Part 3. Bertemu lagi,

1341 Kata
Lika melirik arah suara itu, seorang pria tinggi bertubuh tegap, pakaian jas warna cream, dan tampang boleh juga ganteng. Lika memicing matanya melihat jelas wajah yang menurutnya familiar.  Merasa sudah sedikit longgar cengkraman kerak Mike, Mike dengan kasar menjauhi dari wanita iblis itu.  Lika mendelik matanya sedikit melebar. Dia ingat kejadian di klub seorang pria membuat kericuhan.  "Pria pemabuk?" ceplos Lika bebas menyebutkan nama julukannya. Philip melebar matanya tidak salah dengan pendengaran barusan. "Kau bilang apa?" ulangnya lagi si Philip. "Pria pemabuk," ucapnya lagi. "Kau? " "Benarkan, kau yang kemarin malam mencari keributan di klub itu, kan?" untas Lika mengingat kejadian itu, "..., dan dia suruhan mu? Benar-benar tidak punya sopan santun!" Philip terdiam, belum bisa mencerna untasan dari Lika. "Singkirkan tanganmu itu, jangan sekali lagi kau sentuh dengan tangan kotormu," lanjut Lika menatap Mike yang mencoba memegangnya lagi. Philip bisa melihat sikap kasar dari wanita berambut hitam dan panjang. Lika berlalu pergi dari tempat itu dengan anggunnya tidak lupa senyum pada Steven. Steven tentu membalasnya, lirihkan dari Philip menatap tubuh bohai milik Lika membuatnya sedikit tertarik. "Selidiki wanita itu," pinta Philip kemudian pergi dari restoran. ♡ ♡ ♡ ♡ Lika kembali rumah kontrakannya, sedikit kusut di wajahnya. Satpam yang ada disana bingung pada Lika.  Ponselnya berbunyi di saku jaketnya, dirogoh dan melihat layar persegi panjang. Nomor yang tidak diketahui. "Halo, dengan Alika Luna Mayasari?" suara dari seberang menyebutkan nama lengkapnya. "Ya, dengan aku sendiri," jawabnya sopan "Ada paket untuk Anda, di pos kami. Bisakah Anda datang mengambilnya?" "Baiklah." Lika kembali lagi ke tempat pos pengiriman paket, dia menyetopkan taksi di depan rumah kontrakannya.  Disana seorang mengikutinya, tidak ada yang tahu siapa mereka,  karena selama Lika berada di Australia. Tidak ada yang tahu keberadaannya.  Sampai di tempat gedung berwarna orange,  Lika memberikan selembar uang pada supir itu. Dia pun masuk ke dalam seseorang mengambil paket dari Indonesia. Lika menerimanya dengan ramah. Dilihat bungkusan kotak coklat polos di ceknya tidak ada yang aneh. Mungkin seperti baju atau benda yang memang tertinggal di Indonesia. Dia berjalan menyusuri tempat ramai itu. Dari arah berlawanan, seseorang membungkam mulutnya menggunakan saputangan. Lika sempat meronta, namun, saputangan itu telah ditaburi obat bius.  Lika pingsan seketika.  Mereka membawanya masuk ke mobil. Dari dalam mobil, Lika seperti mendengar seseorang berbicara, namun samar-samar.  "Kami sudah membawanya Tuan." ucap suara serak "Kenapa dia harus memilih wanita ini daripada tunangannya?" tanya seorang lagi duduk di depan mobil itu. "Aku juga tidak tahu, kau tahu si Tuan kita tertarik pada wanita ini," jawab suara serak. Lika masih mendengarnya, dia juga bingung kenapa lagi dirinya di culik sama orang tidak dikenal,  lalu siapa tuannya. Sampai di apartemen mewah, mereka turun, Lika memang sudah sadar dari tadi. Dia tidak tahu dibawa kemana oleh mereka. Yang pastinya dia harus lari dari penculikan ini.  Lika diam membukakan pintu mobilnya, karena mereka sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Lika turun mengendap-endap agar tidak seorang pun mengetahui bahwa dia kabur.  Namun sialnya dia ketahuan. Mereka mengejar Lika, Lika tidak peduli lagi dengan image anggunnya. "Target kita kabur. Kami butuh bantuan!" teriak salah satu penjaga di sana. "Ahhh ... sial,  aku ada di mana sih!?" celetuk Lika sambil berlari. Untung dia memakai sepatu biasa. "Nona, tunggu!" teriak mereka  Lika tidak memperdulikan mereka terus mengejarnya,  dia harus keluar dari kandang singa. Lika berlari mulai perlahan, di depan jalan buntu. "Sial, tempat apa ini!” omel Lika. Para penjaga mulai mendekatinya. Lika kehabisan akal.  "Akhirnya tertangkap juga," ucap pria berpakaian jas hitam berdasi. Dia ngos-ngosan berlari. Plak! "Jangan sentuh aku!  Siapa kalian!" tepis Lika dan bertanya pada pria itu. "Kami tidak macam-macam kok. Kami hanya bawa nona menghadap, tuan," kata pria itu. "Buat apa? Mau menjualku?" Lika bicara apa sih. "Memang tuan kita mau jual dia?" tanya pria itu pada temannya. Temannya mengedikan bahu. "Pokoknya nona ikut kami, biar tuan yang jelasin, ya," lanjutannya lagi. Lika menurut, tapi dia tidak suka disentuh oleh mereka. Entah seberapa berharganya tubuh dia. "Jangan dekat-dekat!" pungkas Lika, mereka mundur beberapa langkah. Di depan pintu kamar, di sana ada majikannya. Lika bisa menilai tempatnya bukan sebutan apartment tapi istana.  Lika membuka pintu itu, untuk masuk, di sana mungkin Kita akan tahu siapa yang tega menculiknya di waktu tepat saat off day. "Kau?"  ***** Lika terkejut saat membuka pintu itu,  orang yang ingin ditemui adalah si pria pemabuk. Philip melambai tangannya menyambut Lika dengan senyuman manisnya. "Apa maumu?" Lika bertanya padanya. Pintunya tertutup otomatis membuat Lika sulit untuk membukanya  lagi. Di dalam hanya ada dirinya dan Philip. Philip melangkah maju, Lika tetap dengan pendiriannya. Meskipun dia terus mencari cara lepas dari kandang singa ini.  "Aku hanya ingin bertemu denganmu, tidak perlu berwajah jutek seperti itu, Alika," jawab Philip "Aku tahu kau tidak sekedar untuk bertemu denganku. Apa maumu?" Lika tahu Philip merencanakan sesuatu. Philip tersenyum, "Aku ingin kau menjadi pacar kontrak ku." Lika melebar kedua bola matanya, 'ini gila,'- batinnya. "Kau gila!" sungutnya menatap iris mata hijau abu-abu milik Philip. "Aku gila, karena kau. Kejadian kemarin belum bisa aku lupakan!" balasnya serius "Kau bisa mencari yang lain, kenapa harus aku?" tanyanya. "Karena kamu beda dari wanita lain," jawab Philip datar. Philip memasukan kedua tangannya di dalam saku celananya menatap Lika kasatmata.  Selama ini Lika memang bagian Ratu klub malam, tapi ini benar gila untuknya, bukan,  tapi si pria pemabuk. "Jika aku menolak?" tanyanya lagi. "Maka kasus buronan mu akan terkuak dan membusuk di penjara selamanya," jawab Philip. Sekarang Lika bukan melebar matanya, tapi terkejut dengan jawaban Philip tadi. 'Dia sebenarnya siapa sih?'  batinnya lagi. "Siapa kau sebenarnya?! Kau menyelidiki identitasku? Aku tidak kenal dirimu, buat apa aku harus menyetujui pacar kontrak murahanmu itu," katanya berbalik tubuh untuk bersiap buka gagang pintu. "Baik, jika kau tidak ingin jadi pacar kontrak ku. Mungkin, Dina akan berurusan dengan polisi, karena dia telah menyembunyikan kasusmu," ucap Philip mengancam satu korban, Lika kembali melepaskan gagang pintu itu, lalu berputar badannya menatap kembali wajah licik seperti Philip. "Baiklah, aku menyetujui pacar kontrakmu,  tapi dengan syarat aku tidak akan disentuh olehmu. Karena ini hanya sebatas kontrak!" cicitnya serius. Lika tetap akan dengan pendiriannya, dia tidak ingin dilecehkan untuk kedua kali. Cukup masa lalu yang dia rasakan. Toh, ini hanya pacar kontrak bukan tunangan ataupun istri. "Jika aku melanggarnya?" Philip kembali bertanya "Aku akan membunuhmu," jawabnya datar. Philip tertawa sekeras-kerasnya, Lika mengerut kening apa dia salah menjawab pertanyaannya. "Kau pasti bercanda, seorang wanita hiburan sepertimu tentu sudah banyak disentuh oleh pria lain," celak Philip menghinanya. "Jangan samakan aku dengan wanita lain. Aku adalah aku, kau sama saja dengan pria lain hanya memuaskan nafsuu birahimu sendiri.  Aku lebih baik dipenjara daripada harus disentuh oleh tangan kotormu itu!" ucapnya marah tidak menerima dengan hinaan seperti itu. Philip yang diam berdiri masih mencerna satu kata demi kata lain. "Mike!" teriak Philip di kamarnya. Mike berlari masuk  kemudian menghadap Philip di sana. "Perintahkan semua bawahan awasi wanita itu. Jika ada yang mendekati dia, siksa mereka!" titah Philip pada Mike. Mike melaksanakannya dia berlalu pergi dari kamar itu. 'Kau akan jadi milikku seberapa berharganya dirimu. Aku pasti akan mendapatkannya,' batin Philip dalam hati berkata. ♡ ♡ ♡ ♡ Lika berada di salah satu tempat restoran, tempat yang dia kunjungi tadi pagi. Dia duduk untuk mencari suasana yang lebih nyaman saat ini hatinya sedang bersedih. Udaranya sejuk ditemani oleh cahaya lampu kelap-kelip. Steven datang menemani Lika dengan keadaan sendirian. Di berikan segelas teh hangat untuknya. Lika menerimanya dan  senyuman tipis. "Terima kasih," ucapnya pelan. Steven duduk berhadapan dengannya, menatap paras wajah cantik milik Lika.  "Apa kau menyembunyikan sesuatu?" tebak Steven "Tidak,  aku hanya sedikit sedih. Apa aku terlihat seperti w************n?" tanyanya melirik Steven. "Tidak, kau wanita baik, menjaga pendirian, tegar," jawabnya "Ya itu menurutmu, menurut yang lain mungkin, aku wanita sok jual mahal." Diminumnya teh yang sudah tidak hangat lagi. Steven tidak bisa berkata apa-apa, dia tahu Alika sedang dalam masalah yang sulit dihadapi. Dia cukup wanita tanggung, menerima semua cemoohan orang lain.  Di balik tempat lain,  seseorang sedang memantau Lika dan Steven. Di tempat apartemen Philip sedang melihat video yang dikirimkan oleh bawahannya, Lika bersama pemilik restoran. Philip mengenal Steven. Philip tidak suka dengan sikap manis dari Steven pada Lika. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN