bc

Sugar Baby Candu Sang Mafia

book_age18+
67
IKUTI
1K
BACA
dark
forbidden
family
age gap
forced
badboy
kickass heroine
stepfather
mafia
gangster
heir/heiress
drama
tragedy
lighthearted
serious
bold
city
love at the first sight
friends with benefits
addiction
like
intro-logo
Uraian

Alessia Giovani turut menanggung utang judi ayahnya di sebuah casino yang bernilai fantastis. Dia dipaksa mencari cara untuk membayar utang berjumlah fantastis hanya dalam waktu tujuh hari.

Hingga suatu malam, dia menerima tawaran menggiurkan dari sahabatnya, yakni menjadi sugar baby seorang pria kaya yang terkenal kejam dan menyimpan reputasi gelap bernama Leonard Alvaro.

Leonard pebisnis kaya berhati dingin yang tidak memercayai cinta. Dia hanya menginginkan kesenangan tanpa ikatan, dengan iming-iming kemewahan sebagai imbalan. Namun, Alessia yang lugu dan memiliki sisi lembut perlahan berhasil menembus pertahanan hatinya yang beku.

Sayangnya, ketika cinta mulai bersemi, bayang-bayang masa lalu kelam dan dunia gelap Leonard mengancam dan menyeret Alessia ke dalam bahaya yang mengancam nyawa.

Mampukah cinta menyelamatkan mereka, atau justru cinta itu sendiri yang menjadi bencana?

chap-preview
Pratinjau gratis
Chapter 1. Utang dan Tawaran
"€100.000? Aku tidak punya uang sebanyak ini!" Suara seorang wanita berusia 22 tahun menggema di lorong sempit sebuah apartemen. Suaranya terdengar melengking nyaris histeris. Tangannya meremas kertas tagihan utang dari sebuah casino tempat ayahnya biasa bermain judi. Wanita berambut coklat itu menatap marah dua pria kekar di depannya, bahkan penampilannya yang sangar tidak membuatnya takut sama sekali. "Kami beri waktu tujuh hari untuk melunasi semua utang itu, Signorina Giovanni. Kalau tidak, tempat tinggal Anda akan menjadi milik kami. Caesar Club tidak suka menunggu." Seolah mengabaikan kemarahan wanita itu, salah seorang pria justru memberikan ancaman mengerikan. "Kami rasa unit kecil ini tidak cukup untuk menutup semua utang Maximo Giovani. Jadi, persiapkan dirimu, Nona ... untuk menjadi salah satu wanita penghibur di tempat kami," sahut pria satu lagi dengan tatapan menelisik seluruh tubuh wanita itu dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Kedua mata Alessia Giovanni seketika membelalak sempurna. Menjadi pekerja wanita di sebuah casino sama saja dengan merelakan tubuhnya untuk dinikmati banyak pria. Tentu saja, dia tidak sudi bekerja di tempat seperti itu. "Tapi bukan aku yang berutang! Dalam tagihan ini tertera nama ayahku. Kalian tagih saja ke dia!" "Ayahmu menghilang tanpa kabar. Dia berjudi atas nama keluarga. Maka keluarga yang harus menanggungnya," sambung pria kedua, sebelum akhirnya dua pria bertubuh kekar itu bergegas pergi meninggalkan Alessia yang mematung di tempat. Jantungnya berdetak kencang seolah hendak keluar dari tempatnya. Dunia di sekitarnya mendadak sunyi. Sekali lagi, dia menatap kertas di tangannya yang memiliki cap merah menyala bertuliskan "CAESAR CLUB" dan angka yang membuat napasnya tercekat 100.000 Euro. Kalimat-kalimat di dalamnya tertulis singkat, tapi tajam. Maximo Giovanni–ayahnya, telah berjudi atas nama keluarga di casino milik Caesar Club dan kalah taruhan dalam jumlah besar. Tenggat waktu pelunasan hanya tujuh hari. Jika tidak, unit kecil yang kini hanya dihuni Alessia seorang akan diambil alih sebagai ganti rugi. Tidak hanya itu, bahkan dirinya pun turut diincar untuk dijadikan koleksi wanita penghibur di tempat perjudian itu. Wanita itu memejamkan mata sejenak seraya memijat pelipis yang terasa pening memikirkan cara mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam waktu seminggu, sedangkan dia hanya seorang mahasiswi semester akhir yang hidup dari beasiswa dan kerja paruh waktu di kafe kecil. "Sialan! Pergi tanpa pamit. Sekarang malah ninggalin utang menggunung." Alessia bergegas masuk ke dalam sebelum ada tetangga apartemen yang melihat. Dia menghempaskan kasar bobot tubuhnya ke sofa, sambil menatap surat itu lagi seperti menatap vonis hukuman mati. Ayahnya sudah lama tenggelam dalam dunia taruhan dan ilusi keberuntungan, tepatnya sejak sang ibu meninggal karena sakit dua tahun lalu. Dia yang frustrasi melampiaskan kesedihannya dengan mencari kesenangan diluaran sana dengan bermain wanita dan berjudi. Harta berharga milik mereka telah banyak yang habis terjual, termasuk perhiasan peninggalan ibunya hanya untuk dihabiskan di meja judi. Tapi Alessia tidak pernah menyangka ayahnya akan meninggalkan utang sebanyak ini. Lebih parahnya lagi, sekarang ayahnya telah pergi tanpa kabar sejak dua bulan lalu. "Bu, aku harus bagaimana? Dari mana aku bisa mendapatkan uang sebanyak ini untuk membayar utang ayah? Aku gak mau merendahkan diri di tempat terkutuk itu," ucap wanita itu sambil memandang potret mendiang ibunya yang ada dalam jangkauan. Tentu saja pertanyaan itu hanya berakhir keheningan. Air mata kembali menetes membasahi pipi. Rasa frustrasi tergambar jelas pada raut wajahnya, otaknya tengah berpikir keras memikirkan cara mengumpulkan uang berjumlah besar hanya dalam waktu singkat. *** Hari-hari berikutnya adalah hari penuh dengan rentetan kegelisahan untuk Alessia. Malam itu ketika baru pulang dari pekerjaannya sebagai pelayan lepas di restoran kecil dekat Piazza Navona, Alessia mencoba menghubungi sanak saudara. Dia menelepon bibinya yang tinggal di Milan, pamannya di Napoli, bahkan sepupu jauhnya di Bologna bermaksud untuk meminjam uang. Namun, Semua jawaban yang diterima sama, penolakan halus yang dibungkus rasa iba. "Maaf, Ale. Jumlah yang kamu minta terlalu besar. Kami tidak punya uang sebanyak itu. Kami juga sedang kesulitan," ucap sepupunya dari sambungan telpon yang berhasil membuat Alessia menghela napas kasar. "Iya, tidak apa-apa. Maaf mengganggu waktumu," ucap Alessia sebelum mematikan panggilan sepihak. Dia tidak bisa memaksa karena memang sanak saudaranya bukan berasal dari keluarga kaya. Kehidupan mereka sama seperti dirinya yang hidup sederhana cenderung kekurangan. Dia segera merogoh kantong kemejanya untuk menghitung uang tip dia terima dan disatukan dengan uang tip yang dia kumpulkan selama lima hari terakhir. Jumlahnya masih tidak cukup bahkan masih kurang jauh untuk menyentuh seperempat dari angka yang diminta. Dia tak punya barang berharga untuk dijual, kecuali unit kecilnya ini. Alessia terdiam berpikir keras, pada siapa lagi dia bisa meminta bantuan, selain keluarganya. Hingga beberapa saat berselang, senyumnya mengembang sempurna ketika teringat dengan sahabatnya–Elena. Pada malam itu juga, dia bergegas menemui Elena tanpa memedulikan malam yang telah larut dan hujan deras yang mengguyur kota Roma. *** Hujan mengguyur semakin deras ketika Alessia menuruni tangga stasiun Termini. Namun, derasnya hujan tak menyurutkan langkahnya yang tergesa, seperti mengejar waktu. Dia menyusuri gang sempit perumahan kecil di pinggiran Trastevere sambil menggenggam erat payung yang hampir diterbangkan angin, hingga tak lama berselang dia tiba di depan rumah tempat tinggal sahabatnya. Dia berdiam sejenak di depan pintu sebelum memutuskan untuk mengetuknya. Dia berharap Elena ada di rumah, dan tidak sedang bekerja. Mengingat malam telah larut, biasanya Elena jarang ada di rumah. Wanita itu bekerja sebagai wanita penghibur di sebuah bar eksklusif di jantung kota. Senyum Alessia mengembang sempurna ketika melihat pergerakan pada gagang pintu setelah beberapa kali mengetuknya. Tak lama berselang muncul sosok wanita yang berpakaian seksi, menatap Alessia dengan penuh keterkejutan. "Astaga, Ale! Hari sedang hujan, kenapa nekat ke sini?" Elena segera menarik lembut tangan sahabatnya untuk masuk ke dalam rumahnya. Dia membantu Alessia melepas mantel tebalnya yang basah terkena air hujan "Untung kamu di rumah. El, aku butuh bantuanmu," ucap Alessia dengan sorot memelas. "Duduk dulu, bicara nanti! Kamu pasti kedinginan." Elena segera meminta sahabatnya itu untuk duduk di sofa. Dia menuangkan anggur merah ke dalam dua gelas kristal, lalu duduk di hadapan Alessia. Ruangan itu hangat dan wangi lavender. Namun, kehangatannya tak mampu menenangkan kegundahan di hati Alessia. "Ale, wajahmu pucat sekali. Kamu juga makin kurus. Kamu terlihat mirip zombie." Elena mengomentari penampilan sahabatnya. Alesha tersenyum kecut. "Mungkin akan lebih baik jika aku jadi zombie ...." Elena memandang sang sahabat dengan kening berkerut, saat itu juga dia menyadari raut wajah Alessia yang terlihat murung. "Ada apa, Ale?" Wanita berambut pirang sebahu itu menggenggam lembut tangan sahabatnya. "Kamu seperti menyimpan beban berat." Alessia menghela napas panjang, lalu menatap sendu sahabatnya. Dengan suara bergetar, dia mulai menceritakan semua masalahnya tentang utang ayahnya, surat dari Caesar Club, bayang-bayang kehilangan tempat tinggal, serta dirinya yang terancam menjadi wanita penghibur di tempat itu. Elena mendengarkan dalam diam, hanya sesekali mengangguk disertai tatapan iba pada sahabatnya. Sejak ibu Alessia meninggal kehidupan sahabatnya itu memang jauh dari keberuntungan. Dia sering dijadikan sebagai pelampiasan kemarahan ayahnya, bahkan hampir dijadikan alat tukar judi di casino langganannya. Beruntung, saat itu Alessia bisa kabur dari cengkeraman sang ayah. "Ale, are you still virgin?" tanya Elena tiba-tiba yang berhasil membuat Alesia terkejut. Alessia menatap sahabatnya dengan tatapan bingung, lalu dengan ragu mengangguk pelan. Tanpa banyak kata, Elena membuka laci meja kecil yang ada di dekatnya, lalu mengeluarkan sebuah kartu nama hitam pekat dengan huruf emas yang timbul. Leonard Alvaro Private Consultant & Lifestyle Benefactor. "Dia salah satu klien tetap di bar tempatku bekerja. Dia sedang mencari gadis perawan untuk menjadi teman tidurnya dengan imbalan kemewahan melimpah, apapun keinginanmu akan dengan mudah terpenuhi termasuk membayar utangmu itu asal kau bisa memuaskannya di ranjang." Alessia menatap kartu itu dengan kening berkerut. "Maksudnya?" "Sugar baby," jawab Elena tanpa ragu. "Tugasmu hanya memuaskannya di ranjang. Asal dia puas dengan pelayananmu, semua keinginanmu dalam satu jentikan jari akan terwujud." "Lalu apa bedanya aku dengan wanita malam di casino itu? Sama-sama menjual tubuh," celetuk Alessia dengan bibir mengerucut. "Bukan menjual tubuh, Ale ... bisa dikata posisimu ini sangat terhormat. Kamu hanya melayani dia seorang. Bayangkan kalau kamu benar-benar masuk casino itu! Berapa banyak pria yang harus kamu layani dalam semalam?" Perkataan Elena berhasil membuat Alessia terbungkam. Beberapa menit berselang, wanita itu menatap sahabatnya dengan tatapan menyelidik. "Dia pria kaya yang sedang mencari teman tidur. Kenapa gak kamu saja yang mengajukan diri, El? Kenapa malah memberikannya padaku? Bukannya dia termasuk sasaran empuk bagimu?" "Andai dia mau sudah 'ku embat sejak dulu. Sayangnya, dia tidak suka barang bekas." Elena menyahut dengan senyum kecutnya. "Jadi, bagaimana? Apa kamu mau menerima tawaranku ini? Ini kesempatan emas, Ale? Kesempatan emas gak datang dua kali."

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
59.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook