Anna POV
Kini aku sibuk berkutat dengan berkas-berkas dihadapanku. Aku bingung kenapa pekerjaan sebagai sekretaris bisa sesulit ini. Ditambah lagi dengan proyek baru pria itu yang membuatku harus benar-benar bekerja ekstra. Oh iya aku lupa kalau Daniel tadi menyuruhku untuk meminta bantuan pada Randy apabila aku mengalami kesulitan. Baiklah aku memutuskan untuk ke ruangan Randy.
"Ran bisakah kau membantuku menyelesaikan semua file-file ini?" Tanyaku pada Randy.
"Ya tentu saja Anna, tadi tuan Daniel juga sudah menyuruhku. Kau letakkan saja di meja. Nanti akan kuselesaikan," balasnya. Aku langsung meletakkan tumpukan file itu di mejanya. Aku sangat salut dengan karyawan-karyawan Farez holding ini.. Saat sedang jam kerja semuanya benar-benar sangat fokus dengan pekerjaannya. Bahkan wanita-wanita yang sering merumpipun sangat jarang ku lihat. Memang dari informasi yang kudapat sangat susah masuk keperusahaan ini. Tapi sepertinya itu sama sekali tak berlaku untukku. Lihat! Oceanna libra sangat mudah masuk keperusahaan ini bahkan dengan maksud yang sama sekali bukan untuk memajukan perusahaan ini.
***
"Ini untukmu," kataku sambil memberikan sebuah dokumen yang membuat orang itu tercengang.
"Kau bersungguh-sungguh memberikan ini padaku?" Tanya orang itu sambil mengerinyitkan dahinya menatap sebuah dokumen yang kuletakkan dihadapannya.
"Ya," jawabku sambil duduk dihadapannya.
"Kau... kauu bener-benar..." kata dia terputus-putus. Sepertinya dia tidak percaya dengan apa yang aku lakukan sekarang.
"Kau mau menerimanya atau tidak?" Tanyaku..aku mulai muak dengan sikapnya. Bisakah dia tinggal menerima tanpa bertanya atau basa basi? Jelas-jelas ini sangat menguntungkannya.
"Tentu saja aku mau. Tapi kenapa kau melakukan ini? Perusahan dia bisa rugi triliunan rupiah. Ini pasti adalah tender terbesar dia ditahun ini," tanya dia.
"Kurasa kau tak perlu banyak tau. Bukankah perusahaan kau yang sangat biasa saja ini sangat membutuhkan ini? Dengan dokumen ini kau pasti bisa memenangkan tender ini dan mendapatkan untung triliunan rupiah ini" balasku datar..
"Baiklah. Kau mau kubagi berapa persen dari untungnya?" Tanya dia yang membuat aku tertawa kecil.
"Tidak perlu. Kau ambil saja semuanya. Aku sedang tak butuh uang," balasku.
"Aku permisi," lanjutku lalu berlalu keluar dari ruangannya.
Aku sangat heran kenapa ada manusia seperti Gerald. Dia sangat bodoh sepertinya dibidang bisnis. Tapi kenapa dia sangat memaksakan dirinya untuk ada dibidang ini. Ntahlah. Yang penting sekarang aku sudah sangat puas. Mr.Farez itu akan kehilangan untung triliunan rupiahnya. Tenang saja tampan, ini belum seberapa.
***
Aku kembali ke apartement, hari ini benar-benar melelahkan.
"Kau belum tidur Valerie?" Tanyaku saat melihat Valerie yg masih menonton tv.
"Belum. Tumben kau baru pulang. Apa kau lembur?"
Aku berjalan menuju kulkas mengambil air mineral kemudian duduk disamping Valerie.
"Ya. Sedang banyak tugas," balasku.
"Oh, apakah seorang Libra sudah benar-benar menjadi sekretaris sebenarnya?"
"Sekretaris sebenarnya? Kau fikir aku sebaik itu? Kau harus tau kalau sebentar lagi kita akan melihat sedikit kehancuran Farez yang pertama" balasku.
"Oh ya? Maksudmu?"
"Dia akan rugi triliunan rupiah pada projectnya. Dan ini semua karenaku," ucap ku bangga.
"Benarkah? Wah. Tapi bagaimana kalau ia tahu?" Tanya Valerie.
"Dia tidak akan tahu."
"Ya semoga saja dia tidak tahu," ucap Valerie pula.
"Aku benar-benar sudah mengantuk, aku tidur dulu," aku langsung bergegas ke kamarku.
Sampainya di dalam kamar aku langsung menghempaskan tubuhku di ranjang. Aku memejamkan mataku namun belum untuk tertidur. Aku kembali mengedarkan pandanganku kesekeliling kamar. Aku hanya menempati kamar ini saat malam hari, karena saat siang hari pasti aku sibuk bekerja. Pandanganku terhenti pada sebuah foto di nakas disamping ranjangku. Fotoku dan Fasa yang sedang saling berpelukan, kami tampak sangat bahagia di foto itu. Aku tersenyum kecut menatapnya. Aku sangat menyesal karna jarang memperhatikan Fasa. Sebenarnya itu bukan kemauanku. Keadaan yang menuntutku seperti itu. Sejak ditinggal orang tua kami, aku mulai bekerja keras, aku hanya tak ingin Fasa sampai kekurangan ekonomi. Sampai aku tak menyadari kalau yang sangat dibutuhkan Fasa adalah perhatianku. Aku masih ingat betapa senangnya Fasa saat ia resmi berpacaran dengan Daniel.
Flashback ON
"Kak.... kak" panggil Fasa saat aku sedang sibuk dengan tumpukan berkas-berkas clientku.
"Ya Fasa" balasku seadanya tampa melirik dia.
"Kak, bisakah kau berhenti sebentar. Aku ingin bercerita," rengeknya.
Akupun menghela nafas panjang lalu beralih menatapnya.
"Kenapa? Kau baru memenangkan tender baru? Atau perusahaan sedang untung besar?" Tanyaku. Ya sebagia seorang yang meneruskan perusahaan keluarga, aku rasa hanya itu alasan kenapa ia terlihat senang sekarang. Sebenarnya ayah menyuruhku untuk menerus Afrisa holding. Tapi karna aku sangat tak tertarik dengan bidang itu aku lebih memilih menjadi seorang pengacara.
"Bukan kak,bukan karna itu," balas Fasa.
"Baikalah..kalau bukan karna itu. Jadi karna apa?" Tanyaku.
"Hari ini aku resmi berpacaran dengan Daniel" balas dia sambil tersenyum girang.
"Daniel? Siapa dia?"
"Ah masa kakak tidak tau Daniel. Dia pemilik Farez holding, salah satu rekan kerjaku," balas Fasa yang membuat aku mengeriyitkan dahi. Aku tidak pernah mendengar Fasa dekat dengan Daniel sebelumnya. Tiba-tiba saja mereka sudah pacaran.
"Fasa. Kau yakin sudah ingin pacaran? Apa itu tidak akan menggangu pekerjaanmu?"
"Tentu saja tidak kak. Bahkan aku rasa Daniel akan banyak membantuku dalam mengurus perusahaan. Karna dia jauh lebih berpengalaman dan kakak harus bertemu dengannya." Pinta Fasa.
"Baiklah. Nanti kalau kakak ada waktu ya," balasku lalu kembali berkutit pada berkas-berkasku.
"Ah kakak, terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Pantas saja kakak belum memiliki kekasih dan keduluan oleh ku," ledeknya yang membuatku menatapnya tajam.
"Oh kau mulai meledek kakakmu ya?" Tanyaku lalu langsung menggelitikinya yang membuat dia cekikikan.
Flashback OFF
Aku tertawa kecil mengingat kejadian itu. Andai saja Fasa sekarang masih ada. Aku pasti masih akan sering menggelitikinya karna ledekannya saat menyangkut tentang pria.