Senyum pagi.

1160 Kata
" Selamat pagi papa" sapa Kiara sambil mengecup pipi Niel dengan lembut. " Pagi sayang. Ayo sarapan" Kiara lalu duduk di kursi miliknya tepat di sisi kiri Niel. Bella pun langsung mengambilkan makanan untuk Kiara di piring miliknya. " Tante nggak makan?" tanya Kiara ketika Bella hendak meninggalkan ruang makan tersebut. " Tante udah makan di rumah tadi. Kiara makan aja dulu, tante tunggu di kamar ya" " Duduk dan temani Kiara makan" ujar Niel tanpa menghentikan kegiatan makannya. Bella lalu berjalan kembali mendekati meja makan dan berdiri di sisi Kiara hingga gadis kecil itu menyuruhnya menempati tempat duduk di sisinya. " Tante duduk sini aja ya" " Makasih, Kiara" " Ayo makan. Nanti kalian telat ke sekolah" " Iya, pa" " Saya sudah makan pak. Makasih" Niel mengangguk bahkan tidak melihat ke arah Bella. Padahal sebenarnya Bella juga sangat lapar. Tadi karena bangun terlambat setelah semalam ia harus membuat daftar kegiatan untuk Kiara dan mengurus Rara yang terus merasa mual, alhasil ia hanya meminum air putih saja. Rencananya tadi ia akan sarapan bersama ibu Wirna dan Aini, namun karena Niel menyuruhnya untuk ikut duduk di meja makan, terpaksa ia harus menurutinya. Dan sekarang, ia sungguh sangat kelaparan dan hanya bisa menunduk menatap jemarinya. (" Gimana gue bisa makan? Dia ngomong aja gue udah gemeteran, apalagi di suruh ngunyah") batin Bella. " Tante, papa minta selai" ucap Kiara. " Hah? Oh iya.. Iya" jawab Bella gelagapan sambil meraih selai yang tak jauh dari tempat ia duduk. Ia lalu menyerahkan stoples selai tersebut pada Niel dan tanpa sengaja tangan mereka saling bersentuhan. DEGH... ( " Ya Tuhan, gue kenapa?") Jantung Bella tiba-tiba memompa dengan sangat kencang. " Ng...Ki...Kiara, kamu udah selesai?" tanya Bella mencoba mengalihkan pikirannya. Kiara mengangguk. " Kalau gitu, tante ke dapur dulu ya. Tante ambilin bekal kamu. Tadi tante udah siapin." " Makasih tante Bella" Bella mengangguk dengan tersenyum manis. Dan tanpa ia sadari, Niel melirik kepadanya. Bella lalu berjalan dengan cepat menuju dapur dan mendapati Wirna dan Aini yang masih sedang menikmati sarapannya. " Bu, Bella minta makan ya?" bisiknya. " Lho, nggak makan di depan tadi?. Makan aja, mau apa?" tanya bu Wirna. Bella menggeleng dan langsung menunjuk pada kotak roti tawar lalu membukanya dan mengoleskan mentega dan meises coklat dan langsung mengunyahnya dengan cepat. " Pelan- pelan mbak, ntar keselek loh!" ucap Aini. " Mana bisa saya makan di depan bu?! Saya nggak enak sama bapak. Bapak ngomong aja, saya udah gemeteran. Gimana bisa mak-----" Ucapan Bella terhenti ketika ia menoleh dan mendapati Niel sedang berada di sampingnya. Dan konyolnya lagi, tangannya baru saja memasukkan segigit roti dalam mulutnya. (" Bego! Bella bego!") rutuk Bella pada dirinya sendiri. " Kalian berangkat di antar pak Adi." dan Niel langsung kembali keluar meninggalkan Bella yang nampak bodoh dengan makanan yang masih belum dapat ia kunyah lagi. " Bu, apa ada lobang sekitaran sini?" " Mau ngapain mbak?" " Saya pengen sembunyi aja" ucap Bella dengan wajah yang ia buat sedih dan memelas. Namun malah membuat kedua orang dihadapannya saling tertawa. *** Di atas mobil, Niel sedang menelepon ibunya dan mengatakan jika sudah mendapatkan pengasuh sementara untuk Kiara. " Kamu yakin orangnya bisa di percaya, Niel?" " Semoga , ma. Dia sepertinya baik" " Ya udah, nanti kalau mama pulang. Mama mau ketemu Kiara." " Nathan gimana? Jadi pulang?" " Jadi kok. Tinggal nunggu dia ngurus beberapa hal dulu. Mama udah deal sama dia. Dia bakalan pulang liburan dan mau ketemu sama pilihan mama, asalkan ini yang terakhir dan mama nggak akan maksa dia lagi plus uang jajannya mama tambahin" " Dasar. Mama juga nggak mau nyerah sejak dulu" " Kali ini mama yakin Nathan mau, Niel. Kali ini dia pasti suka, orangnya nggak seperti yang kemarin-kemarin" " Terserah mama aja. Ya udah, salam buat Nathan sama papa" " Iya, sayang. Salam buat Kiara ya. Dan jangan lupa perhatiin pengasuhnya" " Bye, ma" Setelah telepon mereka terputus, pikiran Niel kembali pada kejadian tadi pagi dimana Bella terlihat lucu dengan mulutnya yang sedikit menggembung dan tangannga yang menggantung di udara dan terpaku akan kehadiran Niel yang memergokinya sedang makan. Niel tanpa sadar menaikkan kedua sudut bibirnya hingga terangkat. Deretan gigi putihnya bahkan bisa dilihat meski sedikit. Niel menggelengkan kepalanya perlahan karena tidak menyangka gadis itu telah dua kali membuatnya mengulum senyum karena ocehan dan kelakuannya. Rully, sang asisten yang tanpa sadar melirik pada spion di hadapannya pun ikut tersenyum melihat atasannya yang sangat ajaib bisa tersenyum. "Ekhm, Rully, kita langsung ke pabrik saja" ucap Niel akhirnya. " Baik pak." " Oh ya, gimana orang tua kamu?" " Sudah membaik pak. Besok mereka sudah bisa pindah. Mereka titip salam dan banyak terima kasih untuk bapak" " Sama-sama" Niel lalu mengeluarkan ponselnya dan mencari nomer telepon milik Kiara. Ponsel yang tersambung di jam tangan gadis kecil tersebut. " Halo, Papa" " Hai baby" sapa Niel lembut yang membuat Bella mengulum senyumnya menatap Kiara. " Udah sampai di sekolah?" " Belum pa. Dikit lagi. Papa udah sampai kantor?" " Belum sayang. Papa langsung mau ke pabrik dulu. Nanti pulang sekolah, jangan lupa makan ya. Nurut sama tantenya. " " Iya, pa" ucap Kiara dengan anggukan. " Jangan lupa tidur siang" " Iya, pa" " Pak, ini mobilnya ada CCTV nggak?" tanya Bella pada pak Adi yang tentu bisa di dengar oleh Niel. " Nggak adalah mbak. Masa iya ada CCTV. Saya yang jadi CCTV Bapak kalau di mobil" terang pak Adi dengan tertawa kecil. Bella nampak mengangguk. " Kiara, tanyain sama tante, kalau tidak ada CCTV memangnya kenapa?" Bella langsung menggigit bibir bawahnya atas kesalahan omongnya lagi. " Bu--Bukan gitu pak. Saya cuma nanya. Nggak ada niat lain. " Tanpa sadar Niel kembali mengulum senyumnya membayangkan wajah gadis itu yang nampak panik. " Pa, nanti jangan telat makan siang ya" " Iya, sayang" " Ya sudah. Kiara hati-hati ya. I love you" lanjut Niel. " I love you too, papa." (" Me too") batin Bella iseng lalu ia tersenyum bahkan nyaris mengeluarkan tawanya. " Tante, lagi mikirin apa?" " Ah? Nggak ada. Tante cuma seneng aja dengar Kiara ngobrol sama papanya. Kiara sayang banget sama papa ya?" " Sayaaaang banget. Kan Tapi Kiara rasa, sayangnya udah nggak banyak- banyak lagi." " Lho, kenapa?" tanya Bella heran. " Karena, sekarang Kiara juga sayang sama tante" " Aduh, anak sayangnya tante. Anak cantik. Baru sehari sama tante udah sayang?. Makasih banyak princess... Tante juga kok ngerasa langsung sayang sama kamu sih? Boleh peluk sama cium nggak?" tanya Bella tulus dengan senyumnya. Kiara mengangguk dan langsung memeluk Bella dengan erat. Bella pun memeluk tubuh Kiara dengan memeluknya erat dan membuat gerakan bergetar pada dirinya lalu menciumi pipi lembut Kiara dengan banyak kecupan- kecupan kecil hingga membuat mereka berdua tertawa. Pak Adi yang melihat keakraban mereka pun ikut tertawa melihat tingkah mereka berdua dari balik kaca spion. Ini pertama kalinya ia melihat Kiara bisa tertawa lepas seperti itu. Meski Kiara anak yang ceria, namun ia belum pernah melihat gadis kecil tersebut nampak begitu lepas dan riang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN