Lucas tersenyum geli “kenapa wajahmu seperti itu? Kau takut aku benar-benar akan memanfaatkan keadaan?” godanya sambil mengangkat sebelah alisnya.
Aleah menelan ludah lalu berusaha menyembunyikan ekspresi gugupnya. Lagi pula kenapa ia merasa gugup untuk menari di depan seorang pria padahal biasanya ia menari di depan banyak mata?
“Ikut aku,” suruh Lucas kemudian berjalan menuju kamarnya.
Aleah pun mengekor saja dengan masih merasa takut. Ia masuk semakin dalam ke kandang harimau ini. Tetapi matanya sempat terpukau melihat desain kamar yang modern tetapi memiliki sisi elegan seorang lelaki. Jadi si Lucas ini adalah pria yang berkelas.
Lucas menyalakan musik dengan volume sedang lalu duduk di sofa dengan nyaman menghadap ke arah Aleah “menarilah” suruhnya.
Aleah menghela napas panjang-panjang menyingkirkan rasa canggungnya. Ia mulai menggerakkan tubuhnya dan berlenggak-lenggok menggoyangkan pinggulnya. Ia bergerak semakin liar mengikuti irama musik. Tetapi tampaknya Lucas mulai gelisah dan tidak lagi menikmati tariannya.
Lucas kesal. Kenapa perempuan itu tidak juga melepas pakaiannya, itu adalah bagian dari tari striptis. Guratan emosinya sampai timbul di lehernya. Ia pun menghambur pada Aleah dan menarik gaunnya.
Aleah terkesiap dan tubuhnya pasrah jatuh dalam pelukan Lucas. Wajah pria itu berubah jadi seperti beruang yang sedang marah. Ia dihimpit ke dinding dan tak bisa keluar dari genggaman Lucas.
“Kenapa kau tidak membuka pakaianmu?” tanya Lucas dengan amarahnya yang ditahan-tahan.
Apa? Yang benar saja? Dia ingin Aleah membuka pakaian seperti penari-penari lain?”
Dengan sekuat tenaga Aleah mendorong Lucas “tugasku adalah menari bukan membuka pakaianku” tegasnya.
“Membuka pakaian adalah bagian dari tarianmu, itu sebabnya aku ingin kau menari hanya untukku jadi kau tidak akan memamerkan organ vitalmu itu di depan banyak orang” Lucas nyaris berteriak.
“Aku tidak mau melakukannya!” tegas Aleah lagi.
“Kenapa?” sergah Lucas “bukankah sama saja bila kau menari dengan pakaian minim, kau hanya tinggal membuka di bagian itu” lanjutnya.
“Tidak!” Aleah mengeraskan suaranya “kenapa kau sangat ingin melihatnya?”
Lucas meraih tubuh Aleah dan memeluknya erat-erat hendak mencumbui leher Aleah “karena aku menginginkannya” desisnya sambil menenggelamkan wajah di ceruk itu.
Aleah mendorong Lucas lagi “aku mau pulang!”
“Tidak bisa, aku sudah membayarmu, Aurora, lakukan tugasmu sekarang!” perintah Lucas.
Aleah beringsut ke tepian sofa sambil memeluk tubuhnya ,ia berjongkok di sana, dan menangis. Lucas menghela napas kesal melihat Aleah menangis di sana. Baiklah, air mata adalah senjata yang sangat berbahaya milik perempuan. Ia meraih tubuh Aleah dengan lembut lalu menangkup wajahnya dan menyeka air mata di pipi Aleah “jangan menangis, maafkan aku” ucapnya lirih.
Akhirnya Lucas mengantar Aleah pulang. Lagi pula kenapa tadi ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Melihat Aleah menari dengan liar di hadapannya membuat Lucas nyaris kehilangan kewarasan. Perempuan itu sangat menggoda tetapi kenapa dia bersikap jual mahal sekali.
Mereka sampai di depan sebuah rumah kecil sederhana di ujung jalan. Tetapi beberapa orang pria berwajah bringas tampak berdiri di depan rumah Aleah.
“Siapa mereka?” tanya Lucas.
“Bukan siapa-siapa” jawab Aleah lalu turun dari mobil.
Aleah menghampiri pria-pria penagih hutang itu dengan mengangkat dagunya.
“Sepertinya kau sudah berhasil mendapatkan pria kaya, ya” cibir salah seorang dari mereka “sekarang bayar hutangmu” sergah orang itu.
“Belum ada” tegas Aleah.
Pria itu menjambak rambut Aleah dengan kasar “jangan berbohong padaku, kau baru saja turun dari mobil mewah itu, bayar sekarang atau aku berbuat kasar padamu” ancam pria itu.
“Dia bukan siapa-siapa, sungguh, aku belum punya uangnya” Aleah meringis merasakan sakit di kepalanya.
“Oh, jadi begitu, baiklah, ayo teman-teman, kita nikmati hidangan lezat hari ini” seru pria itu dengan seringai mesumnya.
Tiga orang pria jelek itu mengepung Aleah dan tangan-tangan mereka mulai bergelirya. Tetapi sebelum tangan mereka sampai di tubuh Aleah sebuah pukulan keras menimpa salah seorang dari mereka hingga jatuh tersungkur. Dua dari mereka menoleh ke belakang dan mendelik menyiratkan kemarahan “benari-beraninya kau mengganggu kami!” seru salah seorang dari mereka.
“Berapa hutangnya, aku yang akan membayar,” kata Lucas.
“Wow, sepertinya kau di layani dengan baik ya?” cibir orang yang sama.
Lucas mengeluarkan lembaran-lembaran uang dari dalam dompetnya dan memberikan uang itu pada pria penagih hutang di depannya “apa ini cukup?” tanyanya.
Pria penagih hutang itu hampir saja meneteskan air liurnya melihat jumlah uang yang banyak di tangannya “lebih dari cukup,” katanya lalu menatap Aleah dengan senyum lebarnya “sekarang hutangmu sudah lunas, kalau kau butuh uang lagi katakan saja padaku, kau bisa membayar dengan tubuhmu,” kata pria itu.
“Pergi dari sini!” usir Lucas dengan nada tinggi “dia tidak menjual tubuhnya apalagi untuk pria-pria jelek seperti kalian” lanjutnya makin meninggikan suaranya.
Pria-pria itu pun berlari terbirit-b***t takut oleh auman singa yang menggelegar itu.
“Terima kasih” ucap Aleah canggung “aku pasti akan menggantinya.”
“Kau ganti saja dengan tarian yang lebih baik” pungkas Lucas kemudian pergi meninggalkan Aleah.
Aleah memandangi mobil Lucas yang melaju menjauhi rumahnya. Ia jadi bingung harus menyebut Lucas pria yang baik atau buruk. Lagi pula kenapa Lucas sangat ingin ia membuka pakaiannya, apa pria itu benar-benar akan menidurinya?
***
Aleah duduk sambil menunggu nama Rachel di panggil. Hari ini ia sedang mengurus administrasi pengobatan Rachel. Saat selesai ia pun kembali ke ruangan Rachel. Tetapi karena terlalu fokus dengan lembaran kertas berisi keterangan biaya pengobatan Rachel ia pun menabrak seseorang. Aleah pun segera mengalihkan matanya pada orang itu yang ternyata seorang pria. Dalam hitungan detik pria itu limbung dan jatuh ke lantai.
Aleah mendelik “astaga, apa pria ini sangat sakit?” gumamnya. Ia sangat terkejut karena hanya dengan bertabrakan dengan tubuhnya yang jauh lebih kecil pria itu bisa pingsan. Orang-orang pun langsung memusatkan perhatian pada mereka berdua dan para perawat di dekat mereka segera menolong.
Aleah pun mengikuti para perawat yang membawa pria itu ke IGD untuk memastikan keadaannya. Ia tercubit rasa bersalah karena mungkin jika tidak bertabrakan dengannya pria itu tidak akan pingsan.
Pasti penyakitnya sudah sangat parah, pikir Aleah.
Setelah ditangani oleh dokter pria itu akhirnya membuka mata. Aleah berdiri di sisi ranjang memandangi pria berwajah pucat itu. Sekilas wajah pria itu mirip dengan Lucas hanya saja pria di depannya itu memiliki sisi oriental di wajahnya.
“Tuan, kau baik-baik saja?” tanya Aleah memastikan.
“Ya, aku baik-baik saja” jawab pria itu tampak lemah.
“Tadi kau langsung jatuh setelah bertabrakan denganku, apa kau sangat sakit?” tanya Aleah lagi.
“Tidak juga, kondisiku memang lemah dan lagi hari ini jadwalku untuk konsultasi dengan dokterku” papar pria itu