(5)

1019 Kata
    “Ila, kamu kenapa?” Ucap Mama di balik pintu kamarku. Aku buka pintu kamar dan mempersilahkan Mama masuk kamarku.     “Aku tadi habis disiksa sama temenku Ma, sepedaku ditendang dan kerudungku ditarik, karena aku melaporkannya ke guru BK akibat dia merokok di kelas.” Jawabku sembari terengah-engah menahan tangis.     “Sudah, kamu enggak perlu menangis, apa yang kamu lakukan sudah benar, memang orang benar banyak musuhnya.” Ucap Mama sembari memeluk dan mengusap air mataku.     Kisah kelam masa SMPku tidak berhenti sampai di situ, keesokan harinya di sekolah, Adi berteriak sangat kencang di depan kelas hingga membuat seluruh perhatian teman-temanku tertuju padanya.     “Ehh, jauhi Ila, dia tukang ngadu ke guru! enggak asyik anaknya!” Teriak Adi membelah keramaian kelas waktu itu.     Sungguh nestapa aku saat itu, banyak temanku yang percaya dengan omongan Adi, dan mereka perlahan-lahan menjauhiku mereka enggak mau berteman lagi denganku. Selepas itu semakin banyak hal buruk aku alami, mulai dari pernah dibully seperti di lempari kertas sewaktu menulis di papan tulis sebagai seorang sekretaris , diejek, dipindahkan mejaku, tasku dimasukan ke dalam tong sampah, tasku diisi pasir dan batu bata sampai bolong. Hampir setiap hari aku pulang sekolah bertemankan nestapa, seakan tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh teman-teman kepadaku dan itu aku alami selama tiga tahun di SMP. Beruntungnya aku masih memiliki tiga orang sahabat dekatku selama SMP yang mampu mendekap nestapaku selama di SMP, mereka adalah Ani, Lala, dan Fita. Mereka bertigalah yang selalu membela serta menguatkanku menghadapi banyaknya ujian pertemananku selama SMP. Meskipun banyak perlakukan yang tidak mengenakkan selama masa SMP aku selalu mencoba untuk menerima semua itu dan aku masih tetap fokus pada pelajaran sekolah.  Alhamdulillah dengan aku memilih fokus pada pelajaran sekolah dan support dari teman dekatku membuatku sering menjuari berbagai lomba antar kelas seperti speech contest, aku suka dengan Bahasa asing, pertama kali aku mengikuti lomba pidato Bahasa Inggris aku langsung mampu mejuarainya apalagi bisa dapat juara pertama saat itu, berkat bisa menjadi juara itu aku jarang bahkan hampir tidak pernah membeli alat tulis karena aku dapatkan dari hadiah lomba tersebut. Selain itu pada waktu SMP pun aku selalu mendapat peringkat lima besar terutama dikelas delapan dan sembilan aku bisa mendapat peringkat pertama dan bisa mendapat beasiswa pendidikan dari sekolah.   Sekolah pilihan orang tuaku     “Di masa SMP untuk pertamakalinya aku baru merasakan memiliki seorang teman baik yang benar-benar tulus mau berteman denganku, dan juga di masa SMP aku untuk pertamakalinya juga mengetahui bahwa diriku merasa berguna bisa bermanfaat dan berkarya untuk kemajuan perpus sekolah, aku sangat bahagia saat itu seolah bisa menghapuskan ingatan perih masa kecilku. Namun meskipun begitu di masa SMP aku juga merasakan bully dari teman-temanku terutama yang laki-laki mereka tidak menyukaiku karena aku sering menentang perlakuan mereka yang menurutku kurang pantas.” Ucapku sembari merekahkan senyuman manis ke para audience yang hadir.     Tiga tahun aku jalani masa SMPku dengan segala dinamikanya, tak terasa aku sudah berada di masa kelulusan sekolah, nilai ijazahku tidaklah buruk, aku berhasil masuk lima besar di angkatanku. Hal itu membuatku percaya diri bisa masuk ke sekolah pilihanku yaitu SMK NESTA, sekolah SMK favorit di kota. Aku sampaikan saat itu keinginanku kepada Mama, kuhampiri Mama yang sedang duduk menonton TV di ruang tengah rumahku, aku duduk di sebelah Mama.     “Ma, aku ingin masuk SMK NESTA ambil jurusan multimedia, aku daftar sekolah di sana ya?” Ucapku sembari sandarkan kepalaku di pundak Mama.     “Jauh amat sekolahnya? Mending cari yang deket rumah aja, kamu kalau sekolah di sana mau naik apa? Naik angkot juga mahal, mending di SMK LANTERA saja deket?” Jawab Mama sembari memegang remot TV.     “Kalau di SMK LANTERA jurusannya enggak aku sukai Ma dan enggak cocok denganku.” Sahutku pelan memelas ke Mama.     “Kamu kan belum menjalaninya, coba kamu jalani aja dulu sekolah di SMK LANTERA, lama-kelamaan nanti kamu akan suka.” Ucap Mama sembari membetulkan sandaran kepalaku yang mulai menurun.     “Baiklah kalau begitu Ma.” Jawabku singkat sembari sedikit cemberut ke Mama karena keinginanku ditolak oleh Mama.     Aku bisa memahami kondisi orang tuaku yang melarangku sekolah di SMK NESTA, sekolah pilihanku. Masalah mereka adalah dikarenakan kesulitan biaya untuk transport keseharianku ke sekolah karena jaraknya jauh dari rumahku, sehingga mahal di transport, selain itu juga orang tuaku juga khawatir jika aku sekolah jauh dari rumah. Aku bisa memahami kondisi tersebut karena bagaimanapun aku enggak mau membebankan atau merepotkan orang tua yang sedang kesulitan, akhirnya aku menuruti keinginan mereka untuk daftar sekolah di SMK LANTERA.     Keesokan harinya sembari berjalan kaki, karena memang jarak rumahku dengan sekolah hanya 10 menit jika jalan kaki, aku dan Mama pergi melihat-lihat SMK LANTERA, sekolah yang hendak aku tuju, dengan raut wajah terpaksa dan semangat apa-adanya aku langkahkan kaki beriringan dengan Mama menuju SMK LANTERA. Sesampainya di sana aku dan Mama berkeliling melihat semua fasilitas yang ada dan juga melihat satu persatu stand jurusan yang dipamerkan di sekolah, mata dan langkah kakiku terus berkeliling dari satu stand ke stand yang lain melihat-lihat mana jurusan yang cocok denganku nantinya. Setelah agak lama berkeliling stand langkahku terhenti di stand jurusan farmasi klinis dan komunitas, di sana mataku tertarik melihat penjelasan jurusan yang disampaikan dengan baik oleh salah seorang penjaga stand tersebut, akhirnya aku putuskan untuk memilih jurusan farmasi klinis dan komunitas, dan saat itu Mamaku juga menyetujuinya, akhirnya setelah itu kami kembali ke rumah untuk mempersiapkan berkas pendaftarannya yang akan di kumpulkan keesokan harinya.     Keesokan harinya aku yang masih ditemani oleh Mama langsung bergegas pergi ke SMK LANTERA untuk mendaftarkan diri. Aku mendaftar di jurusan Farmasi klinis dan komunitas, aku jalani setiap tes masuk sekolahnya mulai dari tes kesehatan hingga tes potensi akademik dengan lancar, walaupun setengah hati. Seminggu kemudian keluarlah hasil pengumuman penerimaan siswa baru di SMK LANTERA, aku bergegas jalan kaki pergi ke sekolah, kali ini aku pergi sendirian karena Mama sedang jualan, sesampainya di SMK LANTERA aku melihat papan pengumuman yang diletakkan di tengah lapangan, aku amati satu persatu kertas yang menempel pada papan pengumuman, aku mencari namaku ternyata ada di sana di barisan ke sepuluh paling bawah jurusan Farmasi klinis dan komunitas, tandanya aku diterima sekolah di sana.     “Alhamdulillah…” Hanya kalimat singkat itu yang muncul dari mulutku tanpa ditambahi ekspresi bahagia, karena itu bukan sekolah pilihanku, kataku dalam batinku.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN