"Hoaaam.." Aku menoleh ke arah Ghina, nampak nya dia bosan dengan pelajaran matematika.
"Oke, anak-anak pelajaran kali ini kita cukupi sampai disini!" Ucap pak Anton sedikit berteriak mengalahkan suara bel pulang.
Ghina yang tadinya mengantuk kembali cerah.
"Zell,yuk pulang." Aku menatap ke arah Ghina,dia dengan semangat nya membereskan buku-buku nya.
Kami berlari ke arah angkot yang hampir penuh sama murid-murid.
"Bentar pak!" Teriak Ghina saat hampir sampai.
"Ayo nak,masuk." Kami mengangguk dan masuk ke dalam angkot. "Ahh, akhirnya." Aku tertawa kecil melihat Ghina menghapus peluh di wajah.
"Zell, nanti aku ke rumah mu yah?",
"Hmm, boleh gak yah?"
"Boleh lah, boleh lah." Ghina memegang lengan ku manja.
"Iya,iya, sahabat kyuu." Kata ku meledeknya.
"Ih, apaan sih." Balas nya menyenggol lengan ku.
"Hahaha." Tawaku meledak.
Saat itu aku tidak sadar orang pada menatap ku. "Eh Zell,kamu di lihatin tuh." Aku yang baru sadar di lihatin, menunduk. "Makanya, jangan ketawa terlalu keras." Ledek Ghina.
"Eh, udah sampai tuh,yuk turun." Ucap Ghina saat angkot yang kami naikin berhenti pas di g**g rumah ku dan Ghina.
Saat aku mau membayar, tangan ku cepat sekali di cegat Ghina.
"Kenapa?" Tanya ku bingung.
"Biar aku yang bayar." Jawabnya.
"Tapi.."
"Ssst, tenang aja." Ucapnya membayar kepada bapak angkot.
"Terimakasih ya nak." Ucap bapak itu saat Ghina bilang ambil aja kembalian nya. Ghina hanya tersenyum dan mengangguk.
"Oke, jam berapa kamu ke rumah ku?" Tanyaku saat kami berjalan memasuki g**g rumah.
"Jam lima." Jawab Ghina.
"Daaah!" Serunya melambaikan tangan. "Daaah!" Balas ku.
"Eh,non udah pulang?" Tanya pak Amir. Pak Amir adalah satpam senior,dia sudah lama bekerja di rumah ku. Aku mempunyai dua satpam,satu bang Ade dan satu lagi pak Amir.
"Sudah pak." Jawab ku sopan.
"Gimana sekolah nya,lancar?" Tanya pak Amir lagi. "Lancar pak." Jawabku.
"Ayo masuk,non." Ajak pak Amir mempersilahkan ku masuk. Pak Amir mengantarkan ku sampai pintu rumah.
"Aku pulang!!" Salam ku sedikit berteriak. Aku mengetuk pintu rumah ku,siapa tau ada yang membukakan.
"Eh,non Zella udah pulang." Ucap bi Inah membukakan pintu lebar-lebar.
Aku hanya mengangguk.
"Gimana sekolah nya?"
"Lancar bi," jawab ku cepat.
"Mama ada,bi?" Tanya ku saat sudah di dalam.
"Ada non, lagi di ruang kerja nya." Jawab bi Inah. Aku langsung berlari ke ruang kerja mama di bawah tanah, aku berjalan menuruni anak tangga.
Aku sedikit terkejut melihat ruang kerja mama. Walaupun ruang kerja mama di bawah tanah rumah ku, tapi aku tidak pernah mau ikut ke ruang kerja mama.
"Mama!!" Mama yang sedang kerja, berhenti, barang-barang yang ada di ruang kerjanya jatuh berserakan , karena kaget saat melihat aku ada di ruangan nya.
"Aduh, zella,kamu kalau mau panggil mama jangan ngejutin mama dong." Omel mama kesal. Aku hanya nyengir.
"Maaf ma." Nyengir ku, menggaruk kepala yang tidak gatal, tidak merasa bersalah.
"Hah, kamu ini." Mama memijat dahinya, pusing menghadapi ku.
"Oh ya, kamu ngapain kesini?" Tanya mama Merapi kan barang-barang yang berserakan, karena tadi ku kejutin.
"Gak ada." Jawabku menggeleng.
"Tumben, kamu biasanya nolak kalau di ajak kesini, berarti ada sesuatu yang kamu sembunyikan nih." Mama menatap curiga ke arah ku.
Aku hanya tertawa dan mengangguk.
"Ma, nanti Ghina mau ke rumah kita." Jawabku jujur. Mama hanya manggut-manggut mendengar kan.
"Jam berapa?" Tanya mama, menatap ku.
"Jam lima." Jawabku ragu.
"Boleh gak ma?" Tanya ku memohon.
Mama tersenyum dan mengangguk.
"Yes!" Aku mengepalkan tangan.
"Oh ya, ngomong-ngomong bundanya Ghina gimana?"
"Udah lama Mama gak ketemu bundanya, semenjak mereka pindah keluar negeri." Aku mengangguk setuju.
"Bunda Ghina baik." Jawab ku.
***
Ting nong! Ting nong!
Bel rumah ku berbunyi.
"Nyonya, ada tamu." Ucap salah satu pelayan di rumah ku.
"Siapa?" Tanya mama.
"Saya tidak kenal dia, nyonya." Jawabnya menunduk.
"Baik, suruh dia tunggu." Pelayan itu mengangguk dan langsung pergi.
Mama menarik lengan ku, untuk ikut pergi.
"Dimana dia?" Tanya mama saat kami sudah berada di ruang tamu.
"Selamat sore nyonya Bella." Sapa seseorang.
Refleks aku dan mama menoleh ke arah sumber suara. Itu bukan Ghina, tapi...
"Miss Della!" Seru ku kaget.
"Selamat sore juga, Zella." Sapa Miss Della tersenyum ke arah ku.
"Miss ngapain kesini?" Tanya ku ragu.
"Saya mau bertemu dengan mama kamu." Jawab Miss Della, aku menatap bingung ke arah Miss Della dan mama bergantian.
"Apakah ada masalah, nyonya Della?" Tanya mama serius.
"Saya tidak bisa bicara disini." Balas Miss Della anggun. Tubuh tinggi nya dengan rambut panjang hitam lurus, membuat Miss Della semakin anggun.
"Baik, mari ikut saya." Miss Della pun mengikuti mama ke tempat kerja mama. Aku di tinggalin di ruang tamu, den pertanyaan-pertanyaan.
Karena aku tidak tahu kalau mama kenal dengan Miss Della.
Masa iya mama kenal dengan Miss Della? Sejak kapan?
Pertanyaan itu memenuhi pikiran ku.
"Terimakasih atas kunjungan nya nyonya Della." Ucap mama tersenyum.
"Tidak, saya yang harusnya berterimakasih, karena anda melayani saya dengan baik." Ucap Miss Della, balas tersenyum. mama dan Miss Della pun berjabat tangan, sebelum berangkat Miss Della memberikan sesuatu kepada mama.
"Sampai jumpa lagi nyonya Bella, dan Zella." Miss Della membungkuk ke arah mama. Kami balas membungkuk.
Setelah kepergian Miss Della, ada yang memencet bel, itu bisa ku tebak kalau yang datang itu Ghina, karena Ghina memang datang jam segini (jam lima).
" Hai Ghin." Sapa ku.
"Hai, mana mama kamu?" Tanya Ghina saat di halaman rumah ku.
"Ada di dalam." Jawabku, Ghina hanya mengangguk.
"Eh rumah kamu gak ada yang berubah ya."
"Maksud kamu?" Tanya ku bingung menatap nya.
"Iya, tetap besar, seperti istana putri." Jawab nya, balas menatap ku.
"Kamu berlebihan Ghin, mana ada seperti istana." Ucap ku kesal.
"Hahaha, maaf-maaf, aku hanya bercanda." Ghina hanya tertawa melihat ekspresi wajah kesal ku. Dia menunjuk-nunjuk pipi ku, yang membuat ku semakin kesal.
"Eh, nona Ghina,apa kabar." Sapa bi Inah. Yang di sapa hanya tersenyum.
"Mama mana bi?" Tanya ku, membiarkan Ghina sibuk sendiri.
"Di dapur." Jawab bi Inah. Aku langsung menarik tangan Ghina menuju dapur.
"Ma." Panggil ku. Mama menoleh.
"Eh, Ghina." Mama sedikit kaget saat melihat Ghina yang sudah berada di dapur.
"Halo, mama." Sapa Ghina sopan.
"Hai, apa kabar kamu, sayang?" Tanya mama kearah Ghina, mengabaikan ku.
"Baik ma." Jawab Ghina sopan. Mama mengangguk.
"Zella, bawa Ghina ke kamar mu, mama akan menyiapkan camilan." Ucap mama, melanjutkan melakukan pekerjaan di dapur. Aku mengangguk dan menarik tangan Ghina menuju kamar.
"Eh Zell, tadi itu Miss Della kan?" Tanya Ghina memulai topik pembicaraan, saat kami sudah berada di dalam kamar.
"Iya, emangnya kenapa?" Tanyaku balik. Ghina manggut-manggut.
"Tadi sebelum Miss Della ke rumah mu, Miss Della lebih dulu ke rumah ku." Aku yang mendengar nya, refleks teriak.
"Ssst, jangan teriak dong." Ucap Ghina menutup mulut ku dengan telapak tangan nya. Aku hanya nyengir, tanpa merasa bersalah.
"Zella, apa yang terjadi, kenapa kamu berteriak?" Tanya mama panik, sambil memegang nampan berisi minuman dan kue. Kami saling tatap.
"Eh, tidak ada apa-apa kok ma." Jawabku nyengir.
"Haduh, kamu ini." Mama menggeleng-geleng kan kepalanya, frustasi.
"Ini camilan nya." Ucap mama memberikan nampan berisi minuman dan kue kepada Ghina.
"Makasih, ma." Ghina menerima nampan itu, dan meletakkan minuman dan makanan ke atas mejaku yang ada di samping tempat tidur. Mama hanya mengangguk, dan keluar.
"Eh, kenapa Miss Della ke rumah kamu?" Tanya ku melanjutkan cerita yang sempat terjeda beberapa menit yang lalu.
"Mana ku tahu." Jawabnya mengangkat bahu.
"Aku aja bingung kenapa Miss Della ke rumah ku." Lanjutnya.
"Emangnya Miss Della datang ke rumah mu, kayak mana?" Tanya ku masih penasaran.
"Yeah, kayak guru berkunjung ke rumah murid nya." Jawab Ghina santai.
"Iya, aku tau, aku tanya itu, Miss Della datang ke rumah kamu itu mencari siapa?" Tanya ku lebih detail.
"Hmm, cari bunda ku." Jawabnya.
"Ngapain?" Tanyaku lagi.
"Entahlah, tapi saat kedatangan Miss Della, bunda sedikit kaget."
"Bunda teriak, 'eh, Della? Ngapain kesini?' gitu kata bunda." Aku tertawa kecil melihat Ghina menirukan gaya bicara bundanya.
"Aku takut Zell, kalau misalnya Miss Della melaporkan nilai fisika ku, kan nilai ku anjlok, jelek banget." Ucap Ghina cemas.
"Eh, walaupun nilai kamu jelek, bunda kamu tidak akan marah kok." Ledek ku, mencolek pipi merona nya. Ghina hanya mendengus kesal.
"Tapi, seperti nya Miss Della tidak mungkin bicara tentang nilai kita."
"Kok gitu?" Tanya Ghina menatap ku.
"Yeah, karena tadi saat mama ku melihat Miss Della, mama ku tidak terkejut, tapi malah bertanya hal lain, seperti sudah kenal." Jawabku santai.
Ghina manggut-manggut.
"Oh ya, bunda ku pernah bercerita kalau saat di SMA dulu, bunda ku mempunyai geng."
"Oh, ya?" Tanyaku tertarik.
"Iya, nama gengnya, geng misteri." Jelas nya.
"Hahaha, nama gengnya kok lucu?" Tanya ku tertawa, menyeka ujung mata ku yang berair.
"Mana ku tahu, bunda bilang nya kayak gitu, lagipula di geng itu ada mama dan papa kamu kok." Jawab Ghina mengangkat bahu, lalu mengambil sepotong camilan.
Aku manggut-manggut mendengar kan nya.
***