Pagi

1075 Kata
" Pak, saya permisi. Besok saya datang lagi" pamit Bella pada Niel setelah mengantarkan Kiara di kamarnya. " Kamu bisa membawa CV kamu besok? Saya perlu data lengkap kamu. Kamu tahu sendiri di rumah saya hanya ada security dan beberaap orang yang bekerja hanya sampai tengah hari. Dan kamu akan jadi satu-satunya yang akan tinggal di rumah sama Kiara" jelas Niel serius. " Oh, maaf pak. Ini, saya kebetulan sudah membuatnya sebelum kesini" " Jadi rumah bapak kalau siang, nggak ada orang ya?" " Kenapa?" tanya Niel heran. " Trus Kiara sama siapa pak?" " Selama beberapa hari ini pengasuhnya cuti, dia ikut saya ke kantor atau ditemani sekertaris saya" Bella mengangguk mengerti. " Tapi di rumah ada banyak CCTV. Itu , itu, disana, disana, juga di sana" tunjuk Niel pada beberapa letak CCTV di rumahnya. " Bapak bisa percaya sama saya. Saya nggak akan merugikan bapak" ucap Bella meyakinkan. " Baik. Besok saya akan minta orang untuk temani kamu melihat bagian dari rumah. Ingat, kamar saya tidak boleh dimasuki oleh siapapun. Saya tidak suka" " Baik pak" " Kamu boleh pulang. Ada supir yang mengantar kamu di depan.Tapi hanya untuk malam ini" " Baik, pak" ( " To the point banget sih") Bella lalu berjalan keluar meninggalkan Niel yang sejak tadi masih penasaran akan Bella meski apa yang ingin ia ketahui semuanya berada di dalam CV yang Bella serahkan tadi. *** " Gimana tadi mbak?" tanya pak Adi, supir yang mengantar Bella sambil mengemudikan kendaraannya dan melirik Bella dari kaca spion di hadapannya. " Baik aja pak" jawab Bella. " Oh ya, nama saya Bella, pak" " Saya pak Adi , mbak. Supirnya bapak di rumah. Istri saya yang datang tiap hari untuk masak dan bersih-bersih" Bella hanya mengangguk dan menyimak pembicaraan pria paruh baya tersebut. " Pak Niel galak ya mbak?" Bella tersenyum saja dengan pertanyaan yang didapatkannya. Ia tidak ingin salah menjawab karena takut mobil ini juga dilengkapi dengan CCTV. " Nggak kok pak. Biasa aja" " Bapak emang gitu mbak. Orangnya agak serius. Dan nggak banyak ngomong. Apalagi senyum. Tapi hatinya baik banget mbak" jelas pak Adi lagi. " Iya pak" " Pak, nanti depan belok kiri aja ya pak. Rumah kontrakan saya yang pager hitam" ucap Bella akhirnya ketika lama terdiam memikirkan apa yang akan ia lakukan besok. " Disini mbak?" " Bukan pak, yang depannya lagi." Pak Adi lalu menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah sederhana yang Bella maksudkan. " Mbak Bella tinggal sama orang tua?" " Nggak pak. Orang tua saya udah meninggal dan saya tinggal bertiga sama teman-teman saya" " Ya udah, kalau gitu saya pamit ya mbak. Besok jangan sampai telat ya" gurau pak Adi yang membuat Bella mengangguk senang. Bella lalu memasuki rumah dimana Rara masih terbaring di depan TV beralaskan karpet. " Masih sakit Ra?" " Udah enakan sih Bell. Oh ya, gimana hari ini? Kok baru pulang?" Bella melepaskan sepatu dan tas miliknya lalu berjalan malas dan akhirnya terbaring di sisi Rara. " Gue keterima Ra. Tapi disana ngeri-ngeri sedep Ra" gumam Bella. " Ngeri sedep gimana? Beneran pak Nil itu ganteng banget ya? Sama kayak di foto?" " Boro-boro gue pernah liat fotonya, Raraaaa!" " Trus trus?" tanya Rara tiba- tiba antusias sambil menggoyangkan tubuh Bella perlahan. " Ganteng maksimal, Ra. Buannggettt!" " Hah? Seriusan?" " Ya tapi itu tadi, orangnya tegas banget. On point. Dan suara sama tatapnnya tuh mengintimidasi banget. Pokonya auranya tuh ngeri tapi gimanaaa gitu" " Eh, loe b*******h sama dia ya?" tanya Rara sarkas. " Pala loe b*******h! Yang ada gue pengen kabur cepet-cepet" ucap Bella sambil menyentil pelan kepala sang sahabat lalu menciuminya dengan sayang setelahnya. " Udah ah, gue mau tidur. Besok gue nggak boleh telat." " Bukannya loe ngajar mulai jam 9 ya?" " Iya, tapi gue kan sambilan jadi pengasuhnya Kiara" " What???!!! Ceritain gue gimana bisa?" " Besok aja, gue ngantuk. Loe juga buruan tidur" jawab Bella malas lalu masuk ke dalam kamarnya. *** Bella sudah berada di rumah Niel dan nampak sedang bercengkerama di dapur bersama dua orang pelayan yang ada disana yang nampak sedang menyiapkan sarapan. " Kiara bangunnya jam berapa ya bu?" " Biasanya jam 7 sih, tapi semalam kayaknya ngobrol sama bapak. Soalnya saya liat lampunya masih nyala sampai jam 10." jelas ibu Wirna, istri pak Adi. " Loh, kok ibu tahu? Bukannya kemarin pak Niel bilang, di rumah ini pekerja hanya sampai setengah hari?" Ibu wirna tersenyum. " Iya bener. Tapi rumah kami di taman belakang. Saya sama pak Adi aja yang tinggal di sini. Kalau mbak Aini, tinggalnya di luar" " Iya mbak. Kalau udah jam dua belas. Kerjaan udah beres, kita semua udah bisa istirahat dan pulang. Bapak nggak suka rumahnya ada orang lain. Sabtu minggu juga kami dilarang datang. Di suruh sama keluarga aja katanya" Bella memgangguk paham. " Kalau istrinya pak Niel, emang dimana bu?" tanya Bella santai dan membuat Ibu Wirna dan mbak Aini saling menatap. " Waduh, mbak Bella nggak tahu?" tanya Aini heran. Bella menggeleng. " Untung mbak nanya nya sama kami. Kalau nanya sama bapak atau non Kiara bisa gawat, mbak" " Loh, emang kenapa pak?" " Ibu udah nggak ada mbak." jawab Aini lagi. " Aduh, kasian banget ya, masih kecil tapi Kiara udah kehilangan ibu" Ucap Bella sambil memegangi kedua pipinya " Semoga arwahnya tenang ya mbak. Dan semoga semua amal ibadahnya di terima" " Ya ampun, mbak Bella ini lucu banget" ucap ibu Wirna sambil tertawa. Sama halnya dengan Aini yang bahkan menyeka sudut matanya yang berair karena tertawa begitu lucunya. " Lho? Kenapa bu? Mbak?" " Mbak, ibunya non Kiara masih hidup, cuma pisah aja sama bapak" bisik Aini masih dengan wajah tersenyumnya. " Dan jangan pernah ngebahas ibu ya mbak di depan pak Niel atau non Kiara" timpal Ibu Wirna. Tanpa mereka sadari, pembicaraan mereka barusan di dengar oleh Niel yang baru saja memasuki dapur tersebut namun terhenti ketika mendengar Bella menanyakan soal mantan istrinya itu. Awalnya ia ingin menegur mereka karena kesal, namun ucapan Bella malah membuatnya menahan tawa bahkan membuatnya wajahnya memerah. Dan setelah menetralkan mimik wajahnya, ia kemudian berjalan mendekati ketiga wanita tersebut. " Kiara sudah bangun" ucapnya pada entah siapa dari ketiga wanita yang saling menatap dan terkejut itu. " Ba-- Baik pak" ucap Bella akhirnya lalu berjalan cepat menaiki tangga dan mengetuk kamar Kiara. Kiara yang menyambut Bella dengan senyum manisnya langsung menarik tangan Bella dan membawanya masuk ke kamarnya. " Selamat pagi, tante Bella" " Selamat pagi, sayang"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN