Part 8

1516 Kata
"Kebanyakan, orang di dunia ini hanya melihat dari luarnya saja. Coba lah untuk melihat dari segala sisi. Karena yang baik tentu belum baik dan yang jahat belum tentu jahat." _Fll_ *** Queen tersenyum lebar kala tiba gilirannya, tidak sia-sia dia berdesak-desakan dengan murid lainnya untuk membeli makanan satu itu. "Bakso dua, bu." Bukannya segera mengambilkan pesanan, penjual itu -Bu Nani- malah melihat Queen dari atas sampai ke bawah. "Bu!" tegurnya merasa dikacangin. Padahal kan perutnya sudah keroncongan. "Eh, iya." "Bakso dua, bu." "Kamu akan membayarnya, kan? Gak akan menghutang, kan?" Jelas-jelas Queen merasa tersinggung dengan ucapan Bu Nani. Memangnya Bu Nani pikir dia miskin apa. Jangankan membayar bakso, seluruh dagangan pun akan Queen bayar jika mau. "Eh, bu! Mulut ibu tuh dijaga! Memangnya ibu pikir dia semiskin itu?!" kesal sebuah suara. Queen menatap orang yang baru saja berbicara. Ia melihat seorang perempuan berpipi chubby dan berbulu mata lentik alami. Wajah perempuan itu memang tidak secantik artis tapi wajahnya manis dan memiliki daya tarik tersendiri. "Saya hanya bertanya." "Tapi pertanyaan ibu tuh gak sopan sama sekali." "Saya hanya ingin memastikan. Kalau kamu jajan di sini, kamu akan bayar juga, kan? Saya tidak pernah melihatmu ke kantin." Gadis itu menyibakkan rambut panjang sedikit ikalnya ke belakang. "heh, bu! Saya tuh selalu ke kantin. Setiap ada waktu luang saya selalu ke kantin karena makan adalah sesuatu yang sangat sulit dipisahkan dari hidup saya. Makanya pipi saya bisa se chubby ini, itu sih kata teman-teman saya." Queen terkekeh mendengarnya. Tanpa siapa pun sadari, perempuan itu tersenyum miring. "Heh, Queen. Lo kan punya hutang sama keluarga Darrison. Tolong dong dibayar secepatnya." Mata perempuan itu menatap Bu Nani tajam, seolah kata itu ditujukan untuknya dan memang benar adanya. Queen membuka mulutnya kaget. Sejak kapan dia punya hutang. Dia saja baru kenal dengan perempuan di sampingnya. "Maaf nona, saya akan segera membayar hutang saya ke keluarga anda." Bu Nani baru ingat bahwa perempuan yang didepannya adalah putri sulung Keluarga Darrison. Queen semakin membulatkan matanya kaget. Jadi, perempuan di sampingnya sedang menyindir Bu Nani? Haduh! Bisa juga dia menyindirnya, pikir Queen geli. Queen merasakan tangannya di apit. Dia menatap permpuan yang sedang tersenyum manis ke arahnya. Lo tau gak, Queen? Temen gue makan bakso di kantin sekolah, trus katanya mereka sakit perut sepulang sekolah. Mending jangan makan bakso deh, ntar kita sakit perut juga. Makan nasgor aja yuk!" "Hah?" "Apa maksudmu berkata seperti itu?" marah Bu Nani. "Kok ibu marah sih? Ibu merasa tersinggung dengan ucapan saya?" kekehnya. "Udah yuk! Cacing di perut gue udah konser. Kita pindah haluan!" Perempuan itu membawa Queen ke warung penjual yg lain. Warung pecel ayam. "Kita makan ini aja ya? Perut gue gak bisa menerima nasgor soalnya. Baru ingat gue hehe." "Terserah kamu aja." "Oke." "Bu, pecel 2 porsi ya." "Siap, Nak Listi. Seperti biasa, kan?" Jadi gadis ini namanya Listi, pikir Queen sembari mengulum senyum. Setelah duduk di kursi, Queen merasa aneh dengan Listi. Tadi perempuan itu heboh, sekarang malah diam. "Ehm, nama kamu siapa?" tanya Queen akhirnya. "Listiana Putri Darrison. Tapi panggil saja Listi." Diam lagi. "Kamu kelas berapa?" "Sekelas sama lu lah, say." jawab Listi kesal. Setelahnya mereka diam lagi. "Kenapa kamu menolong Queen tadi?" "Gue paling gak suka melihat orang lain diremehkan." seru Listi menggebu-gebu. Membuat Queen terkekeh. "Oh ya..." Queen mengangkat alisnya sebelah. Listi mendekat ke Queen dan berbisik. "Kenapa dandanan lo seperti itu? Lo ketularan cerita novel gue?" "Hah? Maksudnya?" Listi melipat tangan didepan d**a. "Gue tau. Lo pasti fake nerd. Hadeh! Mungkin karena kebanyakan baca lo jadi kayak gini. Atau ada alasan tertentu seperti mencari teman yang tulus? Mencari tukang korupsi? Atauuu bersembunyi dari orang masa lalu???" cerocos Listi. "Queen cuma ingin mencari teman yang tulus." "Alasan klasik." Listi menjauh dari Queen. "Si Moni Moni itu juga fake nerd, kan. Sebenarnya gue tuh bukannya gak mau berteman sama Moni tapi dianya aja yang buat gue geram sendiri. Gue kasian liatnya dibully? Oh tentu saja! Tapi pas gue bantu dia malah cuek bebek saja. Ya udah deh, gue malas meladeni orang yang songong kayak dia." "Ngapain lo berdiri disana terus, Mon? Gak capek apa." celetuk Listi. Monny yang berada di belakang Listi menggaruk kepalanya salah tingkah. Ternyata Listi menyadari keberadaannya. Monny duduk dengan hati-hati disamping Queen. "Ini pesanannya, Nak Listi." Pesanan Listi pun akhirnya datang. "Makasih, bu Ceca. Tapi tambah satu porsi lagi ya." Setelah itu, Bu Ceca pun kembali menyiapkan seporsi pecel ayam. "Hei, gue makan dulu ya? Gapapa kan? Gue laper banget. Sejak tadi malam gue belum makan. Tadi pagi gue gak ke kantin karena ada pr yang menumpuk." "Iya, gapapa kok. Makan aja dulu." sahut Queen. Setelah itu, Listi seolah menganggap keberadaan mereka sebagai makhluk halus. Perempuan itu terlalu sibuk dengan makanan kesukaannya. Tak lama kemudian pesanan Monny datang. "LISTI!! KENAPA LO NINGGALIN GUE DI KELAS SENDIRIAN?" Uhuk uhuk! Listi tersedak mendengar suara cempreng temannya. "Lo bisa kurangin volume suara lo gak sih? Malu gue diliatin aneh sama orang lain." ketus Listi setelah meminum air putih. "Bodo amat! Sekarang lo perlu jelasin sesuatu sama gue!" "Hm?" "Kenapa lo bersama kedua nerd ini? Harusnya lo tuh enggak dekat-dekat sama mereka!" "Kenapa memangnya kalau gue dekat-dekat sama mereka?" "Mereka tuh gak cocok dekat sama lo." "Denger ya, Ijah. Gue tuh temenan sama siapa pun. Jadi tolong jangan larang-larang gue buat temenan sama siapa pun." "Oke. Mulai sekarang lo bukan teman gue lagi." "Tidak masalah." Gadis itu berlalu dari sana dengan wajah menahan amarah. "Kenapa kamu tidak mendengarkan ucapan temanmu itu? Harusnya kamu jauhi saja kami berdua agar kalian tetap berteman." "Queen, dari dulu dia larang-larang gue buat temenan sama orang lain yang dianggapnya gak cocok sama gue. Awalnya sih gue diam aja. Meskipun dia larang gue buat berteman sama orang lain, gue tetap menjalin pertemanan dengan orang lain secara sembunyi-sembunyi karena gue menghargai perasaannya. Tapi sekarang dia semakin menjadi-jadi. Ya udah deh, gue gak masalah kehilangan satu teman daripada menjauhi orang sebaikmu." Queen dan Monny tertegun mendengarnya. Semenjak awal sekolah Monny sudah memperhatikan Listi. Gadis itu memang gadis yang sangat baik hati, suka menolong, dan cerewet. Tapi, jika orang yang belum mengenalnya pasti akan mengatakan gadis itu sombong dan pendiam. "Kalian gak makan, huh? Padahal pecelnya enak banget loh." Listi kembali memakan pecelnya. Nasi pecelnya dipenuhi oleh sambal. Monnyca sampai meringis sendiri jadinya. Queen dan Monny pun mulai memakan pecel mereka. Tanpa disangka-sangka, Monnyca diguyur hujan secara tiba-tiba. Tidak, tidak, maksudnya Monnyca disiram oleh seseorang. Queen menatap si pelaku. Ia dapat melihat seorang siswi berpakaian ketat, bermake up tebal, bibirnya dipolesi lipstik berwarna merah, blush on yang terlihat sangat jelas di pipinya, rambut warna warni, dan memakai bulu mata palsu.Gadis itu sampai tersedak sendiri melihat penampilan siswi yang tidak pantas tersebut. Pantasnya dandanannya untuk orang yang hendak menghadiri pesta. "Beliin kita makanan sana, nerd!!" perintah cewek yang menyiram Monny tadi. Monny hanya diam ketakutan. Seisi kantin menjadi heboh karena Mony dibully. Bukannya dibantuin, mereka malah heboh sendiri. Queen berdiri dan menatap cewek berdandanan norak itu dengan tatapan sengit. "Siapa kau?! Berani sekali menyiram sahabatku!" "Kita kedatangan nerd baru nih, Ly!! Kenalin nama gue Vistoria Dinotra orang tercantik di sekolah ini." Queen berlagak muntah. "Hah? Orang tercantik?? Nggak salah tuh?" "Lo berani banget ngelawan gue, gue akan buat lo menyesal." marah Vistoria. "Salah tuh, yang ada aku yang akan membuatmu menyesal." Queen pun mengambil minumannya dan menyiramkannya ke Vistoria. "Ini balasan untukmu karena sudah menyiram sahabatku." Prok prok prok! Listi bertepuk tangan dengan hebohnya. "Pertunjukan yang menarik. Untungnya udah gue rekam. Bolehlah gue sebarin dan tentunya untuk dijadiin sebagai alur cerita novel gue." Listi terkekeh kesenangan. "Eh, mending lo bawa teman lo sana untuk ganti baju." katanya ke Queen. Vistoria menatap Listi sengit. "Awas saja lo kalau berani nyebarin video itu!" Listi mengunggah video itu di akun sosmednya. "Udah selesai dong wkwk." "Tenang aja, pengikut di sosmednya kan cuma dikit." cemooh Ully. Listi mengumpat kesal. Memang benar adanya pengikut instagramnya sedikit. Yah, Listi tau dia hanya perempuan biasa. Dia tidak cantik ataupun terkenal. "Awas aja lo! Gue akan viralin video itu dan lo? Lo akan di tendang dari sekolah ini." kekeh Listi dan berlalu dari sana. Listi bertekad, bagaimanapun caranya dia akan menyebarkan video itu seluas-luasnya. Kalau perlu sampai ke belahan dunia lain. Dia kesal karena Ully menghina pengikut instagramnya yang sedikit. Jika dibandingkan dengan Vistoria dan Ully, pengikut Listi memang sedikit. Pengikut kedua gadis cabe itu mencapai ratusan ribu sementara pengikutnya cuma ratusan. foto yg di unggah mereka selalu seksi, tentu saja banyak pengikutnya. Di ruangan lain. Queen menunggu Monny yang sedang berganti baju. Setelah ini dia akan mengintograsinya. "Kenapa kamu tidak ngelawannya, Mon? Apa kamu sering dibully kayak tadi?? Memang mereka siapa sih???" "Nanya tuh satu-satu dong, Queen." "Bodo amat! Jawab aja cepat!" "Oke. Aku nggak ngelawan Vistoria karena takut penyamaranku terbongkar. Iya, aku dering dibully kayak tadi. Mereka itu Vistoria dan Ully, mereka tukang bully disini. Banyak yang takut sama mereka dan tidak ingin berurusan dengan kedua gadis itu. Cuma beberapa orang saja yang berani melawannya, salah satunya kamu. Mereka tuh suka sama Aldy dan Bintang dan selalu mengejar-ngejar mereka semenjak MOS." -Tbc-
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN