“Huh, membosankan!”
Suara keluhan bergulir dari bibir Katrina yang sedang menggeliat dengan malas di atas ranjang besar di sebuah apartemen berukuran penthouse. Ia meraih ponselnya yang tergeletak di sisinya dan melihat kembali isi pesan di dalam ponselnya tersebut.
“Ck, ke mana sih dia? Menyebalkan!”
Katrina kembali menggerutu saat tidak menemukan balasan dari Valerio. Beberapa saat lalu gadis itu mengirimkan pesan kepada saudara sepupunya itu untuk segera kembali ke apartemen dan membawakan sejumlah darah segar untuknya. Saat ini ia tidak bisa berkeliaran sesuka hatinya karena khawatir sang ayah dan kakaknya telah menyebarkan para bawahan mereka untuk mencarinya.
Jemari Katrina menggulirkan layar ponselnya dan terlihat deretan pesan ancaman yang dikirimkan ayahnya, tetapi ia tidak me
