Bab 1 : Hidup tidak selurus kumis Pak Yuko
“Coba ulangi sekali lagi,” Pak Yuko menyipitkan mata dan meletakkan tangan di telinganya seolah suara Meera tidak sampai di ujung meja yang hanya berjarak dua meter dari posisi gadis itu berdiri dengan kursi Pak Yuko.
“Kolaborasi es krim dengan camilan masa kini,” ulang Meera dengan lebih lantang. Membuat delapan orang di meja meeting menaikkan alis dan menghela napas dalam. Lima dari mereka adalah tim Meera dalam proyek barunya ini, dan melihat reaksi Pak Yuko yang seperti itu, membuat mereka semua memasang ekspresi putus asa.
Pak Yuko menyandarkan punggungnya kemudian melipat tangannya di d**a. Ekpresinya seolah sedang mengulum permen asam di bawah lidahnya.
“Meeraaa,” pria itu suka sekali memanjangkan-manjangkan nama panggilan sebagai upaya untuk merendahkan orang yang dia ajak bicara secara tidak langsung. “Sudah berapa kali proyek seperti ini kita jalankan? Proyek seperti ini sudah kuno dan selalu gagal. Nggak mendongkrak penjualan sama sekali. Kamu tahu kan bagaimana kondisi krisisnya perusahaan kita sekarang? Harusnya kalian pelajari dulu dong proyek-proyek sebelumnya.”
“Maaf, Pak, tapi saya belum sampai pada intinya,” sahut Meera sabar.
“Sebenarnya apa sih, yang tim kamu kerjakan?” lanjut Pak Yuko seolah tidak mendengar kalimat Meera barusan. Pria itu melempar proposal ke meja seakan bundle kertas itu adalah kumpulan selebaran cicilan motor yang berteran di jalanan. “Buang-buang waktuku saja.”
Meera melirik seluruh timnya yang tampak mengerut dengan tanggapan pria di ujung meja yang terang-terangan menunjukkan wajah bosannya tanpa merasa sungkan. Lidah atasannya itu memang suka mengatakan sesuatu yang selalu lebih perih daripada luka yang digarami.
Meera menahan emosi dan membalas dengan lebih tegas. “Pak Yuko, bisa Anda mendengarkan saya sampai selesai terlebih dulu?”
Pak Yuka mendongak. “Oh, masih ada lagi?”
“Saya sudah bilang kalau saya belum sampai pada intinya. Jadi boleh saya lanjutkan?”
Pak Yuko berdecih dan melirik arlojinya. “Cepatlah. Langsung keintinya saja. Aku ada keperluan lain.”
“Baik.” Meera langsung melompati banyak slide presentasi dan langsung masuk pada intinya. “Trapez, sereal dua rasa; red velvet dan cokelat serta berbentuk hati yang–“
“Ya ampun, kita akan berkolaborasi dengan camilan sereal seperti itu?” Pak Yuko memotong pembicaraan lagi. “Hei, Meera, coba pelajari deh riwayat proyek perusahaan tahun-tahun sebelumnya. Camilan seperti itu benar-benar kuno dan─”
Meera menahan napas dan dia sudah merasa cukup disepelehkan dan dipermalukan oleh pria itu. Gadis itu pun memberanikan diri dengan tegas untuk memotong perkataan atasannya itu.
“Pak Yuko, ijinkan saya melanjutkan presentasi ini sampai akhir. Jika Anda terus memotong penjelasan saya, presentasi ini tidak akan mungkin segera selesai. Saya rasa Anda sudah terburu-buru untuk ke suatu tempat, bukan?”
Setelah Meera selesai bicara, seluruh anggota presentasi membeku. Lima orang tim Meera saling pandang dalam diam dan bertanya-tanya, darimana keberanian yang didapatkan Meera untuk menentang Pak Yuko seperti itu? Namun Meera adalah Meera, dia tidak akan peduli mana bos mana bawahan selagi dia merasa melakukan hal yang benar. Lagi pula, Pak Yuko memang sudah keterlaluan.
Mendengarkan perkataan pedas dari Meera padanya, Pak Yuko menaikkan alis kemudian tertawa ringan –dengan tujuan mengejek pastinya. “Oke baiklah, lanjutkan. Lima menit.”
Meera menarik napas dalam dan mulai bicara dengan lebih cepat.
“Trapez, sereal dua rasa; red velvet dan cokelat serta berbentuk hati yang diproduksi perusahaan Heigenz.Inc tengah menjadi perbincangan publik dan viral di media sosial selama satu tahun terakhir. Acara mukbang Trapez menjadi tren yang terus meningkat sejak enam bulan yang lalu. Oleh karena itu, jika kita mengambil kesempatan ini untuk mendapatkan kerjasama mereka, Rolling, produk es krim kita akan otomatis menjadi populer dan menaikkan penjualan.” Meera berhenti sebentar untuk mengamati reaksi Pak Yuko. Atasannya itu tengah memasang ekpresi kaku seperti karet sandal yang membuat Meera ingin sekali menimpuknya dengan pointer.
“Sudah?” ucap Pak Yuko.
Meera kembali melanjutkan. “Tren Trapez diprediksi akan semakin naik pada tahun depan terutama bulan Februari. Valentine Day. Trapez diburu segala usia karena serealnya lezat serta berbentuk hati yang unik dan cocok untuk perayaan Valentine. Jika kita berhasil bekerja sama dengan Heigenz.Inc dan meluncurkan produk kolaborasi kita mulai pertengahan tahun, target penjualan produk kita akan terkejar dan memuncak di bulan Februari. Yang ditambah dengan produk limited edition khusus yang dijual untuk edisi Valentine.”
Pak Yuko mengetuk-ketukkan jarinya di meja.
“Meeraaa, apa kamu tahu, kalau Heigenz.Inc adalah perusahaan yang paling sulit diajak kerjasama sampai bangkrut karena sombong? Apa kamu juga sudah mencari tahu bahwa perusahaan yang baru bangkit dari kebangkrutan itu sedang fokus dalam pengembangan produk mereka sendiri? Apa kamu tahu proyek kolaborasi seperti itu beresiko tinggi jika gagal? Dan apa kamu sudah mempertimbangkan betapa besar kerugian dan penderitaan perusahaan jika proyek ini nggak berjalan seperti mimpimu?”
Mimpi? Pria itu mengatakan tujuan proyeknya hanya sekedar mimpi belaka. Menyebalkan sekali.
Meera menggigit bibirnya, seluruh timnya tampak duduk dengan tidak nyaman. Keringat Arlo bercucuran seperti selang air di samping Meera.
Atmosfer ruangan menjadi sangat tidak nyaman dengan omongan pedas Pak Yuko, namun gadis yang berkuncir panjang itu tetap tegak dan berusaha mempertahankan ekpresi wajahnya agar tetap terlihat optimis. Jika tidak, dia tidak tahu lagi bagaimana Pak Yuko akan menindasnya.
“Saya sudah mempelajari semuanya, Pak Yuko. Dan saya melihat peluang,” balas Meera kemudian.
“Peluang apa yang bisa kamu lihat? Proyekmu sebelum ini gagal total, bukan?”
“Bukan saya yang gagal total, tapi tim produksi dan bahan baku yang mendadak memutuskan kerjasa─”
Pak Yuko mengangkat tangan untuk menyuruhnya berhenti bicara.
“Jangan mengkambinghitamkan orang lain jika semuanya adalah kesalahanmu. Kamu selalu mengambil proyek yang beresiko tinggi tapi gagal. Kali ini apa yang sedang kamu pertaruhkan? Kenapa pula kita harus bekerja sama dengan Heigenz.Inc?”
Mendengar pertanyaan itu, Meera segera memencet pointernya untuk memilih slide.
Dengan optimis dan cekatan, Meera langsung menjawab. “Kita perlu untuk mencoba bekerja sama dengan Heigenz.Inc karena,” dia menampilkan slide yang menunjukkan deretan angka-angka yang panjang. “Sebanyak ini lah, Trapez terjual dalam kurun waktu sebulan.”
Sunyi, senyap.
Pak Yuko melihat deretan angka fantastis itu dan dia menaikkan alisnya. Ekspresinya tampak begitu terkesan.
“Meeraaa,” katanya kemudian. Ujung bibirnya terangkat. “Kenapa kamu terlalu banyak beromong kosong sepanjang presentasi? Seharusnya tunjukkan saja angka-angka ini padaku sejak awal.”
Pak Yuko adalah pria paling menyebalkan level kedua dalam sejarah hidup Meera.
Sedangkan pria menyebalkan level pertama dalam sejarah hidup Meera, sudah Meera tonjok beberapa tahun yang lalu.