. Talana yang menyaksikan pemandangan memilukan itu dari jarak yang lebih dekat, tercengang setengah mati. Napasnya tersekat cukup lama di pangkal tenggorokan. Debar jantungnya dipukul keras-keras dengan tempo yang cepat. Keras kepalan tangannya mencoba untuk berontak melepaskan diri meski itu sia-sia. Kosong tatapannya melihat Raka membelalak kesakitan untuk kesekian kalinya. Rasa bersalah hinggap dengan cepat, merasuk ke sukma Talana. Dia telah membunuh Raka. Dirinya yang mengajak Raka pergi ke tempat ini dan ia tak mampu melindunginya. Kelopak mata Talana segera banjir, meluber jatuh ke pipinya dengan begitu deras. Angkasa tak berkedip sedetik pun. Ia sembunyikan keterkejutannya itu di balik sikap santainya yang memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Sekilas ia melihat respon yang

