1. Lilo and Stitchy (1)

1051 Kata
"Ada sebagian orang mampu mengingat hal-hal yang terjadi secara detail, bahkan saat hal tersebut sudah berlalu selama puluhan tahun. Kondisi ini dikenal dengan sebutan Hyperthymesia." Seseorang dari deret ketiga, barisan tengah kelas mengangkat tangan, bertanya, "Dokter Daniel, apakah itu sejenis kelainan saraf?" Nama gadis berjilbab putih ini adalah Adelia Riani. Siswa lain melirik Riani, lalu kembali menatap pria muda dengan jas dokter dan kacamata yang membingkai iris gelapnya. Wajah pria usia di atas tiga puluhan tahun ini terlihat ramah. Daniel Graham adalah anma sang dokter. Daniel memandang dua puluh satu siswa dalam ruangan yang terbagi dalam dua belas meja. Semeja berisi dua orang. Masing-masing berpasangan. Posisi meja dibagi menjadi tiga barisan, setiap barisan memuat empat deret meja memanjang ke belakang. Jika melihat dari sudut pandang Daniel, Riani ada di bagian tengah, sementara Steve di deretan meja paling kanan. Hanya ada satu orang yang mendiami meja paling belakang kelas. Daniel tersenyum melihat tatapan para siswa yang penasaran akan penjelasannya. "Sebelum ke sana, saya akan jelaskan sedikit asal muasal kata itu. Hyperthymesia berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani. Yaitu thymesis yang artinya mengingat, dan hyper yang artinya terlalu banyak. Sindrom hyperthymesia adalah kondisi seseorang yang memiliki ingatan riwayat hidupnya, atau kejadian yang terjadi di masa lalunya dengan sangat baik." "Apakah orang dengan sindrom ini benar-benar bisa mengingat semuanya dengan detail?" tanya siswa dengan warna netra yang berbeda dari yang lain. Dialah Steve, lengkapnya Steve Arya Wellington. "Benar. Dia bisa ingat sangat detail. Misalnya jika kita menyebutkan tanggal dua Februari, pada sepuluh tahun lalu, orang dengan sindrom ini bisa menjelaskan apa yang dia lakukan hari itu, baju warna apa yang dia pakai, dia makan apa, bahkan siapa saja yang dia temui pun bisa diingatnya." Para siswa mulai bergumam tidak jelas, dan menuliskan informasi ini di dalam buku catatan mereka. Steve tampak mengagumi orang dengan sindrom tersebut, netra birunya yang sewarna samudera itu seolah berbinar. "Apakah mereka benar-benar ada?" tanya siswa lain. "Benar. Dikatakan, hanya ada dua puluh orang di dunia yang memiliki sindrom ini. Salah satunya Bob Petrella." Para siswa serentak mengambil ponsel di saku, dan mencari nama Bob Petrella di internet. Beberapa berdiskusi dengan teman semeja, yang lainnya menuliskan di catatan dalam diam. Daniel tersenyum melihat respon berbeda para penghuni kelas X IPA 1. Ini kelas kelima yang dia datangi dalam seminggu belakangan, dan kelas ini yang paling tinggi rasa haus pengetahuannya. Setelah melihat beberapa wajah bingung, sebelum ditanya, Daniel dengan tekun menjelaskan sembari menunjuk penampang gambar otak di layar putih dekat papan tulis. Itu hasil proyektor. "Otak kita memiliki dua macam ingatan, yaitu ingatan jangka panjang dan ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek dan jangka panjang disimpan di bagian otak yang berbeda. Saat kita mengalami suatu hal, otak kita menyimpannya dalam ingatan jangka pendek. Misalnya pakaian apa yang kita kenakan kemarin. Ingatan jangka pendek ini biasanya akan segera terlupakan. Kalau kita mengalami sesuatu yang menurut kita itu penting, kemungkinan otak akan menyimpannya dalam ingatan jangka panjang. Seseorang dengan hyperthymesia memproses ingatan jangka pendek seperti orang lainnya. Namun, bedanya, peneliti menemukan kalau tingkat ketepatan dan detail-detail justru terus membaik dalam ingatan seseorang dengan hyperthymesia. Orang dengan kondisi ini bercerita tentang masa lalu tanpa kesulitan untuk mengingat hal-hal kecil. Terutama kejadian yang terjadi setelah usia sepuluh atau dua belas tahun." "Bagaimana kondisi Hypethymesia bisa terjadi?" tanya Steve, benar-benar tampak semangat mengikuti pembelajaran kali ini. Berbeda dengan gadis dengan name tag Hestia Lila W. di sebelahnya. Sejak tadi Lila hanya fokus mencoret bukunya, menggambar sesuatu yang tidak dia biarkan bahkan angin untuk melihat gambarnya. "Pakar dan peneliti ilmu saraf meneliti tentang hyperthymesia sejak tahun 2000. Namun bagaimana kondisi ini bisa terjadi masih belum dipahami sepenuhnya. Pakar neurologi James Mc Gaugh mengatakan, ada bagian-bagian tertentu di otak seseorang dengan hyperthymesia yang bertindak lebih cepat." "Kayak mesin pencari google?" tanya Riani. "Yap, benar sekali." Daniel tampak menyukai semangat Riani ini. "Kemungkinan, kita semua masih memiliki ingatan dari masa lalu dalam otak kita, sama seperti orang yang memiliki kemampuan hyperthymesia. Namun, kita tidak memiliki kemampuan untuk meraih informasi ingatan tersebut di otak kita. Jika dilihat dari gambar struktur otak, peneliti menemukan kalau ada perbedaan struktur otak orang biasa dengan orang yang memiliki hyperthymesia." "Apakah ada ciri-ciri tertentu pada orang dengan sindrom ini, Dokter?" Steve kembali bertanya, tampak tak mau kalah dengan Riani yang bersebelahan meja dengan mejanya. Daniel tampak mempertimbangkan kalimatnya. "Seorang yang memiliki kondisi hyperthymesia kemungkinan menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan kejadian yang terjadi padanya di masa lalu. Kemudian orang dengan hyperthymesia cenderung mampu berkonsentrasi. Serta tidak mudah teralihkan oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Namun, orang dengan hyperthymesia juga mudah teralihkan oleh ingatannya sendiri dan kehilangan konsentrasi pada lingkungan sekitarnya. Kebanyakan orang dengan kemampuan ini memiliki banyak benda yang disimpan dan dirawat dengan baik olehnya." "Tentang daya ingat, saya pernah membaca tentang ingatan fotografi. Apa perbedaannya dengan sindrom ini, Dokter?" tanya Riani. Untuk sesaat, ekspresi Daniel berubah dingin. Dia kembali tersenyum dan berwajah ramah saat menjawab, "Ingatan Fotografi mirip dengan sindrom Hyperthymesia, letak perbedaannya, pada sindrom Hyperthymesia, penderita tidak bisa mengontrol hal-hal yang tidak ingin diingat, seperti kejadian buruk di masa lalu." Kelas tiba-tiba sunyi. Seolah semua tahu bagaimana menderitanya seorang sindrom Hyperthymesia. Sebelum Daniel menjelaskan lebih banyak, bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi nyaring. Beberapa siswa mendesah kesal, tapi Lila malah tersenyum riang. "Maaf sekali, waktunya sudah habis." Daniel merapikan bukunya, dan mematikan proyektor. "Yah, kita nggak tahu kapan lagi dokter akan ke sekolah...." "Kalau sesekali kami ke rumah sakit tempat dokter bekerja, boleh, nggak, Dok?" "Dokter, dokter, pas jam kosong dokter di rumah sakit, kami boleh berkunjung, untuk nanya-nanya, nggak?" "Dokter punya file materi hari ini, nggak?" "Dokter, boleh saya minta file-nya?" "Dokter saya juga!" Dalam sekejap, para siswa berkerumun ke meja di depan kelas, mengerubungi si dokter tampan itu. Lila merapikan buku gambar, dan mengambil pensil serta cat airnya. Dia tampak acuh dengan kekacauan di depan kelas. Steve kembali dari depan kelas, memamerkan flashdisk yang telah berisi materi tentang otak. "Aku dapet file-nya, Lilo. Kamu mau, nggak?" Dia kembali merapikan earphone di kantong baju yang sedikit menyembul keluar karena aksi rebutan file di depan tadi. Lila memutar bola matanya. "Aku nggak tertarik, Stitchy! Cuma orang bodoh yang mencari bahan untuk dipikirkan. Coba tiru aku, cari bahan buat ketenangan!"  Dia berjalan meninggalkan meja. Maksud Lila, Steve dan anak-anak lain sangat bodoh karena rebutan file, padahal saat file tentang materi itu didapat, mereka hanya akan bingung, dan terpaksa berpikir lagi untuk memahami materi. Berbeda dengan Lila yang selalu menggambar untuk kesenangan dan mendapat ketenangan. Steve membuka mulutnya, matanya berkedip-kedip beberapa kali, tampak kesal. "Aku nggak ngerti pikiran seniman gila kayak kamu!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN