Mama?
Eka langsung melepaskan tangan Deka dan berlari cepat mencari escalator terdekat, menyingkirkan beberapa orang yang menghalangi jalannya dengan panik.
“ Mama!” gumam gadis itu . Sialan, Eka harus berputar mencari escalator untuk turun ke lantai bawah, gadis itu panik, matanya sama sekali tidak fokus pada jalan yang dia lalui sampai berulang kali menabrak orang yang berjalan didepannya. Nafas itu kian memburu tatkala sampai di lantai dasar dan sosok itu telah lenyap.
Tidak Eka tidak akan menyerah!
Gadis itu berpikir dengan cepat, melihat barang belanjaan mamanya tadi yang hanya berupa kebutuhan sehari- hari, sudah pasti itu adalah belanjaan terakhir wanita itu, Baiklah mungkin mamanya kini menunggu kendaraan diluar!
Eka langsung berlari keluar menuju lobby, mencari sosok bergaun navy tadi diantara ratusan orang yang berlalu lalang.
“ Mama!” teriaknya kencang pada sosok yang baru naik kedalam taksi. Eka berlari mengejar taksi yang mulai menjauh itu dengan terus berteriak.
*
Bumi menatap malas sosok yang berada didepannya itu, ini semua karena mamanya yang memaksa untuk mengajak Winona satu ini untuk berjalan- jalan menghirup udara segar Bandung. Dan maksud dari menghirup udara segar versi para wanita adalah dengan mengelilingi Mall yang luas ini dari atas ke bawah berulang kali dan masuk kedalam beberapa Butik yang berada disana.
Winona dan belanja adalah perpaduan dari mimpi buruk Bumi!
“ Lihat, Cantik sekali sepatunya!” pekiknya senang saat masuk kedalam Butik milik salah satu artis terkenal dengan semangat menarik bumi untuk masuk kedalamnya.
“ Lihat ini cantik sekali. Pasti cocok dikakiku!” Winona mengambil sepatu yang dimaksud dan mencobanya.” Benar apa kataku!Lihatkan!” wanita ini bergaya didepan Bumi dengan menunjukkan kakinya yang jejang.
“ Kalau menurut Mas, aku ambil yang mana? Yang warna nude atau pastel?” tunjuknya pada dua buah sepatu yang hampir sama.
“ Apa yang membuat keduanya berbeda?” keduanya kini terlihat sama di mata Bumi.
“ Tentu saja berbeda!”
“ Ambil saja keduanya!”
“ Pemborosan!” celetuk Winona tapi pada akhirnya dia mengambil kedua hells itu.
“ Tunggu, baju disini juga cantik- cantik!” ucapnya semangat, melepas sepatu yang dia coba dan berhambur mengelilingi Butik.
“ Apakah ini cantik untukku?” wanita itu datang dengan mata mengerjap dengan menempelkan sebuah kemeja cantik berwarna baby pink. “ Ah bagaimana kalau dipadukan dengan rok lipit ini?” gadis itu dengan cepat mengambil barang yang dia maksud dibalik deretan baju yang tergantung rapi.
“ Apakah perlu kucoba dulu untuk melihat hasilnya?” dengan semangat gadis satu itu masuk kedalam ruang ganti.
Bumi yang tengah duduk disofa besar yang berada diruangan itu menarik nafas lelah. Dan setelah ini bisa dibayangkan berapa banyak baju yang dicoba gadis itu?
“ Cukup Winona, sudah banyak baju yang kamu coba. Sekarang kita pulang!”
“ Tapi ada beberapa baju lagi yang bagus, aku masih mau melihat- lihat.” Gadis itu memasang wajah memelas dan Bumi menatapnya tajam.
“ Sebentar saja.” Puppy eyes itu membuat Bumi menarik nafas panjang, kemudian anggukan singkat dia berikan tapi sayang suara ponsel Bumi yang berbunyi memaksa Bumi untuk meninggalkan gadis satu itu. Mohon maaf nona sebenarnya ini adalah cara Bumi untuk kabur karena Menunggu wanita berbelanja adalah hal yang paling dia benci didunia ini.
“ Apa data yang saya minta kemarin sudah kamu dapatkan?” tanyanya pada Bayu saat berhasil keluar dari Mall.
“ Sudah Tuan Bumi. Saya sudah mengirimkan data karyawan tersebut melalui email.”
“ Bagus.” Pria satu itu menutup sambungan dan mulai membuka email saat mobil yang dibawa vallet berhenti didepannya. Pria satu itu masuk kedalam mobil bertepatan dengan seorang yang juga masuk kedalam kursi penumpangnya, membanting pintu mobilnya dengan keras.
“ s**t!..” Pria itu memukul kemudinya keras dan hendak memaki lebih saat mata tajamnya bertabrakan dengan manic abu yang menatapnya dingin. Pria satu itu mengerjap. Menatap sosok didepannya tidak percaya.
“ Cepat jalankan mobilnya!” wanita itu membentak Bumi dengan keras dibalik nafasnya yang memburu. “ Aku bilang jalankan mobilnya!” teriaknya sekali lagi dengan mata mulai memerah.
“ Ini mobil saya!”
“ s**t!” maki wanita itu, tanpa aba- aba wanita itu melompat keatas pangkuan Bumi dan menyalakan mobilnya.
“ Hey!” Teriak Bumi syok. Tentu saja, bayangkan saja sendiri kalau ada wanita yang duduk dipangkuanmu didalam ruangan yang sangat sempit itu. Sial, dia ini lelaki dan tentu saja hormonnya bergejolak dengan cepat terlebih lagi Bumi pernah merasakan rasa dari wanita cantik satu ini
Dan sialnya Bumi ingin mengulanginya lagi dan lagi.
Wanita satu itu, Menjalankan mobil mewah miliknya dengan kecepatan tinggi tanpa tahu kemana tujuan yang sebenarnya.
“ Mana Taksinya!” suara itu mulai panik.
“ Mana?!” Dan kini mulai frustasi
“ Ma..” Gumaman- gumaman tidak jelas terus terucap dari bibir wanita itu, membuat Bumi yang sedikit terpengaruh hormone mengerutkan alisnya. Apakah wanita ini sedang mencari seseorang?
“ Disana!” teriaknya bersemangat, menginjak pedal gas dengan dalam, kecepatan mobil bertambah membuat Bumi mau tidak mau menarik kencang safety belt yang kemudian mengurung keduanya semakin dekat.
Wanita satu ini menyalip setiap kendaraan yang ada didepannya tanpa sedikitpun mengurangi kecepatan dan Bumi sibuk memaki dalam hati. Setelah ini, awas saja woman! Kamu tidak akan selamat!
*
Manic abu itu fokus pada taksi yang beberapa meter didepannya itu, berulang kali Eka menekan klakson mobil , meminta taksi itu untuk berhenti, tapi taksi berlogo burung terbang itu semakin menambah kecepatan.
“ Berhenti!” teriak Eka keras disela bunyi klakson yang terus dia bunyikan.” Aku bilang berhenti! BERHENTI!” Dan taksi yang mereka kejar dengan cepat melewati lampu hijau di detik- detik terakhirnya, meninggalkan mobil mewah yang dipakai Eka terjebak di tengah- tengah perlintasan dengan raungan klakson yang silih berganti padanya.
“ Arg!” teriaknya keras memukul kemudi. Tanpa kata, Eka menepikan mobil dan keluar dari balik mobil dengan langkah pelan. Tatapan matanya kosong, merutuki kebodohannya yang tidak bisa mengejar taksi yang membawa mamanya dan dia tidak mengingat nomor polisi taksi itu.
Bagus sekali, Eka kamu BODOH!
Wanita itu terduduk diatas bangku taman dan menghapus lelehan air mata yang perlahan turun. Meruntukpun tidak akan ada gunanya sekarang!
Air mata yang mulai menumpuk dipelupuk mata itupun mulai menetes deras. Punya dosa apa dia dimasa lalu sampai harus seperti ini? Eka hanya ingin bertemu dengan sang Mama, tidak lebih!
Nafas gadis itu semakin menyempit dan kunang- kunang mulai memenuhi penglihatannya, kepalanya berdenyut hebat, membuatnya mengerjapkan mata berulang kali dengan menarik nafas secara teratur, memasok oksigen yang cukup kedalam paru- paru, jemarinya berusaha menggapai ujung bangku.
Tidak, dia tidak boleh pingsan sekarang!
Menguatkan diri, wanita itu meraih ponsel yang berada dalam tas kecilnya, menekan tombol pada layar tipis itu dengan jemari bergetar.
“ Rere..” Dan nafas itu mulai tersenggal, matanya mulai menggelap disertai ambruknya tubuh Eka. Suara- suara dari sambungan telepon terus berdengung, memanggil nama penelepon.
*
“ Dia bersama saya. Jangan khawatir!” Bumi menjawab sambungan telepon dan mematikannya. Bumi mengangkat tubuh lemas itu dan memasukkannya kedalam mobil menuju rumah sakit terdekat. Dan kini wanita itu terbaring diatas bangkar VIP dengan Bumi yang terus menatapnya.
Baiklah, Wanita ini keluar dari balik mobilnya begitu saja tanpa sepatah katapun, seakan Bumi itu makhluk tak kasat mata. Dan Bumi yang sudah mulai gila akan wanita satu itu tidak langsung pergi, menatap wanita yang menangis seorang diri.
Bumi butuh identitas wanita satu ini.
Pria itu meraih tas selempang kecil yang ada diatas sofa dan mengambil dompet dari dalamnya. Ada beberapa buah kartu debit dari beberapa Bank serta beberapa kartu belanja dari berbagai gerai serta butik.
“ Sepertinya wanita ini cukup kaya.” Pikir Bumi sejenak.
Kartu identitas dengan mudah Bumi ambil, membaca nama yang tertera di sana dengan hati- hati. “ Eka Calista Aditama.”
Bumi mengambil ponselnya dan menghubungi Bayu.
“ Eka Calista Aditama, saya mau data hari ini juga.”
“ Maaf tuan apakah data Eka Calista karyawan anda sama dengan Eka Calista yang anda minta saat ini karena nama mereka cukup mirip.”
“ Apa maksudmu?” alis Bumi menyatu sebelum mematikan sambungan teleponnya dan membuka Email yang belum sempat dia baca tadi.
Di email pertama, Eka Calista, hanya itu tanpa ada nama belakang serta dengan Pendidikan yang cukup serta sudah yatim piatu.
Dan Bayu kembali mengirimkan emailnya. Di email kedua ini, data didapat sangat berbeda. Secara garis besar wanita ini adalah salah satu Aditama, salah satu Klan yang punya pengaruh kuat disektor produksi Garment serta pemilik beberapa hotel mewah yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.
Apakah wanita ini sudah bosan hidup mewah atau ada sesuatu yang terjadi disini? Tidak mungkin wanita satu ini memata- matainya Nugraha sedangkan mereka bergerak disektor yang berbeda.
“ MA..” wanita itu mengigau. Isakan lirih terdengar silih berganti keluar dari bibirnya.
“ Mama tunggu Eka!”
“ Eka ikut mama..”
“ Ma..”
“ Mama. Aku mau mamaku!”
Pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga wanita itu dengan lembut lalu mengelus surai lembut Eka berulang kali.“ Tenanglah!”