Lucas menatap Aleah dalam-dalam. Ia menaikkan sebelah alisnya “baiklah, mari kita lihat pekerjaanmu yang baik itu” katanya lalu memasuki rumahnya.
Lucas terlebih dulu membuka tas ransel besar yang menggantung dipunggungnya sedari tadi. Ada piala dengan warna bersinar yang ia keluarkan dari sana.
“Wow, kau baru saja memenangkan pertandingan apa?” tanya Aleah begitu melihat piala itu.
Lucas tersenyum penuh bangga “MXGP di Palembang, di sana adalah salah satu sirkuit terbaik di dunia” papar Lucas “awalnya piala ini akan di pajang di rumah keluargaku tapi aku membawanya ke mari, rumahku perlu memiliki hiasan seperti ini,” lanjutnya.
“Jadi kau benar-benar pembalap, kelas dunia?”
“Jadi waktu itu kau tidak percaya?”
Aleah menggaruk kepala sambil memalingkan wajah.
“Hei, bukankah kau bilang akan melakukan pekerjaanmu dengan baik, Aurora?” Lucas membuka pintu kamarnya dan seperti biasa ia langsung duduk dengan nyaman di sofa.
Aleah mengikuti Lucas ke kamarnya. Ia berdiri di depan Lucas, menarik napas panjang-panjang, dan menari. Saat musik mulai memanas, Aleah bergerak makin berani. Ia pun juga mengumpulkan keberaniannya untuk membuka pakaiannya satu per satu.
Melihat gerakan Aleah yang mulai kaku saat akan membuka pakaiannya Lucas mendekat dan menggenggam jemari Aleah. Ia menatap perempuan itu dengan lembut “kalau tidak bisa jangan diteruskan, aku akan menghargai keputusanmu,” kata Lucas.
Aleah melepas genggaman Lucas “tidak, kau sudah membayar, jadi biarkan aku menyelesaikan pekerjaanku,” putus Aleah.
Lucas mencegah Aleah. Ia lalu menyelipkan rambut panjang perempuan itu ke belakang telinganya “kau terlalu cantik untuk pekerjaan seperti ini, Aleah,” katanya dengan nada lembut.
Untuk sesaat Aleah jatuh dalam mata legam Lucas yang menatapnya penuh penghargaan. Tetapi pekerjaan rendah ini mengingatkan lagi siapa dirinya dan untuk apa ia ada di rumah itu. Lucas sama saja dengan pria-pria di Luminous yang menatapnya seakan kehausan.
“Kau terlalu berharga, Aleah, sadarilah itu,” lanjut Lucas.
“Jika aku berhenti bagaimana dengan Rachel? Gajiku sebagai karyawan di pabrik tak cukup untuk membiayai hidup juga pengobatannya.”
“Jadilah kekasihku, aku akan membayar semuanya,” jawab Lucas.
“Apa kau sedang membeliku?” Aleah mengerutkan dahi.
“Aku tidak sedang membelimu, Aleah,” seru Lucas.
“Katakan saja apa yang kau inginkan sebenarnya, Lucas, kau ingin tubuhku? Baiklah aku juga menginginkan bayarannya, mari kita lakukan sekarang,” sergah Aleah lalu membuka pakaiannya hingga sebagian buah dadanya terlihat.
Tetapi Lucas mencegahnya. Ia malah memakaikan jaketnya untuk menutupi tubuh Aleah yang berpakaian seksi “perempuan itu indah dan tak ternilai harganya, jadi jangan sembarangan mengumbar keindahanmu, aku tahu kau tidak bisa melakukannya, jadi jangan lakukan, aku juga tidak akan memaksamu.”
Aleah benar-benar hanyut. Ia menitikkan air matanya. Ia jatuh ke dalam pelukan Lucas. Ia jatuh dan tenggelam ke dasarnya yang hangat dan membuai hingga tidak dapat berenang ke permukaan lagi.
“Bagaimana kalau aku hanya ingin uangmu saja, kau tidak menghawatirkan itu?” tanya Aleah.
Lucas mengedikkan bahu “mari kita lihat sendiri, aku akan memberimu waktu 60 hari, jika kau tidak bisa mencintaiku, aku akan melepaskanmu.”
“60 hari?” ulang Aleah.
“60 hari,” pungkas Lucas.
***
Aleah dan Lucas duduk di teras belakang rumah. Memandang ke arah hutan pinus yang berjarak kira-kira 500 meter dari tepi tanah rumah Lucas.
“Indah sekali,” gumam Aleah yang duduk dengan nyaman di sofa “bagaimana kau bisa dapat rumah dengan pemandangan seperti ini?”
Lucas menoleh ke arah Aleah “mungkin aku sedang beruntung,” jawabnya santai.
Aleah memandangi Lucas tanpa berkedip.
“Kenapa?”
“Kenapa aku?” tanya Aleah.
Lucas mengerutkan dahi “apanya?”
“Kenapa kau ingin aku jadi kekasihmu?”
“Apa kau butuh alasan?”
Aleah menganggukkan kepala.
“Tapi aku tidak punya alasan.”
“Lalu bagaimana bisa kau memutuskan untuk jadi kekasihku?”
“Karena aku menyukaimu.”
“Apa yang kau suka dariku?”
“Kau ingin tahu?”
“Tentu saja.”
Lucas mendekatkan wajahnya pada wajah Aleah. Dengan gerakan cepat ia menautkan bibirnya pada bibir Aleah yang sedari tadi menggodanya. Dengan cepat pula ia meninggalkan hawa panas di bibir itu.
Aleah bisa merasakan wajahnya yang memanas. Padahal hanya sepersekian detik saja tapi ia bisa dibuat melambung ke awan. Oh, apa seperti ini rasanya punya kekasih?
Lucas menatap Aleah yang tersipu “kenapa? Apa ini pertama kalinya untukmu?”
Aleah menganggukkan kepala “aku tak pernah berhubungan dengan lelaki mana pun selain ayahku, terlebih setelah Rachel lahir dan dinyatakan mengidap leukimia, hampir seluruh waktuku habis untuk mencari uang, aku tak punya waktu untuk berkenalan dan dekat dengan seorang pria, lagi pula aku merasa tidak membutuhkannya,” papar Aleah.
“Kau membutuhkannya, Aleah, kau butuh seseorang sebagai tempatmu meletakkan rasa lelah, kau butuh tempat berbagi, semua orang membutuhkannya bukan.”
Aleah menghela napas “entahlah, selama ini aku merasa bisa melakukan semuanya sendirian.”
Lucas tersenyum “kalau begitu aku akan menyadarkanmu bahwa kau membutuhkan orang lain untuk membantumu.”
“Ya, dan sekarang kau sedang membantuku bukan?”
“Apakah kita masih memiliki perjanjian itu?”
“Kau bilang aku punya waktu 60 hari, dalam 60 hari kau memberiku waktu untuk membuktikan apakah ini perjanjian, atau cinta.”
Lucas tersenyum “kemarilah,” suruh Lucas sambil menepuk kedua pahanya.
Aleah pun mendekat dan duduk di pangkuan Lucas. Sebenarnya ia canggung melakukan itu tapi bukankah ia kekasih Lucas sekarang, dan pria itu membayar biaya pengobatan Rachel, jadi ia harus patuh bukan.
“Kau gugup sekali, apa kau tidak nyaman duduk di pangkuanku?” Lucas sepertinya bisa menebak isi pikiran Aleah.
“Kau tahu ini pertama kalinya untukku, kenapa menyuruhku duduk di pangkuanmu?” kata Aleah lalu menghela napas “mungkin ini biasa untukmu tapi tidak denganku, Lucas, aku perlu beradaptasi,” imbuhnya.
“Kalau begitu beradaptasilah,” Lucas tak membiarkan Aleah pergi dari pangkuannya.
Aleah menggeleng sambil menghela napas lagi. Ia lalu menyandarkan kepalanya di bahu Lucas.
Lucas pun melingkarkan lengannya di punggung Aleah “waktu itu aku bicara dengan ayahmu, dia bilang kau trauma dengan masa lalumu,” kata Lucas.
“Jadi kau tahu semuanya dari ayahku?”
Lucas menganggukkan kepala “jujur saja, saat pertama bertemu denganmu, aku suka padamu karena kau bisa membangkitkan gairahku, tapi setelah aku melihat siapa dirimu aku tidak melihat lagi Aurora yang menari di tiang tapi aku melihat Aleah yang tegar dan tangguh, mungkin itu bisa dijadikan alasan kenapa aku ingin kau jadi kekasihku,” papar Lucas.
“Begitu ya, kau cinta padaku?”
“Ya, aku cinta padamu” jawab Lucas.
“Mudah sekali bagimu mengatakan cinta?”
“Memangnya kenapa? Itu memang mudah, apanya yang sulit?” Lucas mengerutkan dahi.
“Biasanya orang-orang sulit sekali mengatakan cinta, mereka butuh banyak waktu untuk meyakinkan diri mereka sendiri,” papar Aleah.