Cium Dulu!

1740 Kata

Hampir sebulan sejak ku mendengar suara Diko lewat telpon mama. Aku menyuruhnya untuk menghindariku. Aku tidak egois, hanya saja aku memberikannya waktu untuk memikirkan masalah yang di hadapinya sendiri, oleh perbuatannya sendiri. Aku hanya menghubungi Oma saja, tanpa dirinya. Kalau di tanya, apakah aku kangen dengannya atau tidak, jawabannya sudah pasti kangen. Jujur saja kebiasaan bersamanya sudah sangat mendarah daging dalam diriku. Aku ingin melupakan, namun kenyataannya susah. Agak malu juga menanyakan perihal Diko pada Oma, meski dia sangat tahu kalau aku sudah tidak lagi ada di sana, di Jakarta. Bahkan sepertinya aku juga sudah meng-anak tirikannya. Aku sering menghubungi Siti, hampir setiap hari. Setelah mengobrol cukup panjang dengannya, akhirnya ia mau juga untuk kuliah. Sepert

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN