Bagian 3

2013 Kata
Hari berganti, tetapi matahari belum menampakkan wujudnya. Luc dengan baju panjang dan tudung pun sudah bersiap akan berangkat ke wilayah wizard. Para wizard sudah biasa menggunakan baju-baju seperti ini. Dan sudah menjadi tugas Luc agar terlihat seperti mereka. Kali ini Luc memutuskan akan menemui Reynart di sana dengan maksud meminta bantuan. Luc tau jika Reynart bersama ibu dan adiknya menetap di dunia wizard semenjak Mr. Martin di jebloskan ke penjara oleh Axele. Reynart harus menjaga ibu dan adiknya sejak saat itu. Seperti biasa, sebelum pergi Luc akan berpamitan kepada Frey meskipun wanita itu belum terlihat membuka kedua matanya. Luc mencium lama kening Frey. Grey, serigala wanita ini masih belum bisa dihubungi. Ben juga merasakan apa yang Luc rasakan. “Tunggulah aku, Sayang. Aku akan membuatmu membuka mata dalam waktu dekat ini,” janji Luc yang mungkin selalu ia katakan. Tak ketinggalan Luc juga meletakkan sebuah surat di meja dekat tempat tidur. Surat itu ditujukan kepala Alice, kakak iparnya. Dia tak mungkin berpamitan kepada Kennard, yang mana baru kemarin dia terkena omelan. Di dalam surat itu Luc mengatakan jika dia pergi untuk menemui Reynart. Setelah segala persiapan telah usai, Luc pun langsung melesat menuju ke hutan dengan wujud Ben. Serigala ini berlari dengan begitu cepat dan kencang membelah gelapnya hutan tersebut. Pagi harinya ketika seperti biasa Alice akan membantu Frey membersihkan diri, pandangannya tertuju pada surat yang Luc letakkan di meja itu. Alice mengambil dan membukanya karena di bagian depan surat tertulis nama wanita ini. “Reynart?” gumam Alice tanpa sadar. Dia mengingat pria itu, sahabat dari adik iparnya. Yang belum bertemu dengan mate nya. Tak ingin memperpanjang, Alice pun segera membantu Frey di sana. Luc sendiri sudah sampai di rumah Reynart. Tentu saja dia tak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai. Reynart di sambut baik oleh keluarga sahabatnya. “Sudah lama sekali ya, Luc,” kata Mrs, Martin. Luc pun tersenyum kecil. Dia mengambil beberapa kue yang dihidangkan di depannya. “Bagaimana dengan Frey? Dia masih belum bangun?” tanya wanita ini sedikit berhati-hati takut menyinggung pria ini. “Masih belum, Mrs,” jawab Luc dengan nada sedih. “Ah iya, Luc. Bukankah kau ke sini untuk membicarakan sesuatu? Ayo kita bicara di tempatku,” ajak Reynart agar Luc tak terus terusan terlihat sedih ketika sang ibu membicarakan Frey. Luc mengangguk. Dia ikut Reynart ke dalam kamar. Reynart sudah lama sekali tak ke rumah ini. Dia menyukai kamar Reynart yang dari dulu selalu rapi, dan yang pasti banyak buku di sana. Luc duduk di pinggiran tempat tidur pria itu, sedangkan Reynart duduk di kursi yang ada di dekat mejanya. “Ada apa?” tanya Reynart to the point. Sebelumnya Luc menarik napas dalam dan mengeluarkannya pelan. “Aku sudah menemukan cara untuk membangunkan Frey. Dan aku datang ke sini karena butuh bantuanmu,” ungkap Luc. Reynart mengangguk, memberi sahabatnya ini kesempatan untuk menjelaskan lebih detail. “Aku menemui penyihir hitam,” ungkap Luc dan berhasil membuat bola mata Reynart melotot. Tentu saja pria ini terkejut mendengar fakta tersebut. “Lalu … dia memberitahuku cara agar bisa membangukan Frey,” lanjutnya. “Dengan menjadikan makhluk lain tumbal maksudmu?” sela Reynart lebih dulu. Sama dengan Kennard, Reynart sudah tau pola dari penyihir hitam. Luc tidak menggeleng ataupun mengangguk. Dia malah mengembuskan napas berat. “Bukan. Aku tidak menjadikan dia tumbal. Aku hanya membutuhkan sedikit darah yang mengalir di tubuhnya,” jelas Luc. “Dasar bodohh,” cibir Reynart. “Kau lupa dengan peraturan? Bagaimana bisa kau berpikir untuk mengambil darah orang lain? Ini sama saja kau melanggar peraturan yang Axele buat. Kau bisa matti karena ini, Luc,” lanjut Reynart. Bukan tanpa alasan ia mengatakan ini. Itu semua demi keselamatan Luc dan seluruh negeri immortal. Raja vampir yang sekarang bukanlah Axele yang dulu kedua pria ini kenal, semuanya telah berbeda. Raja sudah tak sehangat dulu, dan bahkan lebih kejam semenjak sang mate tiada alias Celesse. Bahkan Reynart selama 50 tahun lamanya tak bisa menemui sang ayah. Luc menunduk lesu. “Aku butuh ini, Rey. Kau tidak perlu membantuku membawanya. Aku hanya ingin bertanya apakah kau mengenal gadis dengan ciri-ciri yang selalu memakai tudung di kepalanya sepanjang hari seperti menyembunyikan wajahnya. Dan dia juga berada di tempat ramai.” “Hei. Apa kau lupa sedang berada di mana? Tentu saja semua orang memakai tudung kepala setiap saat,” balas Reynart. Ini wilayah wizard, dan ciri-ciri yang Luc berikan sungguh tak masuk di akal. “Tapi, jika tempat ramai, itu biasanya di pasar.” Luc mengangguk paham. “Sudahlah, Luc. Ciri-ciri seperti itu tidak bisa kita jadikan acuan. Bisa saja kau dibodohi oleh penyihir hitam. Lagi pula, kenapa kau berani sekali menemui penyihir hitam? Jenis ini tidak di akui oleh raja vampir. Dan aku rasa raja werewolf pasti melarangmu tentang ini.” “Kak Kennard. Sebelumnya dia sudah melarangku. Hanya saja aku tidak mau mendengarkannya dan memilih untuk pergi kemarin. Dan aku sudah mendapatkan titik terang mengenai ini. Jika tidak begini, Frey selamanya akan tertidur." “Titik tak begitu terang. Bagaimana bisa kau mencari gadis dengan ciri-ciri seperti itu? Sudahlah, cari jalan yang lebih baik.” “Aku akan pergi ke pasar hari ini,” putus Luc. “Terserah padamu. Aku tidak bisa ikut karena ada hal yang harus aku kerjakan,” kata Reynart. “Oke tidak apa-apa.” Beberapa saat kemudian Luc pun memulai perjalanannya menuju pasar. Saat di perjalanan, dia tanpa sengaja bertemu dengan beberapa wizard yang terlihat ramah. Luc yang memang pembawaannya begitu bersahabat pun ikut membalas sapaan mereka. “Hai, anak muda. Mampirlah sebentar ke tempatku,” ajak salah satu dari wizard di sana. Luc berhenti, dia tampak berpikir sejenak. Kemudian dia mengangguk dan memutuskan untuk masuk ke tempat wizard tersebut. Tempat itu hanya sepetak. Dari luar terlihat kecil, tetapi ketika masuk, semuanya begitu luas. Tak diragukan, kaum wizard memang menakjubkan di mata Luc sendiri. Luc duduk di lantai yang beralaskan karpet. Di depannya sudah ada peralatan para wizard. Kemudian wizard di depannya menatap Luc dengan seksama. Luc membalas tatapan itu. Beberapa saat kemudian sang wizard pun mengangguk beberapa kali dan membuat pria ini menjadi bingung. “Baiklah. Kau sudah sampai di tujuanmu, anak muda,” ucap wizard tersebut. Luc berpikir mungkin sang wizard tahu jika ia sedang mencari seorang gadis di sini. “Apakah cukup dekat?” tanya Luc lebih berani. Wizard pun mengangguk penuh. “Kau ke pasar ini untuk menemui gadis itu bukan?” Luc mengangguk, “pergi ke sisi timur. Dia ada di sana,” imbuh wizard tersebut. Luc pun kembali mengangguk di sana. Dia segera berdiri dari tempatnya dan memberikan beberapa koin emas untuk sang wizard. Setelah itu, Luc kembali melanjutkan perjalanan ke arah timur pasar. Semoga wizard barusan tak membohonginya. Saat telah sampai di sana, Luc mengernyit ketika banyak sekali pedagang di pasar ini. Dia mengembuskan napas lelah. Ini semua demi Frey, jadi dia harus kuat. “Ayo, Ben. Kita cari gadis itu,” ucap Luc kepada sang serigala. Luc pun menyusuri setiap kedai yang ada. Di sini penjual di d******i oleh orang-orang lebih tua. Yang dia cari adalah seorang gadis. Kemudian, pandangan Luc berhenti di sebuah kedai buah yang tak jauh dari tempat dia berdiri. “Mungkinkah?” gumamnya. Tanpa berlama-lama, Luc langsung menuju ke kedai tersebut. Dia melihat penjualnya bertubuh kecil, bisa dipastikan itu adalah seorang perempuan karena ada beberapa anak rambut yang keluar dari tudung yang dipakainya. Dari semua kedai yang ia telusuri, baru ini ia meyakini jika gadis itu adalah orang ini. “Hei,” panggila Luc membuat di penjual buah berbalik namun dengan kepala yang menunduk. Luc mengernyit ketika orang tersebut tak mengangkat wajah. “Mau beli apa, Tuan?” Nah, Luc yakin jika di depannya ini adalah gadis muda, terdengar dari suaranya. “Aku ingin beli daganganmu, tapi kenapa kau tidak mengangkat wajahmu?” jawab Luc dengan protesnya. “Oh maafkan saya, Tuan. Ini memang menjadi hal yang tak bisa saya jelaskan. Anda ingin membeli buah, kan? Silakan pilih biar nanti saya hitungkan totalnya,” tuturnya. Luc mengalah, dia mengambil asal buah-buah di sana. Dia akan memberikannya kepada keluarga Reynart. “Sudah berapa lama kamu berjualan di sini?” tanya Luc sembari mengulur waktu dengan memilah-milah buah di depannya. “Ini kedai orang tua saya. Biasanya saya akan membantu jika mereka tidak berjaga di sini. Mereka berjualan di sini sudah cukup lama,” ungkap gadis bertudung itu. Luc pun mengangguk paham. “Di mana rumahmu?” Gadis itu terdiam, dia tak serta merta langsung menjawab. “Aku bertanya karena aku lihat buah-buah yang kamu jual ini terlihat bagus. Mungkin nanti aku akan sering membeli di sini,” jelas Luc agar tak dicurigai. “Oh. Rumah saya ada di pinggirian hutan sana. Hanya ada satu rumah di sana, dan itu rumah saya,” jelas si gadis. “Baiklah. Nah, sudah. Ini buah yang aku beli,” kata Luc memberikan buah-buahan pilihan dalam jumlah yang sedikit banyak. “Semuanya dua keping koin emas, Tuan.” Luc mengangguk. Dia memberikan lima keping koin emas dan membuat gadis ini kembali terkejut. “Maaf, Anda memberikan terlalu banyak,” kata gadis itu sembari memberikan tiga koin lagi. Luc menggeleng. “Tidak usah. Kamu ambil saja.” “Benarkah, Tuan?” Luc mengangguk. “Iya.” “Terima kasih banyak. Saya doakan semoga kebahagiaan selalu berada di dalam hidup Anda.” Luc tersenyum. Ya semoga saja. kebahagiaannya hanya satu, yakni melihat Frey terbangun. Dan gadis di depannya yang bisa membuat wanita Luc itu sadar. *** Setelah dari pasar, Luc tanpa menunggu lama langsung menuju ke rumah gadis itu. Tentunya dia harus melewati hutan lebih dulu. Dan memang hanya ada satu rumah di pinggiran hutan tersebut. Sungguh aneh bukan? Luc mengetuk pintu lebih dulu. Seorang pria tua muncul dari sana. Mengernyit ketika menemukan Luc di depan rumahnya. “Ya? Ada apa?” tanya pria tersebut secara langsung. “Benarkah Anda penjual buah di pasar itu?” tanya Luc mengkonfirmasi. Pria itu pun mengangguk membenarkan, Luc pun lega. “Bisa kita bicara? Bersama dengan istri Anda juga,” pinta Luc. Pria itu tak serta merta mengiyakan. Dia malah meneliti penampilan Luc dari atas hingga bawah. Luc menampilkan senyum hangat. Melihat senyum Luc, sepertinya membuat pria itu tak sanggup menolak. Dia pun mengijinkan Luc masuk ke dalam rumah. Pria itu langsung memanggil istrinya yang disusul dengan wanita tua di sana. Luc pun lebih dulu memperkenalkan dirinya. “Perkenalkan nama saya Luc. Saya adalah pangeran dari Kerajaan Werewolf.” “Apa?!” pekik pria tua tadi. “Maafkan saya, Pangeran. Saya tidak mengenali Anda,” kata pria itu merasa bersalah. “Tidak apa-apa.. Kedatangan saya ke sini memiliki maksud penting. Saya sedang butuh bantuan. Saya harap kalian mau membantu saya.” Pasangan suami istri ini pun mengangguk. “Silakan, Pangeran. Apa yang bisa kami bantu?” Luc menarik napas dalam dan mengeluarkannya pelan. “Saya ingin membawa anak kalian ikut dengan saya untuk bisa membangunkan mate saya yang sudah 50 tahun lamanya tertidur.” “50 tahun?” pekik wanita itu. Luc mengangguk membenarkan. Wajahnya juga berbubah menjadi sangat sedih ketika mengingat Frey masih belum bangun. “Ya. Mate saya tertidur selama 50 tahun lamanya. Dan hanya anak kalian yang bisa membangukan dia. Lebih tepatnya saya butuh darahnya.” “APA?!” pekik keduanya. “Tidak! Darah? Kami tidak mengijinkannya,” tolak si pria tua itu. Luc tau dia pasti akan ditolak. Untuk itu Luc langsung mengeluarkan kantong berisi koin emas yang cukup banyak. “Saya akan memberikan sekantong lagi jika kalian setuju,” ucap Luc. Suami istri itu pun saling pandang. “Maafkan kami, Pangeran. Kami memiliki alasan untuk tidak memberikan anak kami. Kami sudah beratus-ratus tahun tidak memiliki anak. Dia adalah putri kami satu-satunya. Kami tidak ingin dia terluka dan mengalami hal buruk.” “Tidak akan terjadi apa pun pada anak kalian. Saya akan menjamin itu,” ujar Luc yang sekali lagi mencoba bernegosiasi. “Maafkan kami, Pangeran. Keputusan kami tetaplah sama. Sebaiknya Anda tidak perlu datang ke sini lagi karena kami tidak akan mengorbankan anak kami sampai kapan pun,” kata si pria tua dengan tegas. Luc pun menunduk lesu. Dia berdiri dari tempatnya dan pamit pergi saat itu juga untuk kembali ke rumah Reynart.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN