Ojol 2

1526 Kata
seberapa banyak rezeki yang Lo dapet, tetep bersyukur, nggak semua orang bisa dapat seperti yang lo dapat. #jojo si tukang ojol ____ Siang itu matahari seolah sedang menertawakan para manusia yang dengan seenaknya menyebar polusi dan menebalkan lapisan ozon yang membuat pancaran cahayanya menyiksa sebagian orang. Panas berlebihan dan juga terik semakin membuat sebagian orang malas untuk beranjak keluar dari ruangan nyamannya. Ruangan ber-AC atau ruangan dengan kipas yang mampu berputar untuk memberikan udara segar yang tak sesuai ekspektasi mereka, bukan dingin yang mereka dapat malah udara panas yang meniup kearahnya, semua karena memang hidup di kota berbeda seperti hidup di desa. Bangunan yang berdesakan dan tak ada celah udara untuk masuk malah membuat sirkulasi udara hanya berputar di ruangan itu. Sama seperti yang Jojo rasakan saat ini, panas menerpa tubuhnya, bahkan kipas yang diharapkan bisa menghilangkan udara panas malah membuatnya semakin gerah, rebahan di warung yang tak memiliki tembok di kanan kirinya nyatanya masih saja gerah. Jojo bangun, menggerakkan kerah kaus untuk meredakan sedikit rasa gerah. Warung yang berada tepat di tengah tengah perkotaan dan di kelilingi dengan tembok pagar dan jalanan padat membuatnya tak bisa berkutik. Dia memilih beranjak setelah membayar kopi yang tersisa setengah gelas di atas meja. Menyambar kontak motor dan berlalu. Mencoba berbaur dan berdesak dengan para pengendara di jalanan, mencoba peruntungan di tengah Panas yang menggila. Terlebih panas seperti ini memang selalu membuat beberapa orang malas untuk beranjak dari zona nyamannya dan itu bisa menjadi peluang rezeki tersendiri untuk Jojo. Benar saja, baru beberapa langkah dia beranjak aplasi yang sudah dia ganti mode online langsung berbunyi, menampakan sebuah pesanan makanan. Joko menepikan motornya di tempat yang di rasa aman lalu membaca sekilas pesanan yang dia dapat "Thai tea sama burger?" Dia bergumang lalu melihat lokasi kedai yang di tunjuk. Tak jauh dari posisinya saat ini. Jojo menerima orderan lalu menuju tempat tujuan. Benar saja, sepertinya panas hari ini membuat pekerjaannya lebih mudah, beberapa saat setelah perjalanan yang cukup panas, Jojo sampai di kedai yang dituju, tempat yang terlihat lengang tanpa pelanggan dan hanya beberapa pengemudi ojol lainnya yang berbaris antre di depan meja kasir. Jojo segera memesan dan menunggu di tempat yang di sediakan. "Dapet pesenam juga, tong?" Jojo yang tengah melihat ponselnya untuk memastikan pesanan menoleh mendapati Ujang yang juga teman seperjuangan nya selama ini, tinggal satu kompleks membuatnya cukup akrab dengan laki laki berperawakan tinggi, rambut ikal dan kulit hitam terbakar matahari. Jojo mengangguk. "Iye lumayan lah rezeki panas gini." "Iye emang, bilang makasih sama cuaca yang udah kasih kita terik yang super, dan ngebuat orang males makin males untuk keluar dan rezeki kita jadi makin lancir." "Berterimakasih juga sama mereka yang males gerak, bang. Berkat mereka kita dapet duit kan?" Keduanya terbahak. Bersyukur pada si pemalas yang kadang berjalan kedepan rumah untuk membeli soto ayam saja enggan dan akhirnya memesan lewat jasa ojol. Tak jarang Jojo mendapat pesanan seperti itu. Kemalasan mereka nyatanya malah membuka pintu rejeki untuk para ojol seperti dirinya. Sesuatu hal yang saling menguntungkan dan harus di lestarikan. "Ya gimana lagi, jo. Misal nih ye kalo aja orang Indonesia pada gesit, wasalam deh sama rezeki kita, kayaknya kita cuma dapet duit dari narik doang." "Haha ya iyalah bang, semua itu harus di syukuri. Hidup kan kudu saling melengkapi, orang menjalin hubungan aja kudu saling melengkapi kan. Sama juga orang cari rezeki, saling melengkapi dan saling menguntungkan." "Aelah kayak udah punya doi aje tu omgongan." Jojo terbahak untuk kesekian kalinya, hidup memang kadang selucu itu. Banyak hal yang perlu disyukuri atas semua hal yang terjadi. Hidup Jojo adalah dijalan, rejekinya bergantung pada orang yang membutuhkannya, bukan hanya pemalas tapi kadang orang yang memang benar-benar sibuk hingga tak bisa meninggalkan pekerjaan, keadaan genting pun kadang memesan lewat ojol. Tak jarang banyak orang menyalahgunakan keberadaan ojol. Bukan mengeluh, kadang lucu saja melihat beberapa orang memesan ojol hanya untuk masalah sepele, seperti meminjam helm saat ada razia di jalan, menjadi pemeran sebuah iklan yang di kerjakan untuk tugas sekolah, bahkan yang sering Jojo dapatkan adalah menjadi pawang kecoa dadakan. Jojo pernah sekali mendapat pesanan, tapi bukan mengantarkan, melainkan di mintai tolong untuk menyingkirkan sebuah kecoa yang ada di kamar. Saat itu jojo hanya terkekeh pelan, terlebih yang memesan jasanya adalah seorang cowok yang takut dengan kecoa. Kadang Jojo berpikir, pekerjaannya bukan hanya menjual jasa tukang jemput. Melainkan segala jasa yang bisa di kerjakan olehnya. Membenarkan genteng bocor pun pernah Jojo lakukan. Semua tentu saja di lakukan dengan ikhlas, dia bersyukur ada saja orang yang membutuhkan jasanya dan membuat rejekinya lancar. Setidaknya ada pemasukan untuk hati itu. Sama seperti siang ini, setelah mengantarkan pesanan pada costumer, Jojo langsung beranjak pada pesanan kedua yang, sebuah jasa pengiriman. Awalnya Jojo menganggap pengiriman biasa. Dia menjemput penumpang dengan senang hati, hingga saat dirinya sampai di lokasi, Jojo harus terkejut dengan permintaan pelanggan. Dia hanya geleng kepala saat mendapati harus mengantarkan pelanggan dengan tambahan penumpang lain. Hewang berkaki empat yang sering menjadi kurban di waktu Idil adha. Kambing, berwarna putih dengan ukuran yang cukup besar. Jojo menatap tak percaya pada pelangannya. "Ini serius pak?" Tanya Jojo tak percaya. Ayolah yang benar saja. Seekor kambing harus naik ojol dengannya. Kenapa nggak taksol saja yang jelas bisa memuat seekor kambing bersama dengan pemiliknya. Pria paruh baya yang di taksir berusia 30 tahun di mata Jojo itu mengangguk dengan mantab. "Nanti ditilang gimana pak? Kita lewat jalan gede loh!" Desah Jojo tak kekurangan akal, dia bukan tidak mau, hanya saja kambing adalah hewan yang selalu membuat Jojo geli. "Nggak mas, tenang aja saya tau jalan pintas untuk kerumah saya." Jawab bapak tadi, Yadi nama yang tertera di aplikasi. Dimas menatap ragu. Memilah untuk menerima orderan itu atau tidak. Jika menolak bisa saja performamya turun bulan ini, dan akan susah untuk bulan depan. "Tenang mas, kita lewat belakang." Jojo masih berpikir, pesanan ini tergolong long trip, dan dengan ongkos yang bisa menutup ngojolnya hari ini, walau tidak tupo sekalipun, tetap saja uang ongkosnya bisa menjadi penambal dompetnya untuk beberapa hari kedepan. Dan sepertinya Jojo tidak memiliki pilihan lain selain menyetujui permintaan pelanggan. Jojo mengangguk. "Oke deh, sesuai posisi kak pak?" "Iya pak, nanti saya kasih arahan jalannya." "Siap pak!" Segera Jojo memutar motornya, mempersilahkan pak Yadi baik dan memangku kambingnya di tengah. Jojo hanya mendengus kecil menerima takdir dengan bersyukur, Alhamdulillah dia masih bisa mendapat rejeki lebih untuk hari ini. Jojo mengikuti semua arahan bapak itu, dan benar saja tak memakan waktu lama dia sudah sampai di sebuah pedesaan dengan lingkungan yang masih asri. Jojo merasa nyaman berada di rumah pak Yadi, di suguhi segelas kopi untuk ucapan rasa terimakasih dan sepiring singkong goreng membuat Jojo melepaskan penatnya barang sebentar. Seruputan terakhir di ikuti sebuah nitip membuat Jojo mengalihkan tatapannya pada ponsel. Sebuah pesanan di terima dengan tujuan yang searah jalan pulang, sekali lagi Jojo bersyukur. Dia segera berpamitan pada pak Yadi, sebelum menjemput pelanggan yang sudah menantikan dirinya. Sore itu, waktu sudah hampir mendekati magrib, pesanan yang diharap menjadi pesanan terakhir seolah menjadi sebuah kesialan bagi Jojo. Bukan s**l, hanya kurang beruntung, sekali lagi setelah masalah panjang dengan seorang penumpang dan seekor kambing, kini Jojo harus di hadapkan dengan pelanggan yang memesannya untuk mengirim sebuah paket. Bukan paket sembarang paket. Isinya adalah 15 ekor ayam di dalam sebuah kotak. Ayam kampung yang di pesan sebuah restoran yang ada di ujung jalan dekat dengan g**g masuk kerumah Jojo. Jojo mendengus untuk sesaat sebelum menyusun paket yang akan dia kirim di jok belakang. "Mas tolong ayamnya jangan Sampek ada yang mati ya. Pihak Restoran minta yang masih sehat." Jojo mengangguk pelan, "iya Bu, saya usahakan nanti. Bila perlu saya ajak ngobrol di perjalanan biar ayamnya nggak mabuk di jalan ya Bu." Si ibu terkekeh, menunjukan gigi depan yang sudah ompong, mengingatkan dirinya kepada sang nenek yang ada di dusun. "Ada-ada mas ini." Ucap ibu Royani yang masih terkekeh pelan. "Oh iya mas, kalo bisa sampek sebelum jam 7 ya mas, di tunggu banget soalnya." Jojo berpikir sejenak, perjalanan masuk tadi saja membutuhkan waktu hampir dua jam. Dan sekarang dia masih punya waktu kurang lebih dua jam setengah, sepertinya masih bisa untuk Jojo sanggupi. "Siap Bu, saya usahakan nanti. Ada lagi Bu?" Ibu itu menggeleng pelan sembari tersenyum. "Nggak mas itu saja, dan maaf sudah merepotkan." Jojo menjawab canggung, dia belum pernah bertemu pelanggan seramah bi Riyanti. Dia lebih merasa di hargai, dan coba saja para pelanggannya ramah seperti beliau, mungkin hati Jojo bisa adem, seadem Gung Himalaya. "Oh iya ongkos saya bayar di sini aja ya mas." Kata sang ibu sembari menyerahkan beberapa lembar uang berwarna biru, total ada tiga yang artinya uang itu lebih untuk biaya ongkos yang hanya berjumlah 75 ribu rupiah. "Ini lebih, Bu." Jawab Jojo sembari mengulurkan uang lima puluh ribuan kepada sang ibu. Ibu Riyanti tersenyum sembari mendorong kembali tangan Jojo, "nggak papa lebihnya ambil aja, itung-itung tip dari ibu." Jojo tercengang sebentar, dia menatap ibu Riyani dengan haru. "Serius bu?" Tanya Jojo tak yakin. Bu Riyani hanya mengangguk mantap hingga membuat Jojo mengucap syukur Alhamdulillah. Rezeki memang sudah ada yang mengatur, walau hanya berupa recehan dia bersyukur bisa membawa pundi uang untuk sang ibu dan tabungannya. Sekali lagi Jojo merasa bersyukur dengan apa yang sudah dia dapatkan hari ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN