Jus Alpukat dan Kopi Hitam
Aku, Aisha, bertemu Reynand di f*******:. Seminggu kemudian, kami resmi berpacaran. Hubungan kami berjalan selama tiga tahun, penuh tawa dan cinta. Namun, di anniversary kami yang keempat, Reynand memutuskan hubungan kami. Alasannya? Ibuku menentang hubungan kami. Ini kisahku…
Empat Tahun yang Lalu…
Di rumah yang nyaman milik Pak Angga, Ayahku, hari terasa melelahkan setelah seharian kuliah.
"Capek sekali! Mandi dulu ah, baru kerjakan tugas kuliah. Nanti lupa lagi kalau besok baru dikerjakan," gumamku.
"Darmi…" panggil Bu Annisa, lembut.
"Inggih, Bu? Ada apa, Bu?" jawab Darmi, asisten rumah tangga kami.
"Buatkan Aisha jus alpukat kesukaannya, ya. Taruh di kamarnya." pinta Ibu.
"Siap, Bu." Darmi mengangguk patuh.
"Oh, iya, Darmi… Siapkan juga cemilan. Nanti kalau Ali pulang, siapkan juga jus dan cemilan kesukaannya di kamarnya, ya." Ibu menambahkan.
"Baik, Bu. Siap saya kerjakan." Darmi masih patuh.
"Terima kasih, Darmi."
"Sama-sama, Bu."
----
"Ahh… nikmatnya berendam air hangat setelah seharian kuliah. Santai dulu, ah," gumam Aisha, menikmati hangatnya air di kamar mandi. Pikirannya melayang, "Habis ini rebahan dulu, atau langsung kerjakan tugas kuliah, ya?"
Sejenak kemudian, suara Opa Jarwo memecah kesunyian.
"Darmi… Darmi…" panggil Opa Jarwo, agak keras.
"Inggih, Romo Sepuh?" jawab Darmi, bergegas.
"Kamu di mana?"
"Mriki, Romo Sepuh."
"Oh, di sini…" Opa Jarwo terdengar lega. "Saya minta tolong…"
"Pasti wedang jahe lagi, ya, Romo Sepuh?" Darmi menyela, cepat.
Opa Jarwo menghela napas. "Bukan itu, Darmi. Dengarkan dulu sampai selesai sebelum menyela!" suaranya terdengar sedikit kesal.
Darmi tertunduk. "Apunten, Romo Sepuh. Terus, apa yang harus dibuatkan? Kopi cemeng?"
"Kopi… cemeng? Apa itu kopi cemeng? Setahu saya, kopi hitam, bukan kopi cemeng," Opa Jarwo mengerutkan dahi, bingung.
Darmi tersenyum kecil. "‘Cemeng’ itu bahasa Jawa, Romo Sepuh, artinya hitam."
"Oh, begitu. Baiklah, buatkan saya kopi itu cemeng. Eh hitam maksudnya, manisnya sedang saja, ya."
"Inggih, Romo Sepuh."
"Nanti tolong antar ke teras belakang, ya, Darmi."
"Inggih, Romo Sepuh."
----
"Sudah selesai mandi, sudah pakai baju. Rapih banget, deh! Sekarang tinggal kerjakan tugas kuliah. Ngerjainnya sambil rebahan aja, ah. Hehe…" kata Aisha, yang baru selesai mandi.
Di dapur, Mbok Darmi menyiapkan pesanan Bu Annisa dan Opa Jarwo. Setelah selesai, ia akan mengantarnya ke Opa Jarwo dulu, baru ke kamar Aisha.
Saat Mbok Darmi hendak mengantar pesanan ke Opa Jarwo, Aisha turun dari kamarnya untuk bertanya pada Mbok Darmi tentang pesanan ibunya.
"Selesai. Saatnya antar kopi dan roti untuk Opa Jarwo ke teras belakang. Setelah itu, baru antar cemilan dan jus alpukat Mbak Ais," kata Mbok Darmi.
"Mbok Darmi…" panggil Aisha.
"Inggih… Eh, Mbak Ais," jawab Mbok Darmi.
"Ada apa, Mbak?" tanya Mbok Darmi.
"Mana…" Aisha hendak bertanya, tetapi Mbok Darmi memotongnya.
"Jus alpukat dan cemilannya, ya?" tanya Mbok Darmi.
"Iya, itu. Mana? Sudah jadi belum?" tanya Aisha.
"Loh, sudah jadi, Mbak. Ini… Sudah, Mbak Ais. Ke kamar saja nanti saya antar ke kamar," jawab Mbok Darmi.
"Oh, ya sudah. Eh, ini buat siapa, Mbok?" tanya Aisha.
"Buat Opa Jarwo, Mbak Ais," jawab Mbok Darmi.
"Oh… Ya sudah, aku tunggu di kamar ya, Mbok…" kata Aisha.
"Nggih, Mbak…" jawab Mbok Darmi.
Di belakang rumah, Opa Jarwo menunggu Mbok Darmi mengantarkan kopi pesanannya.
"Duh, si Darmi… kemana sih? Lama sekali ngantar kopinya," gerutu Opa Jarwo.
Pak Angga menghampiri Opa Jarwo.
"Ayah Mertua…" sapa Pak Angga.
"Apa, Ngga?" tanya Opa Jarwo.
"Ayah Mertua kok gelisah gitu? Ada apa?" tanya Pak Angga.
"Saya lagi nunggu Darmi. Tadi saya minta dibuatkan kopi, terus disuruh antar ke teras belakang. Tapi kok sampai sekarang belum datang juga," kata Opa Jarwo. "Oh ya, kamu sudah pulang kerja? Atau nanti balik lagi ke kantor setelah makan siang?"
"Tidak, Yah. Saya tidak balik kantor lagi setelah makan siang. Saya di rumah," jawab Pak Angga.
"Oke, berarti bisa dong kamu nemenin saya main catur hari ini. Cecep kan lagi tugas negara, malam baru bisa," kata Opa Jarwo.
"Tentu saja, Yah. Nah, itu Darmi sudah datang. Saya mau masuk dulu ganti baju, setelah itu baru main catur sama Ayah Mertua," pamit Pak Angga.
"Oke…" sahut Opa Jarwo.
Mbok Darmi datang sambil membawa nampan berisi kopi.
"Ampun, punten… Nggih, ndara romo sepuh. Kula sampun ngantarkan kopi punika." Mbok Darmi menyerahkan kopi kepada Opa Jarwo.
"(Dalam hati) Hm… sepertinya saya harus kasih dia hukuman, deh. Saya kerjain aja, deh," batin Opa Jarwo, merencanakan jahil kepada Mbok Darmi.
"Mangga, dinikmati, ndara romo sepuh. Kula amit, kepingin ngantarkan pesanan Mbak Ais ke kamarnya," pamit Mbok Darmi.
"Em… Mi, Mi…" panggil Opa Jarwo.
"Inggih, ndara romo sepuh? Masih ada yang bisa saya bantu?" tanya Mbok Darmi.
"Ada. Tapi nanti ya, setelah kamu ngantar pesanan cucu saya. Nanti kamu balik lagi ke sini," jawab Opa Jarwo.
"Oh, inggih, ndara romo sepuh. Amit…" pamit Mbok Darmi.
"Ya…" sahut Opa Jarwo.
Tok… tok… tok…
Suara ketukan di pintu kamar Aisha.
"Assalamu’alaikum, Mbak Ais…" sapa Mbok Darmi.
Aisha tampak sedikit kesal. "Duh, Mbok Darmi… lama banget, ya, ngantar jus sama cemilannya. Ke dapur lagi aja, deh…" gumamnya.
Mbok Darmi menunggu sebentar, lalu mencoba lagi.
"Assalamu’alaikum, Mbak Ais…"
"Wa’alaikumussalam, Mbok Darmi…" jawab Aisha.
Aisha membuka pintu, terkejut melihat Mbok Darmi. "Astaghfirullahalazim, Mbok Darmi! Aku kira siapa…," ujarnya, sedikit terkejut.
"Ngapunten, Mbak Ais. Kula uga kaget," kata Mbok Darmi, meminta maaf.
"Oh ya, pesanan Ibu buat aku mana? Jangan bilang kamu lupa lagi, ya, Mbok?" tanya Aisha.
"Oh, tidak, kok, Mbak Ais. Ini pesanan Bu Nisa," jawab Mbok Darmi sambil menunjukkan nampan berisi jus dan cemilan.
"Oh, ya sudah. Langsung taruh di dalam kamar aja, ya, Mbok," kata Aisha.
"Inggih, Mbak Ais. Nyuwun sewu," kata Mbok Darmi sambil meletakkan nampan di kamar Aisha.
"Nggih, Mbok…" sahut Aisha.
"Oh nggih, Mbak. Nanti kalau sudah selesai, seperti biasa ya, WA saya biar saya rapihkan," Mbok Darmi mengingatkan Aisha tentang kebiasaan membersihkan kamarnya.
"Inggih, Mbok. Maturnuwun, nggih, Mbok…" ucap Aisha.
"Nggih, sama-sama, Mbak Ais. Amit…" pamit Mbok Darmi.
"Nggih…" jawab Aisha.
"Akhirnya bisa santai juga sambil ngemil. Aku scroll-scroll f*******:, ah," kata Aisha, setelah menyelesaikan tugas kuliahnya.
Ali, adik Aisha, baru pulang sekolah. Ia menunggu Mbok Darmi mengantar pesanan ibunya ke ruang tengah sambil asyik bermain game.
Tiba-tiba, Om Daffa dan Tante Titah datang bersama Dzaka dan Dzaki, adik sepupu Ali yang kembar.
"Assalamu’alaikum…" sapa Om Daffa.
"Wa’alaikumussalam…" jawab Ali.
"(Gumam) Siapa lagi? Duh, ya… kalah lagi…" Ali menggerutu karena kalah main game.
"Ali…" panggil Bu Annisa.
"Iya, Bu…" jawab Ali.
"Itu ada tamu, bukain pintunya, dong," pinta Bu Annisa.
"Nggih, Bu…" Ali segera membuka pintu.
Melihat sepupunya, Ali berseru, "Eh, ada Dzaka dan Dzaki!"
Tante Titah bertanya, "Ibu di mana, Mas?"
"Di dalam, Nte," jawab Ali.
"Oh… Assalamu’alaikum…" Tante Titah memberi salam pada Bu Annisa.
"Wa’alaikumussalam…" Bu Annisa menyambut salam Tante Titah.
Bu Annisa senang melihat keponakannya. "Eh, Dik Titah, ayo masuk. Ada siapa ini? Dzaka dan Dzaki, ya?"
"Iya, Budhe," jawab Tante Titah.
"Assalamu’alaikum…" Om Daffa memberi salam.
"Wa’alaikumussalam…" Bu Annisa, Ali, dan Tante Titah menjawab salam Om Daffa.
"Opa di mana, Mbak?" tanya Om Daffa.
"Di belakang rumah," jawab Bu Annisa.
"Oh…" Om Daffa mengangguk.
Tante Titah berkata, "Maaf, Mbak, aku titip si kembar dulu, ya. Mau cuci kaki."
Bu Annisa tertawa. "Oh, iya, sini. Dzaka dan Dzaki sama Budhe dulu, ya. Mamanya mau cuci kaki."
Ali bertanya pada Om Daffa, "Om, kapan berangkat dari Yogya?"
"Kemarin, Dik. Oh ya, lupa… Om sama Tante kan bawa oleh-oleh buat kalian. Tunggu, ya," jawab Om Daffa.
"Nggih, Om…" kata Ali.