The Love Triangle

1084 Kata
Rafael berjalan keluar dari lobi dan melihat Syaren yang masuk ke dalam sebuah mobil sedan berwarna putih. Dadanya sesak, tenggorokannya juga tercekat saat melihat pria lain memanggil kata 'Sayang' pada wanita yang sangat ia cintai. Hampir 5 tahun lebih ia meninggalkan Jakarta, meninggalkan sahabat sekaligus kekasihnya tanpa kata, bukan tanpa alasan ia meninggalkan Syaren, ia punya alasan kenapa dulu pergi tanpa kata. Dan sekarang setelah kembali, ia dihadapkan dengan kenyataan kalau cintanya ternyata sudah bukan untuknya, Syaren ternyata sudah memiliki kekasih yang lain. Masih tak bisa ia percaya kalau wanita yang tumbuh besar bersamanya, cinta pertamanya, sudah berpindah hati ke hati yang lain. Tangan Rafael mengepal kuat saat melihat wanita yang ia cintai itu pergi bersama pria lain. "Pak Rafael?" panggil seorang wanita. Rafael sontak langsung menoleh ke arah orang yang memanggilnya. "Iya? Kenapa?" tanya Rafael. "Di panggil pak William, Pak." Rafael mengerutkan alis. "Pak William ada di sini?" tanya Rafael. "Iya, Pak. Beliau datang sekitar tiga puluh menit yang lalu, saat Pak Rafael sedang meeting." "Ahh ... ya udah, saya ke ruangan pak William sekarang," ucap Rafael berbalik lalu kembali berjalan ke arah lift lagi. Rafael menekan tombol di samping lift, hingga akhirnya pintu lift itu terbuka, ia langsung masuk dan menekan angka di mana ruangan pemilik perusahaan itu berada. Beberapa detik kemudian. Ting Pintu lift terbuka, Rafael keluar dan berjalan ke arah kiri, berjalan ke arah pintu sebelah kanan. Tok tok tok "Masuk," ucap seorang pria dari dalam sana. Rafael sontak langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam sana. "Bapak panggil saya?" tanya Rafael. "Iya ... duduk, Raf." ucap William mempersilakan Rafael untuk duduk. "Kenapa, Pak?" tanya Rafael yang kini sudah duduk di kursi yang berseberangan dengan William. "Tadi saya denger kamu lagi meeting, meeting sama siapa?" tanya William. "Ahh itu ... sama anak dari Trisoft Group," jawab Rafael. "Syaren? Anaknya Pak Darren kan ya?" tanya William. Rafael mengangguk pelan. "Meeting apa? Kan udah fiks, ada perubahan atau bagaimana?" tanya William. "Fiks? Maksudnya kontraknya udah di setujui?" tanya Rafael. "Loh? Kok kamu gak tau? Pak Darren udah oke kok kemarin, malah udah ditandatangani, makanya saya bingung, kenapa Syaren ke sini," ucap William. "Iya itu saya yang panggil, tadi saya buka berkas-berkasnya terus saya minta Syaren dateng kesini, tadinya mau bahas kontrak," ucap Rafael. "Terus kata dia apa? Gak jadi masalah kan?" tanya William. "Enggak, belum sempet ngobrol kok, soalnya tadi dia langsung ada keperluan mendadak dan langsung pulang, tapi kalau udah fix ya udah, selebihnya biar saya yang handle," ucap Rafael tersenyum. "Oh ya udah oke," jawab William. "Ya udah, saya ke ruangan saya lagi ya, Pak." pamit Rafael. William mengangguk. "Ah iya, Raf. Saya harap kamu betah ya kerja di sini, mungkin suasananya rada beda sama di Jerman, tapi saya yakin kok kamu pasti bisa, sama seperti Papa kamu dulu," ucap William. "Saya pasti betah kok, Pak." jawab Rafael tersenyum. *** Rafael sudah berada di ruangannya, ia terus menatap ke arah bingkai foto Syaren yang ia taruh di atas meja kerjanya. "Aku yakin kamu itu terlahir untukku, Sya, aku yakin Tuhan menciptakan kamu untuk berada di samping aku, bukan pria lain. Buktinya Tuhan mempermudah jalan aku." *** "Anterin aku pulang aja, aku gak enak badan, aku mau istirahat di rumah, males ke kantor lagi," ucap Syaren. Ethan yang tengah menyetir itu sontak langsung menoleh ke arah Syaren lalu menatap lurus lagi fokus pada jalanan. "Kenapa? Mau aku anter ke klinik? Atau ke rumah sakit?" tanya Ethan. Syaren menoleh ke arah Ethan. "Aku gak enak badan, bukan sekarat! Masa iya harus ke rumah sakit segala," ucap Syaren. Ethan diam tak berucap lagi. "Kamu ... lagi dapet ya?" tanya Ethan. Syaren mengerutkan alis. "Maksudnya?" tanya Syaren. "Mood kamu berubah-ubah begitu, tadi perasaan masih biasa-biasa aja, kenapa sekarang udah beda lagi moodnya? Kamu jadi bad mood begini," ucap Ethan. "Kamu bisa diem kan? Fokus nyetir aja udah, gak usah banyak tanya!" ucap Syaren ketus. Ethan mengerutkan alis dan kembali menatap lurus fokus pada jalanan lagi. Sedangkan Syaren, ia melihat ke arah kiri, melihat jalanan kota Jakarta yang cukup ramai melalui kaca mobil sebelah kiri. 30 menit kemudian. "Udah ... stop di sini aja, mobilnya gak usah masuk, kamu langsung pulang." ucap Syaren. "Hm?" Ethan kembali mengerutkan alis. "Tapi,-" "Kamu langsung pulang, makasih udah mau nganterin." ucap Syaren hendak keluar. "Sya ...." Ethan memegang siku lengan Syaren, Syaren sontak langsung menoleh menatap Ethan. "Apalagi?" tanya Syaren. "Aku mencintaimu," ucap Ethan. Syaren sontak langsung menelan salivanya saat lagi-lagi Ethan mengungkapkan perasaannya. "Aku capek, rada gak enak badan juga, aku masuk dulu ya," ucap Syaren melepas tangan Ethan di siku lengannya dan berbalik, ia lalu keluar dari mobil dan berjalan ke arah pintu pagar rumahnya. Syaren mendorong pintu pagar rumahnya yang tinggi itu lalu masuk, ia melihat mobil Ethan masih terparkir di depan rumahnya. Syaren sedikit menunduk dan melihat ke arah Ethan yang membuka kaca mobil tersenyum ke arahnya, ia sontak langsung tersenyum canggung dan melambaikan tangan. Syaren lalu berbalik dan berjalan ke arah pintu rumahnya. "Tapi aku tidak mencintaimu, aku masih mencintai sahabat sekaligus cinta pertamaku ... maafkan aku ... Ethan. Aku masih mencintai Rafael." ucap Syaren di dalam hati. Tap tap tap Ceklek "Assalamualaikum," salam Syaren begitu masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam," jawab sang Ayah yang tengah duduk di ruang keluarga bersama sang ibu. "Tumben udah pulang," ucap Darren. Syaren yang hendak melewati ruang keluarga itu sontak langsung melihat ke arah sang ayah. "Gak enak badan, Syaren ke atas dulu ya, mau istirahat," ucap Syaren. "Mau Mama panggil Anty Sherly buat periksa?" tanya sang ibu. "Enggak, Ma ... Syaren mau tidur aja," ucap Syaren. "Syaren ke atas dulu," ucap Syaren lagi lalu berjalan ke arah tangga, ia menaiki anak tangga dan berjalan ke arah kamarnya. Tap tap tap Ceklek Syaren langsung berjalan cepat ke arah ranjang, ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dan menatap langit-langit kamarnya, ia kembali teringat saat tadi bertemu dengan Rafael. "Padahal aku sudah berusaha melupakannya walau rasa cintaku masih ada, tapi kenapa sekarang dia malah kembali?" gumam Syaren, "dulu saat aku menunggunya, dia tidak datang, lalu kenapa sekarang dia malah kembali di waktu yang tidak tepat? Di saat aku sedang mengubur perasaanku pada dia, saat aku sedang membuka hati untuk pria lain." Tes Bulir bening kristal keluar dari sudut mata Syaren. Huuhhh Syaren menghembuskan nafasnya kasar. "Ckk! Pria sialan! Beraninya dia kembali membuatku menangis, Rafael sialan! Kenapa harus kembali?" Syaren memutar tubuh melihat ke arah samping, melihat ke arah pintu kaca yang mengarah ke balkon, ia kembali teringat saat pertama kali Rafael menyatakan cinta padanya. "Aku juga merindukanmu, Raf." Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN