"Diko," Gumamku ketika melihat kehadiran Diko. Ia datang tiba-tiba tanpa memberi kabar terlebih dahulu atau setidaknya mengetuk pintu. Tapi, ya sudahlah, adanya dia di sini untuk menyelamatkanku dari perjodohan yang tidak jelas ini. Aku langsung menghampiri Diko, membawanya lebih dekat dengan Mama dan papa. Aku juga menyuruhnya untuk duduk di dekatku. Bahkan aku sengaja berlagak romantis di depan semua orang dengan Diko. Jangankan semua orang, Diko saja kebingungan denganku. "Kami kenapa, Billa?. Jangan bilang kamu sakit?" Bisik Diko. "Tidak, sayang. Aku sama sekali tidak sakit. Malah, sekarang aku sangat bersemangat karena kamu di sini, menemaniku. Bukankah kamu kesini untuk melamar ku?" Ucapku, agak di lebay-lebaykan. Diko kaget, matanya melotot saat aku memanggilnya dengan panggilan

