Suara dentuman musik mengisi seluruh ruangan, di club malam ini. Sedangkan aku hanya menikmatinya, sambil sesekali meneguk sebotol vodka yang sudah kupesan. Ah ya, namaku Daveeka Larpthawornkiet. Aku seorang gadis asal Thailand, yang berkerja dan tinggal di Seoul. Umurku? Ck, tentu masih cukup muda, yaitu 25 tahun. Masih begitu muda kan? Dan aku berkerja sebagai seorang model seksi. Ya, model seksi. Pasti orang-orang yang mendengarnya, akan langsung mengganggap sepele perkerjaan itu. Mereka mengganggap, perkerjaan itu adalah perkerjaan seorang Jalang. Tsk, aku tak peduli dengan hal itu. Dan aku tak pernah peduli, dengan apa yang orang-orang katakan tentangku. Lagipula, ini adalah hidupku, bukan hidup mereka, dan aku lah yang menjalani hidupku ini. Jadi mereka tak berhak mengatur, atau melarang-larangku.
Kembali aku teguk sebotol vodka, yang berada di sebelahku, sambil memperhatikan sekitar. Tapi tiba-tiba, pandanganku teralihkan dengan seorang pria berwajah Korea, yang sedang berjalan dengan gontai, menuju mejaku. Lalu ia menghentikan langkahnya, dan mendudukkan tubuhnya di sebelahku. Namun aku hanya memperhatikannya saja, tanpa berkata apa-apa. Tapi tiba-tiba, seorang pelayan berjalan menghampirinya, dan berdiri di sebelahnya.
"Selamat malam tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan tersebut, sambil memegang sebuah daftar menu di tangannya.
Pria itu pun menoleh ke arah pelayan tersebut, dan menatapnya, "Aku pesan minuman, dengan kadar alkohol yang sangat tinggi, entah apa itu. Aku tidak tahu namanya" ujarnya.
Mendengar apa yang pria itu katakan, membuat pelayan itu menggangguk paham, "Baik tuan, mohon tunggu sebentar" katanya, yang kemudian segera beranjak pergi.
Namun aku terus saja diam, sambil memperhatikannya dari samping. Tapi sepertinya, ia tak menyadari akan kehadiran ku, yang berada di sebelahnya. Entahlah, mungkin baginya aku adalah makhluk ghaib.
Tak lama, pelayan tadi datang dengan membawa sebuah nampan, yang berisi sebotol whiskey, dan juga sebuah gelas kecil, "Permisi tuan, ini pesanan anda" ujar pelayan itu, sambil menaruh minuman tersebut di atas meja.
"Baik, terima kasih, kau boleh pergi sekarang" ucap pria itu, dan hanya dijawab dengan anggukkan saja, oleh pelayan itu.
Setelah pelayan itu pergi, pria itu pun mulai menuangkan sebotol whiskey ke dalam gelas, lalu ia langsung meneguknya dengan perlahan-lahan. Sedangkan aku, hanya mengacuhkannya saja, dan kembali menikmati sebotol vodka, yang kini berada di dalam genggamanku.
Tapi beberapa saat kemudian, aku melihat pria itu yang terus-menerus menuangkan whiskey ke dalam gelas itu, dan meneguknya dengan brutal, seperti sedang kehausan. Aku pun segera menaruh vodka di atas meja, dan merebut sebotol whiskey miliknya dari atas meja.
"Sedang ada masalah, tuan muda?" cibirku, sambil menatapnya dari samping.
Karena terkejut, ia pun langsung menoleh ke arahku, dan menatapku, "Oh, rupanya ada orang, aku kira tidak ada. Maaf, aku duduk di sini tanpa izin" ucapnya.
"Tidak masalah, tapi kau belum menjawab pertanyaanku" ucapku dengan datar, sambil memperhatikan sebotol whiskey, yang sedang kupegang.
Namun ia malah menghela nafasnya dengan kasar, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Iya, aku baru saja putus dengan kekasihku, karena melihat ia yang sedang bermesraan dengan teman kerjaku" ujarnya.
Segera aku menoleh ke arahnya, dan menatapnya, "Jadi karena itu, dan kau ingin melupakannya dengan cara mabuk?" tanyaku.
Ia pun menoleh ke arahku, dan menggangguk pelan, "Iya, dan ini karena temanku yang menyarankannya. Karena sebelumnya, aku belum pernah meminum minuman yang beralkohol, dan aku juga belum pernah datang ke tempat ini. Dan kata temanku, minuman yang beralkohol dapat membuat seseorang melupakan masalahnya, meski hanya sejenak saja" jawabnya.
"Tapi sayangnya, mabuk tak akan menyelesaikan masalah" cibirku, sambil memutar bola mata, "Dan lagipula, aku sudah sering merasakan sakit hati karena cinta" sambungku, yang kemudian menoleh ke arahnya.
Kami pun terus saja mengobrol, hingga tiba-tiba pria itu tak sadarkan diri, karena terlalu banyak minum.
Melihat hal tersebut, membuatku menghela nafasku dengan berat, "Kan sudah kubilang, jangan terlalu banyak minum, nanti kau bisa mabuk" cibirku, sambil memutar bola mataku.
Karena merasa kasihan padanya, aku pun memutuskan untuk membawanya pulang ke apartemenku, yang berada cukup jauh dari club malam ini. Dan sepertinya, aku harus membawa pria ini dengan menggunakan taksi, karena tidak mungkin jika aku membawanya seorang diri. Tapi sebelumnya, aku harus memastikan kalau pria ini tidak membawa kendaraan apa pun. Segera aku merogoh kantong celananya pria ini, namun tiba-tiba aku menemukan sesuatu, yang kuyakin adalah kunci. Kucoba untuk mengeluarkan benda tersebut, dan dugaanku memang benar, ini memanglah sebuah kunci, lebih tepatnya adalah kunci mobil.
Kuhela nafasku, dan menepuk keningku, dan untung saja aku bisa menyetir mobil. Lalu aku segera bangkit dari sofa yang kududuki, dan mengangkat tubuh pria ini.
"Argh, berat sekali" batinku, sambil terus mengangkatnya.
Kemudian, aku membantunya untuk berjalan, dan keluar dari club malam ini.
To be continue. . .