebentar lagi akan datang kepada kamu seseorang yang sangat kuat dia juga memiliki kekuatan, dia bukan dari dunia ini, dia menginginkan benda yang ada di rumah mu." Jelas nya. "Dan aku bukan orang biasa, aku bisa memanipulasi ruang dan waktu." Lanjutnya. Aku terkesiap, Ghina di samping ku melongo. "Aku minta maaf karena sudah diam-diam memasukkan alat pelacak ke dalam tas kalian." Aku terperanjat kaget bahkan Ghina pun melotot merah ke arah Rayn. "Heh, bisa-bisanya kamu memasukkan alat pelacak ke dalam tas kami!" Seru Ghina marah. "Dasar tidak sopan!" Bentak nya marah. "Aku sangat minta maaf." Mohon nya. "Huh, pantas saja kamu Meu mengakhiri pengejaran nya." Aku mengelus punggung Ghina agar dia sabar. "Baiklah aku akan memaafkan kamu." Ghina menatap ku kesal, dari wajahnya dia seperti bilang, "kenapa sih kamu mudah sekali memaafkan dia?" Aku tersenyum, "lebih baik kita memaafkannya." Jawabku mengelus punggung nya. "Hah, baiklah aku akan memaafkan kamu, terimakasih udah memberikan informasi kepada sahabat ku." Ucap Ghina pasrah. "Aku juga berterimakasih karena kalian mau berkerja sama dengan ku." Balas nya. "Oke, ayo kita ke kelas." Ajak ku. Kami berjalan beriringan. Saat jam pulang sekolah, kami tidak lagi di kejar-kejar oleh mereka, karena salah satu diantara mereka sudah mengetahui nya. Aku terus memikirkan perkataan dari Rayn tadi. "Kamu masih memikirkan perkataan Rayn tadi?" Aku mengangguk. "Udah, jangan dipikirkan." Ghina menepuk pundak ku. "Ayo kita pulang." Ajak Ghina. Aku mengikuti nya. "Silahkan masuk nona Zella dan nona Ghina." Sopir pribadi ku mempersilahkan aku masuk. "Terimakasih pak." Ucap ku dan Ghina tersenyum. "Waah, Ghina apa kabar?" Tanya papa ke Ghina. "Baik, pa." Jawab Ghina. "Bagaimana keadaan di sekolah?" Tanya papa lagi. "Lancar pa." Jawab Ghina lagi. Aku hanya diam, berjalan gontai menuju kamar. "Kenapa Zella?" Tanya papa kepada ku. "Haha, dia sedang galau pa." Jawab Ghina asal. "Benarkah?" Tanya papa tidak percaya. "Eh, biar Ghina aja yang bujuk dia." Papa mengusap rambut hitam nya, lalu mengangguk. Ghina berlari menyusul ku ke kamar. "Hah, bagaimana ini Ghina, aku terus kepikiran." Keluh ku. Ghina mengelus punggung ku, prihatin. Di rumah Rayn... "Bagaimana rencana nya tuan, berhasil?" Tanya robot na. "Iya. Rayn mengangguk. "Mereka akan menjadi sekutu yang sangat penting dan hebat." Rayn tersenyum penuh misteri. Robot na hanya diam. "Akhirnya aku memiliki sekutu yang sangat hebat dan kuat. Hahaha!" Tawa Rayn pecah. "Selamat datang Zella dan Ghina!" Dia terus bicara dan tersenyum sendiri. Dia bisa tertawa, sedang kan aku terus memikirkan perkataan nya, dan Ghina terus mencoba menenangkan ku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN