BAB 5 KEBENCIAN?

1036 Kata
Langkah pendek Lessa mengayun ringan memasuki kelas. Rambutnya yang tergerai indah menari tersapu angin. Seulas senyum masih saja terpampang pada bibir mungilnya kala mendapati Nando yang tengah menatapnya kesal. "Nando, orang yang suka marah-marah tuh cepet matinya loh," rengek Lessa mencoba membujuk Nando. Namun sepasang mata Nando kian melotot dibuatnya. "BODO AMAT!" "Yaudah." Lessa mendengus mengalah, lantas menempatkan diri pada bangku duduknya. Sepasang mata bulat miliknya langsung menumbuk ke arah Ara yang tengah berkutat dengan pulpen dan buku di tangannya. "Ara lagi nulis apa?" "Hah?" Kepala Ara menoleh cepat. Kedua tangan Ara dengan sigap menutup halaman buku itu. Tidak mau memperlihatkan sedikit pun isinya pada Lessa. Bibir Ara bergerak panik dan sangat terlihat tidak tenang. Sementara Lessa langsung mengerutkan keningnya. Dalam benaknya ia bertanya, kenapa Ara terlihat sepanik itu? Seperti kepergok maling mangga tetangga saja. Ara menggeleng lantas membalik buku yang sedang ia tulis. Memasukkannya begitu saja ke dalam loker mejanya. "Ga-gaada." "Ara kenapa?" Lessa semakin menatap lekat anak itu. "Wajah Ara keringatan." "Hah?" Ara reflek meraba wajahnya. Dan benar saja, telapak tangannya langsung basah. "Ara sakit?" "Huh..., Keep calm Ara, and don't panic!" Kini Ara terlihat berbicara sendiri dengan menarik lepaskan napasnya berulang kali. Membuat Lessa semakin bingung saja. Setelah dirasa tenang, Ara menoleh kembali, mengangkat kedua sudut bibirnya untuk melihatkan senyuman manisnya. "I'm okey." Lessa mengangkat satu alisnya. Sedikit meragukan temannya itu. Namun melihat senyuman Ara membuat Lessa menghindikkan bahunya tanda mengerti. "Itu keranjang buat apa? Nangkap monyet?" Ara mengalihkan topik dengan menunjuk keranjang plastik di atas meja Lessa. "Gak ada monyet di sini, Ara!" Lessa mendengus. Meraih keranjangnya dan membuka tutupnya. "Kemarin malam Lessa buat roti kukus. Jadi lima belasan. Lessa bawa aja ke sekolah buat dibagi-bagi." "Wah, mau dong!" Kepala Lessa mengangguk mengiyakan. Memberi Ara satu roti kukusnya dengan senang hati. "Gimana rasanya?" tanya Lessa penuh harap. Sepasang mata Ara membulat. Menatap Lessa takjub. "Enak banget, Les! Seriusan Lessa lo buat sendiri?" Lessa mengangguk senang. Bibirnya kian mengembang saat kepalanya menoleh ke belakang. "Eh, Les! Mau ke mana?" tanya Ara yang melihat Lessa beranjak dari tempat duduknya. "Lessa mau kasih roti ke Nando. Dia lagi marah sama Lessa soalnya." "Nando?" Lessa mengangguk kecil. Lantas berjalan menghampiri Nando dengan membawa keranjang rotinya. Sementara itu, Ara terus memerhatikan Lessa dengan roti yang masih di tangannya. "Ndoo ...." Lessa menempatkan diri pada bangku di sebelah Nando yang kosong. Menatap laki-laki itu sibuk bermain games. Melirik sekilas ke arah Lessa, sebelum kembali fokus pada layar ponselnya. "Ndo, orang sok jual mahal itu—" "Bodo amat!" "Ish! Kan Lessa belum selesai ngomong, Nando!" "Bodo amat!" Lessa memejamkan matanya rapat. Menghirup napas panjang-panjang. Menahan diri untuk tidak menjitak orang di sebelahnya. Walaupun dengan menahan dongkol setengah mati, Lessa masih mencoba bersabar. Karena orang sabar itu cepat punya pacar. Lessa mengeluarkan satu rotinya. Mengangkat roti itu di depan muka Nando. Sehingga menghalangi pengelihatan Nando. Mau tidak mau, akhirnya Nando menoleh dan menunjukkan raut kesal. "Apa?" tajam Nando. "Lessa buat roti kukus. Enak loh, Ara aja suka." Nando menatap roti di depannya. Dahinya mulai membentuk lipatan. Ponsel di tangannya ia jejalkan ke dalam saku seragam. Pandangannya kini tak luput menatap Lessa yang tengah tersenyum manis. "Makan, Nando." "Lo mau racunin gue?" tanya Nando penuh curiga. Seketika itu senyum di bibir Lessa menghilang. Tergantikan dengan sebuah cebikan kesal. "Yaudah kalau gak mau! Lessa kasih ke Zikri aja!" Lessa menarik kembali tangannya. Namun dengan cepat Nando menariknya kembali. "Enak aja! Itu roti kan buat gue!" Nando merebut roti itu dengan paksa. Mengabaikan gerutuan yang keluar dari mulut Lessa. "Enak!" pekik Nando lebay. "Enak dong! Lessa bikin sendiri loh, itu!" jawab Lessa pakai sombong. "Serius?! Bikin sendiri?!" "Iyaa! Lessa bikin sendiri!" ucap Lessa kesal. "Kenapa sih kok gak ada yang percaya sama Lessa!" Nando tertawa renyah. Tangannya terulur untuk mengacak rambut Lessa dengan gemas. "Iya-iyaa, percaya." Nando kembali memakan roti itu dengan nikmat. "Percaya itu sama Tuhan, Nando! Jangan sama Lessa!" Uhuk! Nando seketika tersedak roti yang sedang ia kunyah. Lessa yang ada di sebelahnya langsung berinisiatif menepuk-nepuk punggung Nando keras sekali, sembari bibirnya fasih membacakan surah pendek. "Ngapain lo baca-baca?" "Nando kayak orang mau mati. Jadinya Lessa tuntun aja dengan doa." "LES?!" Lessa terbahak. Merasa sangat puas melihat kekesalan dalam diri Nando. Detik itu juga, Nando langsung memakan rotinya dengan brutal, bahkan sampai mengunyah kertas roti dan menelannya. Menunjukkan kepada Lessa bahwa dia benar-benar kesal. °°° "Les! Kantin, yuk!" Ara beranjak dari duduknya. Menunggu Lessa yang masih merapikan alat tulisnya. "Iya. Sebentar, Ara." Mereka berdua berjalan bersisihan. Namun langkah Lessa terhenti saat melihat Ellen, satu-satunya teman di kelasnya yang tidak keluar kelas walaupun sudah saatnya istirahat. "Ellen gak ke kantin?" Lessa berjalan mendekat. Menatap Ellen yang tengah asyik sendiri dengan headset di telinganya. "Ellen." Tanpa tahu malu, Lessa mencopot sebelah headset Ellen begitu saja. Membuat sang empu langsung terperanjat kaget dan melotot. Lessa terkikik geli melihat Ellen yang mengelus-elus dadanya. Ara yang melihat kejadian itu langsung menepuk pundak Lessa dengan gemas. "Wah, bisa jantungan tuh anak orang kalau lo kagetin kayak gitu, Les!" Lessa terkekeh. Melihat Ellen yang melepas headset di telinganya dengan penuh tanya. "Ellen mau ikut bareng ke kantin?" kata Lessa mengulangi pertanyaannya. Ellen menggeleng pelan sebagai jawaban. "Apa Ellen mau nitip sesuatu? Dari kemarin Lessa gak lihat Ellen jajan. Apa Ellen gak lapar?" "Apasih, Les! Anak orang lu introgasi gitu." Ara berdecak kesal. "Ayolah! Gue dah laper, nih!" "Oh! Ellen mau roti yang Lessa buat?" Lessa mengabaikan keluhan Ara yang kini melotot ke arahnya. Ia beranjak menuju mejanya, mengambil keranjang rotinya, Dan memberikan satu buah roti kepada Ellen. "Ini Ellen, makan, ya! Enak kok!" Lessa tersenyum lebar. "Sudahkan? Ayo!" Ara yang tidak sabaran menarik paksa lengan Lessa. Membuat Lessa terseret tubuh Ara yang lebih tinggi darinya. Ellen terdiam. Menatap dua orang temannya yang baru saja menghilang di balik pintu. Pandangan Ellen teralih pada roti kukus di tangannya. Sudut bibirnya tanpa sebab terangkat naik, seolah menyeringai kecil. Tanpa suara, Ellen beranjak dari duduknya. Langkahnya terhenti di depan pintu kelas. Fokus Ellen kini jatuh pada sebelah tangannya yang tengah meremas roti kukus itu. Lantas membantingnya begitu saja ke tempat sampah. "So f*****g!" Ellen tersenyum picik dengan menepuk-nepuk tangannya yang kotor. Ia memasang kembali headset di kedua sisi telinganya, lantas melangkah masuk ke dalam kelas. ••• 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN