Bab 1
Bab 1
Seorang pria tampan nan gagah terlihat sedang mematut diri di depan cermin. Laki-laki yang bernama Samudera Aktamanov itu hari ini akan melangsungkan pernikahan. Pernikahan impiannya bersama sang kekasih hati.
"Aku benar-benar tidak sabar," Samudera tersenyum dan mencoba untuk membuang nafasnya secara perlahan untuk menghilangkan rasa gugup yang menyerang dirinya.
Pria itu tidak ingin lagi menunda, dia ingin menjadikan sang kekasih hati sebagai satu-satunya wanita di dalam hidupnya. Sambil menunggu yang lain siap, dia meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, mencoba untuk menghubungi sang kekasih. Tapi, sayang panggilan itu tidak terhubung.
"Sepertinya kamu sengaja tidak mengaktifkan ponselmu," gumam pria itu di iringi tawa kecil.
Rombongan pengantin pun bersiap berangkat menuju rumah mempelai. Beberapa iringan mobil mewah terlihat berjejer di jalanan. Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit. Akhirnya ia pun sampai di rumah sang kekasih hati.
Begitu sampai, seorang penghulu tampak sudah menunggu kedatangan sang mempelai pria.
"Bagaimana sudah siap?" tanya Penghulu.
"Ya," ucap Samudera tegas dan datar.
"Baiklah sebelum mengucap ijab kabul, boleh pengantin wanita di bawa kemari," ucap Penghulu.
Sekar pun mengangguk dan beranjak menuju kamar sang putri lalu mengetuk pintu. Lama wanita paruh baya itu menunggu tapi sayang pintu tak kunjung terbuka, perempuan itu membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat jika kamar itu kosong.
"Kemana kamu Seruni! Jangan-jangan kamu malah kabur di hari pernikahanmu!" ucap Sekar panik dan juga ketakutan sebab bila memang itu terjadi, hancur sudah hidupnya.
"Bagaimana, sudah siap?" tanya Penghulu untuk yang kedua kalinya.
Samudera terdiam, tangan pria itu mengepal, rahangnya mengeras. Laki-laki itu pun beranjak, menyusul calon mertuanya. Setelah sebelumnya dia meminta penghulu untuk menunggu sebentar. Sesampainya di kamar, alangkah kagetnya dia ketika mendapati kamar yang di tempati oleh kekasihnya itu kosong.
"Kemana dia?! Bukankah seharusnya dia ada dan menikah hari ini denganku?!" Serunya marah.
Wanita paruh baya itu terhenyak kaget ketika mendapati pria yang menjadi calon suami putrinya, sudah berada di kamar. Wajah wanita itu pucat seketika, kala melihat raut muka Samudera yang sangat menakutkan. Dia hanya diam tidak bisa menjawab apapun.
"Maaf, Nak! Sepertinya Seruni, dia ...," ucap wanita itu terpotong. "Dia tidak ada di kamarnya!" lanjut wanita itu.
"Cepat cari dia, saya tidak ingin tahu! Pernikahan ini harus tetap berlanjut!" geram Samudera.
Wanita itu terdiam, tak lama ia pun keluar dari kamar itu. Sementara itu, Samudera lebih memilih menghubungi anak buahnya. Dia memerintahkan mereka untuk mencari keberadaan perempuan itu. Sial! Maksudnya apa ini, apa dia sengaja ingin mempermalukannya.
*
*
"Samara," gumam wanita itu ketika melihat putri bungsunya sedang membantu orang-orang di dapur.
Lantas dia langsung menghampiri gadis kecil itu. Lalu menarik kasar tangan mungilnya, wanita itu menyeret tubuh kecil Samara menuju sebuah kamar yang letaknya dekat dengan dapur. Dia mencengkram kuat lengan gadis itu, hingga tampak memerah, wanita itu juga menatap tajam gadis itu, hingga dia lebih memilih menundukkan kepalanya.
"Hari ini, kau akan menggantikan kakakmu, menikah dengan Tuan Samudera!" ucap wanita itu tegas.
"Mengapa harus aku yang menikah dengan kekasih kakak, Bu? Memangnya kakak kemana?" tanya Samara lirih.
Wanita yang bergelar ibu itu mendelik kala mendengar ucapan Samara. Dia tidak suka jika gadis itu memanggilnya ibu. Bagi dirinya, gadis ini hanyalah pembawa s14l.
Hari ini, wanita itu akan memaksanya menggantikan sang putri yang kabur entah kemana. Yang penting saat sekarang, pernikahan ini tidak batal. Jalan satu-satunya adalah menjadikan Samara sebagai pengantin pengganti.
"Dengar ini! Kau tidak usah banyak bertanya, dan kau harus mau menggantikan posisi kakakmu! Jika kau tidak mau, maka kau sendiri akan tahu akibatnya!" ancam wanita paruh baya itu.
Samara meringis kala merasakan cengkraman sang ibu semakin kencang. Ibunya begitu kuat kala memegang lengannya. Melihat kemarahan di mata sang ibu membuat Samara seketika merasakan ketakutan.
"Tapi, Bu ....!" ucapan Samara terpotong karena wanita itu sudah kembali menyeretnya. Membawa gadis itu pada orang yang akan meriasnya.
Sementara Samudera dia masih menunggu. Hingga beberapa menit kemudian, wanita itu kembali ke kamar putrinya dengan membawa seorang wanita yang sudah memakai baju pengantin. Wanita itu juga menjelaskan jika anaknya yang lain akan menggantikan pengantin wanita. Ia tidak perduli, yang penting pernikahan mewah tersebut tak gagal.
Samara menunduk, tidak berani menatap wajah kekasih dari kakaknya. Di mata Samara, pria itu sangat dingin,jika pun mereka kebetulan bertemu, ia lebih memilih menghindar. Tapi hari ini, semesta seolah mempermainkannya.
Samudera menatap datar ke arah wanita cantik dan muda itu, raut muka pria itu masih menggambarkan sebuah amarah yang tertahan. "Bawa dia!" ucap Samudera dingin.
Kini, Samara sedang terduduk di samping Samudera.Dan pria itu pun mulai mengucapkan ijab kabul dengan nama yang berbeda. Terdengar kasak kusuk dari mulut para undangan yang datang tapi Samudera tidak menggubrisnya.
Jantung Samara berdebar dengan sangat cepat dan rasanya sakit sekali. Berulangkali dia berusaha mengatur napas, hingga suara seseorang menyadarkannya dan meminta untuk dia segera mengecup tangan sang suami.
Perlahan Samara mengangkat kepala, memberanikan diri menatap wajah tampan itu, dan berusaha meraih tangan lelaki yang berdiri tegap di hadapannya itu. Keduanya saling beradu pandang. Entah mengapa Samudera seolah terhipnotis oleh wajah cantik nan polos milik gadis tersebut.
"Maaf ...!" Ucap Samara pelan.
Padahal itu semua bukan salahnya, tidak seharusnya ia meminta maaf. Saat ini, posisi ia adalah korban. Korban dari keegoisan sang ibu dan sang kakak.
"Kenapa kamu tega melakukan ini Seruni!" Samudera pun bergumam dalam hatinya, tangannya kembali terkepal.
Sepersekian detik kemudian Samara berusaha meraih tangan Samudera. Pria itu tampak terpaksa mengulurkan tangannya. Samara mengecupnya perlahan, bersamaan dengan itu cairan bening menetes.
Samudera merasakan hangatnya air mata itu. Dia pun repleks langsung menarik diri, kemudian bangkit hendak pergi. Namun, terhenti oleh suara seorang pria kemayu yang bertugas sebagai MC acara.
"Mempelai pria sepertinya tidak sabar untuk menuju pelaminan. Tunggu sebentar, kita lakukan dulu sesi foto untuk kenang-kenangan, ya."
Fotografer mulai memberikan instruksi, mengarahkan sepasang suami-istri tersebut dengan berbagai pose. Samudera meminta untuk tidak terlalu banyak mengambil gambar tapi, ia malah diminta untuk mencium kening istrinya untuk foto terakhir setelah akad. Dengan wajah menahan amarah Samudera terpaksa melakukan apa yang di arahkan orang-orang yang menurutnya sangat memaksa.
Masih terdengar beberapa orang-orang yang datang saling berbisik. Mereka tidak menyangka jika pengantin wanitanya di ganti oleh sang adik.
"Kasihan juga ya si Samara,sudah sering di siksa oleh Ibu-Nya, sekarang di paksa untuk menggantikan kakaknya!" ucap salah satu tetangganya.
Sekar mendelik mendengar bisik-bisik itu, jangan sampai apa yang mereka obrolkan sampai ke telinga menantunya. Satu persatu para tamu undangan pun naik ke atas panggung. Kini tiba teman-temannya dan juga sang tangan kanan memberi selamat.
Samudera mengepalkan tangannya hingga buku-buku di tangannya memutih. Wajahnya memerah menahan amarah. Mereka pun pergi begitu saja setelah puas mengejek sang teman.
"Selamat, semoga lo bahagia. Meskipun ini bukanlah pernikahan yang lo harapkan. Tapi gue harap, lo bisa menerima dia seutuhnya. Karena bagaimana pun, sekarang dia adalah istrimu," ucap Aksara sembari menepuk punggung sang bos, lalu beralih menatap seorang gadis cantik yang memakai baju pengantin yang sangat pas dan cocok di tubuhnya.
"Selamat Nona, semoga bahagia," ucap Aksara tulus.
Kini pasangan baru itu sedang berada di dalam kamar milik Samara. Gadis itu menunduk memilin-milin gaunnya, rasa takut masih menguasai dirinya.
Samudera memandangi wajah yang setia tertunduk itu, dan kemudian tersenyum smirk.
"SELAMAT DATANG DI NERAKA PERNIKAHAN!! "