--DIKO's POV-- Kesal sekali, Nabilla malah lebih memilih Bimo daripada aku. Bahkan ia lebih akrab dan lebih sering menghubunginya daripada aku. Padahal aku juga ingin di hubungi meski hanya satu kali saja. Itu sudah cukup, bagiku. Setelah Nabilla melakukan video call tadi, aku langsung keluar dari gudang tanpa menunggu Bimo. Aku langsung menuju ke ruanganku. Aku tidak tahu kalau Bimo juga mengikutiku, sampai berada di dalam ruanganku. Aku melihatnya duduk tenang, tanpa adanya masalah apapun. Bahkan dengan sombongnya mengangkat kaki selayaknya bos di gedung perusahaan ini. Untung saja aku masih mengingat Nabilla, jika tidak aku akan menghajarnya sekarang juga di sini sampai tidak punya tenaga untuk tersenyum menjengkelkan seperti sekarang. "Kenapa kamu ikut masuk?. Pergi sana, atau ik

