Part 2

1543 Kata
Setelah berbincang bersama menghabiskan waktu dari pagi sampai siang, Hartati dan Rania pergi menuju kantor Adipati. Jika menantu lainnya tak ingin terlalu dekat dengan mertua maka beda halnya dengan Rania, Rania menyukai kedekatan dengan ibu dari suaminya, bahkan rasanya Rania ingin tinggal bersama ibu mertuanya, selain menjalin kedekatan sebagai ibu dan anak, Rania pernah berharap dengan bantuan ibu mertuanya bisa merubah perilaku suaminya. "Ini kantor suamimu Ran, sebenarnya ini perusahaan bersama, dulu dibangun oleh papamu dan papanya Adipati" ujar Hartati saat sudah sampai dilobby, Rania mengangguk melihat suasana dilobby yang cukup ramai karena sudah jam istirahat. Hartati dan Rania menaiki lift menuju lantai 11 setelah sampai dilantai 11 Hartati disambut oleh Security yang menjaga lantai 11 "Kamu masuk ruangan itu, mama keruangan papa dulu, ini bawa rantangnya Ran, nanti kamu tunggu mama disana Ran" unjuk Hartati pada sebuah ruangan bertuliskan Wakil Direktur Utama "Baik mah," Hartati meninggalkan Rania, Rania segera berjalan kearah ruangan yang diunjuk mama mertuanya tadi Setelah mengetuk pintu dan ada jawaban masuk, Rania memberanikan diri membuka pintu, ini pertama kalinya ia kesini. "Assalamualaikum" ucap Rania begitu pelan namun masih di dengar yang punya ruangan "Waalaikumsalam, ngapain kamu kesini?" ucap Adipati kaget saat melihat istrinya didepan pintu ruangannya. "Ehmm ituu aku bawa makan siang untuk mas, mama yang bawain tadi," ucap Rania begitu pelan ia takut akan penolakan suaminya "Taruh saja di situ," ujar Adipati, menunjuk meja sofa Rania menurut, lalu ia masih diam berdiri, mau duduk disofa tapi belum dipersilakan yang punya jadilah ia hanya berdiri "Kenapa masih disini? Pulang sana!" usir Adipati "Mama ada diruangan papa mas, aku disuruh tunggu disini" ujar Rania Adipati tidak menjawab dan mengacuhkan sang istri yang masih diam berdiri Rania mencoba menghampiri sang suami yang masih serius dengan laptopnya "Ngapain mendekat duduk sana di sofa!" ketus Adipati tanpa mengalihkan pandangan dari laptop membuat Rania sedikit terkesiap. "Ehm a itu" gugup Rania namun tanpa disangka Rania, Adipati menarik Rania lalu mencium Rania secara dadakan membuat Rania kaget. Ceklek "Astagfirullah kamu ini ya Adipati, istri kamu baru datang langsung disosor seperti itu, kalau mama gak datang keruangan kamu pasti bablas" ucap sang ibu yang baru saja membuka pintu lalu berjalan masuk ke sofa setelah menutup pintu. Adipati melepas rengkuhan lalu merangkul pinggang istrinya menghampiri sang ibu yang duduk di sofa. Rania terdiam ia kira suaminya menginginkannya ternyata hanya karena mamanya yang datang kesini. "Mama tumben kesini sama Rania, ada apa?" tanya Adipati "Ini loh kamu gimana sih, punya istri kok dianggurin dirumah saja, Rania kan pintar memasak mama nyuruh dia untuk antarin makan siang untuk kamu, tapi Rania bilang ia gak pernah kekantor kamu, makannya mama anter" ucap Hartati "Oooh aku hanya gak mau Rania kecapean mah, untuk makan siang kan aku bisa beli" "Aduh so sweet kamu ya, mama tau biar Rania gak kelelahan dan kalian segera punya anak kan" ucap Hartati membuat Adipati terdiam Adipati sebenarnya merasa bersalah telah membohongi keluarganya dengan keharmonisan rumah tangganya, ia sendiri bingung kenapa sulit sekali untuk menerima Rania sebagai istrinya, ia benci dengan Rania, namun keluarganya sangat sayang dengan Rania apalagi sang mama sudah sangat sayang melebihi dirinya. Dan itu yang membuat Adipati semakin membenci Rania, selain merebut dirinya dari Anggun mantan calon istrinya, Rania merebut mamanya dari dirinya. "Kok diam, Emang kalian gak mau punya anak? Mama menunggu loh, mama selalu mendoakan kalian agar diberi keturunan yang banyak, Adipati kamu harus berusaha lebih keras dong, masa belum berhasil juga" "Iya mah insyaallah doain ya mah" hanya ucapan itu yang selalu Adipati lontarkan, bagaimana mau punya anak kalau berhubungan saja ia selalu memakai pengaman dan berhati-hati, tak sudi ia memberikan benihnya untuk Rania kandung. Hartati baru saja keluar ruangan meninggalkan Rania dan Adipati, suasana jadi hening "Pulanglah! saya tak mau diganggu." "Tapi mas mama menyuruh kita untuk pulang bersama" "Mama, mama, mama dengar ya itu mama saya bukan mama kamu, sebenarnya apa sih yang dilihat mama dari kamu, saya heran sebenarnya apa yang kamu lakukan sampai mama saya menyukai kamu." Baru saja Rania ingin menjawab namun dipotong dengan Adipati "Dengar! Kalau kamu emang sayang dengan mama, jangan pernah ceritakan kehidupan kita yang sebenarnya dan satu lagi jangan berharap saya akan memberimu anak dan menjadi suami kamu selamanya, kamu tunggu waktu yang tepat, pulanglah!! Saya muak lihat kamu!" ujar Adipati lalu beranjak dari sofa menuju meja kerjanya Rania terdiam sebentar, "Aku pulang dulu mas, Assalamualaikum," ucap Rania ia melangkahkan kakinya keluar ruangan "Waalaikumsalam" jawab Adipati saat Rania sudah menutup pintu "Arghhh Ya Allah sesulit inikah kehidupan ku?" keluh Adipati yang mengepalkan tangannya lalu menggebrak meja ********* "Anggun" panggil Adipati saat melihat wanita berkerudung biru berjalan di lobby kantor "Assalamualaikum, iya pak" ucap wanita yang dipanggil Anggun "Waalaikumsalam, kamu mau pulang? Biar aku antar ya?" ucap Adipati penuh dengan kelembutan "Iya saya mau pulang pak, gak usah saya bisa sendiri pak, permisi Assa.." "Nggun plis jangan seperti ini, aku antar ya," ucap Adipati memohon pada wanita pujaannya, ya Anggun adalah mantan calon istrinya, Anggun seorang staff marketing di perusahaannya, mereka tidak pernah berpacaran namun hubungan mereka waktu dulu sebelum Adipati menikah sudah hampir ke jenjang pernikahan, bahkan Adipati sudah melamarnya. Dan sekarang Adipati masih merasa bersalah pada pujaan hatinya, 4 bulan ia tak pernah bertemu dengan Anggun karena Anggun sedang dipindah sementara untuk mengurusi kantor cabang, bahkan untuk menghubunginya ia tak mampu. "Terima kasih tawarannya, saya bisa pulang sendiri," ujar Anggun, ia baru saja melangkahkan kakinya namun tertahan dari suara yang didengarnya "Tolong Nggun aku mau bicara tentang kita, please dengerin aku dulu," Anggun berbalik lalu menatap pria yang telah melamarnya 4 bulan lalu, untung saja lobby sudah sepi karena memang sudah sore hari melebihi waktu jam kantor. "Tidak ada yang perlu dibicarakan pak, sudah cukup selamat atas pernikahannya pak, jangan pernah bahas ini lagi, kita sudah tak ada hubungan. Permisi." ucap Anggun lalu berjalan cepat keluar dari lobby kantor menuju jalanan. "Arghhh" teriak Adipati, ia ingin mengejar namun ia tahu sifat sang mantan calon istri, Anggun tak pernah suka berjalan berduaan bahkan saat pergi berdua dengan mobil Adipati harus membujuk Anggun hingga Anggun mau tapi dengan syarat ia duduk dibelakang dan Adipati yang menjadi supir. Adipati rindu akan hal itu, ia rindu dengan pujaan hatinya yang begitu menjaga diri, ia sangat suka dengan kepribadian Anggun yang selalu berusaha menjaga jarak dengannya, namun ia tahu Anggun mencintainya, dan mereka menjalin hubungan dalam diam hingga Adipati melamar Anggun dihari ulang tahunnya, Anggun pun menerima lamaran Adipati dengan penuh pancaran bahagia, hingga pernikahan yang direncanakan mereka berdua hancur seketika karena kejutan yang dibuat oleh orangtua Adipati hari itu juga. Anggun meneteskan air matanya saat sudah berada didalam taksi, ia baru saja mengetahui kabar pernikahan Adipati bosnya seseorang yang melamarnya 4 bulan lalu. Tepat sehari setelah ulangtahunnya Anggun dipindah tugaskan sementara oleh atasan divisinya. Dan dari perpindahannya ia tak mengetahui bahwa hari itu Adipati telah menikah dengan wanita lain, dan ternyata wanita lain itu adalah teman lamanya. Sesak rasanya pantas saja selama 4 bulan ini perasaannya tak enak, dan memang Anggun yang menyuruh Adipati untuk tidak menghubunginya terus menerus karena sesuai kesepakatan mereka, mereka akan menikah setelah Anggun kembali ke kantor lagi setelah 4 bulan mutasi sementaranya selesai, namun bukan pernikahan yang didapat Anggun, tapi sebuah kabar yang begitu membuat hati Anggun sakit dan sesak, baru sehari masuk kembali dikantor membuat Anggun tak berhenti istighfar untuk menenangkan diri dari cerita teman-temannya. Anehnya kabar pernikahan Adipati dan Rania baru tersebar dikantor baru-baru ini juga dan banyak rumor mengatakan sang bos akan menggelar resepsi pernikahan bulan ini setelah 4 bulan menikah Anggun tak bisa menahan tangisnya hingga sang supir taksi bingung melihatnya "Ini neng tisu, jangan nangis lagi neng," ucap sang supir taksi memberikan sekotak tisu saat lampu merah menyala "Terimakasih pak" ucap Anggun sambil tersenyum Ia terus berighstigfar dalam hati, ia percaya mungkin Adipati bukan jodohnya, Anggun melihat jari manis tangan kirinya sebuah cincin sederhana yang ia pasang sendiri saat Adiati melamarnya. Anggun melepas cincin itu memandangnya dalam-dalam "Ya Allah kuatkan lah hatiku, Adipati memang bukan jodohku, aku percaya Engkau mempunyai jalan untuk jodohku nanti," doa Anggun dalam hati,lalu menaruh cincin itu dalam tasnya. Ia menghapus air matanya dan berusaha untuk tenang dan tak terbawa emosi. Ia percaya jodoh tidak akan tertukar, se-mencintai nya ia dengan Adipati ia tidak pernah berharap pada lelaki itu, ia hanya berharap pada Tuhannya, dan ini jawabannya ia harus ikhlas menerima takdir, walau sulit dan sakit rasanya ia tak akan menyalahkan siapa-siapa. Ting sebuah pesan masuk, Anggun membukanya Assalamualaikum Anggun, apa kabar? masih ingat aku? Aku Rania, tadi siang aku melihat kamu dikantor suamiku dan aku mendapatkan nomor telponmu dari resepsionis. Aku kangen sama kamu Nggun teman lama aku yang kusayang dari zaman SD, boleh kita bertemu? Aku rindu padamu... Tes airmata Anggun turun kembali, Rania teman lamanya yang begitu ia rindukan juga memberinya pesan, Rania teman lama yang begitu baik hati padanya mengajak bertemu, satu sisi ia senang sangat senang karena berjumpa lagi dengan teman lamanya, namun saat ingat ia adalah istri dari seorang yang melamarnya sakit rasanya sakit tak berdarah namun Anggun harus tetap tegar Waalaikumsalam Rania? Kamu Raniaku, aku baik, kamu sudah menikah Ran? Aku turut senang, boleh minggu ini aku free kita bertemu ya.. Pesan itu terkirim begitu saja, Anggun menghela nafasnya dalam-dalam, ia yakin ia bisa, ia ingat tak boleh manusia berlarut-larut dalam kesedihan. Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. QS. At-Taubah: 40
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN