"Halo? Key, kau dimana?" Ucap James dari seberang telepon.
"Aku sudah dalam perjalanan pulang menuju apartemen."
"Kau tidak apa-apa?" Ucap mereka bersamaan.
"Aku dan anak-anak tidak apa-apa, kau tidak perlu mengkhawatirkan kami."
"Para b******n ini menyekap ku di sebuah gudang." Ucap James.
"Kenapa kau bisa tertangkap? bukannya kau pandai berkelahi?"
"Ya mau gimana lagi, aku lagi sibuk ngurusin kau, mereka datang-datang langsung main hantam."
"Jadi kau dimana sekarang?"
"Aku masih di gudang, tapi mereka semua sudah habis ku hajar." Ucap James.
"Seperti nya aku dipindahkan ke kota lain, aku berada di sebuah pelabuhan yang sudah tidak pernah di gunakan lagi."
"AH! Aku mengerti. Mantan pacarmu itu benar-benar menyeramkan Key, pasti dia ingin membunuhku lalu menjadikanku makanan ikan di laut."
"Hei, Devano tidak mungkin seperti itu."
"Kau sudah rujuk dengannya?" Ucap James penasaran.
"Aku tidak mungkin melakukan itu."
"Jadi bagaimana dengan anak-anak? Mereka sudah bertemu dengan—"
"Ya, mereka sudah bertemu dengan daddy mereka." Ucap Kezia dengan suara serak menahan tangis.
"Hei, jangan sedih begitu. Aku akan memesan tiket ke Jakarta untuk menemanimu disana. Besok tolong jemput aku di bandara ya?"
"Tidak perlu James, aku sudah cukup banyak merepotkanmu—" Ucap Kezia namun terputus karena James tiba-tiba mematikan sambungan telepon mereka.
1 pesan masuk dari James Charless
Jangan membuat ku stress dengan tangisanmu, aku akan sampai di Jakarta besok jam 8 malam.
Kezia tersenyum membaca pesan dari James. James memang paling mengerti dia, perilaku James yang seperti ini lah yang mampu membuat luka di hati Kezia jadi tidak terasa sakit lagi.
"Maafkan mommy ya." Ucap Kezia dengan lembut pada anak-anaknya.
"Mom, kalau seandainya daddy benar-benar merasa berasalah dan ingin kita kembali padanya, apa mommy mau?" Ucap Taylor penasaran.
"Entah lah, tapi yang pasti mommy akan melakukan segalanya untuk kebahagiaan kalian."
"Kalau Kenzie mau mom? Apa mommy akan sedih?" Ucap Kenzie. Kezia menggeleng sambil tersenyum.
"Mommy juga sadar kalau sebenarnya mommy sudah cukup jahat memisahkan kalian dengan daddy, tapi mommy—"
"Mommy takut kami melihat daddy membuang kita lagi kan mom?" Ucap Taylor.
Kezia terkejut mendengar pendapat anak perempuan nya yang langsung paham maksud dari segala tindakan yang ia lakukan selama ini.
"Iya." Ucap Kezia pelan dengan suara bergetar.
"Thanks to you udah nurunin mental yang kuat ke Taylor dan Kenzie, mommy gak perlu takut Taylor sama Kenzie sedih mom. Kami percaya apapun yang mommy lakuin itu semua untuk kebaikan kita bertiga." Ucap Taylor lagi sambil tersenyum lembut.
"Kita liat perjuangan daddy ya mom, kalau daddy memenuhi standar untuk jadi daddy nya Kenzie dan Taylor, baru kita balik lagi sama daddy. Okey mom?"
Kezia mengangguk sambil tertawa puas.
"Sini peluk mommy." Ucap Kezia sambil merentangkan kedua tangannya.
"Anak-anak mommy emang yang paling pintar!"
***
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi. Seorang laki laki mabuk dengan penampilan super kacau masuk kedalam rumahnya di sambut oleh sang ibu dengan perasaan khawatir.
Devano yang sudah tidak kuat lagi menahan kesedihannya terjatuh di hadapan Farah lalu memeluk kaki perempuan paruh baya tersebut. Sontak Farah lansung memeluk anak laki lakinya, sebagai seorang ibu tentu ia juga dapat merasakan kepedihan yang di rasakan oleh anaknya. Dan baru kali ini lah ia merasakan perasaan yang begitu menyakitkan dari dalam diri Devano.
"Dev sudah bertemu dengan Kezia ma." Ucap Devano sambil menangis. Ica yang menatap mereka sedari tadi langsung bangkit berdiri karena terkejut. Perempuan itu sudah kembali? Apa foto-foto kemarin adalah foto milik Kezia dan anak nya?
"Kezia tidak mau kembali padaku."
"Anak yang di kandungnya dulu benar-benar anak Devano. Mereka sangat lucu dan pintar ma. Seorang anak laki laki yang berwibawa dan seorang anak perempuan yang sangat pintar. Mereka semua sempurna, dan aku dengan bodohnya membuang mereka!"
"Dev tenang lah." Ucap Ica.
Tangan Ica dengan lembut mengusap air mata Devano. Baguslah Kezia sudah tidak mau lagi menerima Devano, dengan begitu ia tidak perlu khawatir Devano akan di renggut darinya.
"Aku akan selalu bersama mu Dev, aku tidak akan meninggalkanmu sama seperti Kezia meninggalkanmu."
"Singkirkan tangan kotor mu itu dariku!" Sahut Devano penuh amarah.
Dengan kasar Devano mencekik leher wanita ular yang selalu saja merusak kebahagiaannya.
"DEV!" Sahut Farah ketakutan.
"Dev--, Le-pas.." Ucap Ica,
"Kezia tidak akan meninggalkanku! Dia harus kembali bagaimanapun caranya!"
"Frans!" Sahut Farah.
Tubuh Devano langsung terjatuh setelah Frans menyuntikkan obat penenang pada Devano, setelah melepas cekikan Devano, sebisa mungkin Ica mengihirup udara di sekitarnya. Perempuan itu menjerit saat perutnya tiba-tiba terasa begitu sakit.
"Ayo nak, kita ke rumah sakit." Ujar Farah lalu membawa Ica berobat.
Tidur lelap Devano dibangunkan oleh cerahnya cahaya matahari yang masuk ke kamarnya.
"Tolong tutup tirainya, aku masih ingin tidur." Gumamnya.
"Dev, bangun ayo sarapan." Ucap seorang perempuan di depannya.
Devano membuka matanya perlahan dan menemukan Kezia sedang berdiri di depannya dengan senyuman termanis yang pernah Devano lihat.
"Cantik sekali." Ucap Devano tulus.
Ica membatu di tempat, jantungnya berdetak dengan sangat kencang sekarang, wajahnya benar-benar panas, pipinya pasti sudah berwarna merah seperti kepiting rebus saat ini.
"Turun lah, aku sudah memasakkan mu makanan." Ucap Ica selembut mungkin.
"Kamu tidak mau memberikanku kecupan selamat pagi dulu?"
"Kamu tidak biasanya seperti ini Dev." Ucap Ica sambil tertawa.
"Cium akuu.." Ujar Devano manja.
Ica mendekati Devano dan menicum bibirnya. Devano yang saat itu belum sadar sepenuhnya, membalas ciuman Ica dengan begitu mesra.
Dalam hati Ica merasa sangat bahagia, akhirnya setelah sekian lama Devano kembali membuka hatinya untuk Ica.
"Kenapa kau mencium ku?" Ucap Devano tiba-tiba, dengan kasar Devano mendorong tubuh Ica turun dari tempat tidurnya hingga perempuan itu terbating ke lantai.
"Aw!!"
"Kau bahkan mengambil kesempatan disaat aku tidur? Dasar perempuan murahan." Ucap Devano menahan rasa sakit yang seolah membanting-banting kepalanya.
"Apa?!"
"Frans!!"
"Saya tuan."
"Usir anjing betina ini keluar dari kamar ku."
"DEVANO JULIO!"
"Apa?" Ucap Devano santai.
"Kau sendiri yang memintaku untuk memberikanku kecupan selamat pagi." Jelas Ica tidak mau kalah.
"Dih najis! Cepat bawa perempuan gila ini keluar dari kamar ku Frans!"
"Baik tuan. Mari ikut saya keluar nona." Ucap Frans.
Setelah membersihkan dirinya, Devano mengambil telepon genggam di atas meja untuk menelepon seseorang yang sudah sangat berjasa baginya.
"Bisa temui aku hari ini? Aku akan mengirimkan lokasi ku padamu."
"Baik tuan, saya akan ke sana."
Di dalam sebuah restoran mewah seorang perempuan dengan seragam kerjanya duduk menahan malu, kalau saja ia tau tempat yang di tujunya adalah tempat se-mewah ini, dia pasti akan berdandan lebih layak lagi.
"Sudah lama menunggu?" Ucap Devano yang baru saja datang.
Seluruh pandangan sontak tertuju pada mereka berdua, bagaimana tidak, seorang Devano yang notabenenya adalah calon suami dari Isabella Geraldine menemui seorang perempuan berdua saja di sebuah restoran mewah. Hal ini tentu akan menjadi berita besar di media.
"Terima kasih karena sudah mempertemukan ku dengan perempuan yang ku cintai dan anak-anak ku yang sudah sepuluh tahun menghilang." Ucap Devano.
Angel terkejut dan langsung menyemburkan air minum dari mulutnya ke wajah Devano.
"What the—"
"OMO! Maafkan aku!!!!" Sahut Angel heboh.
"Tidak apa. Untung saja hari ini aku tidak ada jadwal ke kantor." Ucap Devano berusaha sabar.
"Aku benar-benar terkejut. Kau sudah punya anak? Bukannya kau belum pernah menikah?" Ucap Angel.
"Untuk apa aku menceritakan kisah hidup ku pada orang asing seperti mu?" Ucap Devano.
"Ah maafkan aku, seharusnya aku tau batasan."
Devano melihat ekspresi Angel yang tampak penuh rasa bersalah, entah kenapa ia menjadi kasian dengan perempuan itu.
"Kezia hamil anak-anak ku saat kami masih SMA dulu, dan aku membuangnya. Setelah itu dia menghilang bagaikan ditelan bumi. Aku sangat menyesal—"
"Mampus." Potong Angel singkat.
Perempuan itu memotong steak di piringnya dengan santai tanpa memperdulikan reaksi terkejut dari orang-orang di sekitarnya.
"Oh? Untuk kali ini aku tidak akan meminta maaf. Aku sengaja mengatakannya."
Devano menghela nafas lalu meminum wine mahal di gelasnya.
"Ya, kau memang tidak salah. Kau pantas mengatakan itu untuk b******n seperti ku."
"Baru kali ini aku bertemu dengan laki laki tidak bertanggung jawab tapi menerima saat dirinya di hina."
"Itu karena aku sangat menyesali perbuatan ku pada Kezia."
"Jadi kau sudah bertemu dengan nya?" Devano mengangguk.
"Dia menolak ku mentah-mentah."
"Ternyata selain sangat cantik, dia juga sangat pintar."
"Bisa kah kau berhenti menyudutkan ku? Tanpa kau bilang aku juga sudah tau dia tidak akan langsung menerimaku."
"Umm... Tidak bisa." Balas Angel tanpa takut sedikit pun.
"Jadi apa kau akan berhenti?" Tanya Angel.
"Tentu saja tidak."
"Bagus." Ucap Angel sambil tertawa.
"Go get your queen." Ucap Angel singkat namun berhasil membuat Devano kembali bersemangat.
"EH TAPI!!" Sahut Angel tiba-tiba.
"Bukannya kau akan segera menikah dengan Isabella Geraldine?"
"Ica? Ya. Sebulan lagi acaranya akan di selenggarakan?"
"Dan kau masih serius ingin mengejar Kezia? Kau ini beneran seorang direktur kan?"
"Tentu saja aku seorang direktur. Kenapa?"
"Umm.. bukan apa-apa."
"Katakan." Ucap Devano penasaran.
"Menurut ku kau sedikit bodoh untuk seorang direktur, no hurt feelings ya, tapi kau benar-benar ingin mendapatkan Kezia dan Ica sekaligus?"
"No! Hahaha kau salah. Aku tidak menginginkan Ica, satu-satunya perempuan yang aku ingin kan di dunia ini hanyalah Kezia." Ucap Devano serius.
"Ya ya ya. Terserah apa katamu. Aku akan kembali ke kantor, terima kasih makanannya, ternyata makanan di restoran mewah seperti ini sangatlah lezat." Ucap Angel malas.
"Aku belum mengizinkan mu pulang." Ucap Devano mengintimidasi.
Karena takut Angel kembali duduk di kursinya. Perempuan itu mulai sadar kalau pria yang saat ini duduk di depannya bukanlah orang biasa yang bisa ia perlakukan seenaknya.
"Aku mengajakmu bertemu seperti ini untuk membuktikan sesuatu." Ucap Devano lalu langsung mencium bibir Angel.
Tangan Angel spontan mendorong tubuh Devano menjauh, tidak, ia tidak mau terseret ke dalam gosip panas netizen Indonesia. Isabella adalah artis yang memiliki banyak fans fanatik dan fans-fansnya itu pasti akan menyerang Angel jika idola mereka tersakiti.
"Ini kunci apartemen milikmu, mulai hari ini kau akan terikat denganku sampai aku berhasil mendapatkan Kezia kembali."
Devano memberikan dua buah kunci dari tangannya kepada Angel.
"Apa maksudmu? Aku tidak mau mati di tangan fans-fansnya Ica."
"HAHAHA. Tentu aku tidak akan membiarkan nya membunuhmu."
"Ini kunci mobil untukmu, aku akan meletakkan beberapa pengawal yang cukup kuat untuk menjagamu, jadi aku saran kan kau keluar dari pekerjaanmu yang sekarang, selama rencana ini berlangsung segala kebutuhanmu akan aku penuhi. Setelah semua ini selesai, kau akan berkerja di perusahaanku."
"Kenapa kau memberikan ku semua ini?"
"Pintar. Kau langsung tau aku memberikan ini semua bukan dengan cuma-cuma."
"Sekarang dengarkan aku baik-baik" Bisik Devano dengan seringai menyeramkan di bibirnya.