Aku menarik lengan Altez keluar dari toko perhiasan. Destinasi pertamaku merupakan kegagalan. Aku terlalu cepat menentukan padahal klien ku punya minat yang unik. “Aku punya beberapa ide hadiah buat Marsha, tapi aku nggak akan menemukannya di sini. Kalau kamu bisa foto kamar Marsha, aku akan sangat tertolong untuk menemukan hadiah yang tepat,” kataku. Percaya deh, Altez nggak terganggu karena aku terus menggelayuti lengannya. Hei, apa ini pertanda kelainan? Aku harus mencatatnya untuk dibahas bersama Kirman saat pulang nanti. “Kenapa aku harus potret kamar Marsha?” Altez memandangku dengan geli. “Kamu bisa melihatnya langsung.” “Maksud kamu?” tanyaku. “Malam ini, aku akan malam di rumah Kak Filly, mamanya Marsha. Kamu ikut aku dan lihat sendiri kamar Marsha.” “Ikut makan malam?” Apa

