Bab 01
Lima tahun yang lalu..
Alas Roban
"Tolong, jangan, lepas, jangan, tolong.." kata Santi dan Titah yang meminta pertolongan saat ingin di lecehkan oleh dua orang pemuda.
"Diam kalian." kata Irsyad pada Titah dan Sinta.
"Percuma kalian berdua berteriak dan meminta pertolongan, karena percuma tidak ada yang akan mendengarkan teriakan kalian berdua haha."
Setelah Titah dan Santi di lecehkan, kemudian keduanya di bunuh, Titah dan Santi mencari dan ingin membalas dendam pada kedua orang tersebut.
Lima tahun kemudian..
Solo
"Bagaimana untuk besok sudah siap belum?" tanya Bara.
"Sudah Bara. Tinggal tunggu kabar saja dari Arga kapan kita akan berangkat." jawab Fandi.
"Oke deh.."
Jakarta
"Duh kok hati saya jadi tidak tenang begini ya, Arga w******p saya ada apa ya?" tanya bu Sarah panik.
[Arga : Nyonya Sarah ingat dengan saya?]
[Nyonya Sarah : Ya tentu saja saya ingat dengan kamu. Ada apa kamu menghubungi saya, bukankah urusan kita sudah selesai ya?]
[Arga : Tentu saja nyonya. Kita sudah tidak punya urusan apa-apa lagi, tapi saya butuh uang nyonya.]
[Nyonya Sarah : Uang?. Bukankah sudah saya transfer semua ya. Lalu uang apa lagi yang kamu minta pada saya?]
[Arga : Silahkan nyonya lihat saja sendiri video yang saya kirim itu pada nyonya.]
[Nyonya Sarah : Kamu memeras saya?]
[Arga : Ya kalau nyonya tidak ingin video itu saya kirimkan pada mertua dan suaminya maka saya minta transferkan saya uang lagi. Saya tunggu hari ini nyonya.]
Arga mengancam bu Sarah untuk mengirimkan sejumlah uang pada Arga.
"Dia mengancam saya. Lalu saya harus bagaimana ini." kata bu Sarah yang panik dan juga takut dengan ancaman dari Arga.
"Loh sayang kok bukannya siap-siap. Yuk yang lain sudah menunggu tuh." kata pak Nano yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
"Oh iya sebentar lagi ya mas."
"Oke.."
"Terpaksa saya kirimkan dia uang agar tutup mulut dan tidak mengirimkan video itu pada ayah mertua dan suami saya." kata bu Sarah yang mengirimkan sebuah bukti transferan pada Arga.
[Arga : Oke nyonya Sarah terimakasih.]
[Nyonya Sarah : I-iya.. I-ya..]
"Huft.." bu Sarah menghela nafas.
Alas Roban
Hi.. Hi.. Hi..
Hi.. Hi.. Hi..
Hi.. Hi.. Hi..
Suara tangisan Titah terdengar kembali di malam hari membuat Santi jadi tidak tega melihat saudaranya bersedih setiap malam.
"Kamu kenapa Titah?" tanya Santi yang melihat Titah sedang bersedih.
"Kenapa jadi seperti ini dan aku sangat merindukan bapak, mbak Santi." jawab Titah yang sedang bersedih.
"Sabar adikku, kita fokus saja dengan tujuan pertama kita yaitu membalaskan dendam kita oleh dua orang yang sangat tega merenggut kesucian kita dan juga yang telah sadis membunuh kita." kata Santi.
"Kamu benar San, tapi sepertinya mereka di suruh oleh seseorang untuk membunuh kita." kata Titah.
"Ya sudah yuk kita pergi ke rumah kita." kata Santi lagi.
"Yuk." kata Titah yang pergi meninggalkan bebatuan dan pergi ke gua.
Titah dan Santi tinggal di dalam gua setelah mereka mati di bunuh oleh dua orang pemuda saat Santi dan Titah menuju ke kampung halaman ibunya.
Jakarta
"Kenapa dari tadi Sarah kelihatan seperti orang yang ketakutan ya?" tanya mbah Sakiman di dalam hati.
"Haduh bagaimana kalau benar-benar video itu di kirim ke w******p ke nomor ayah mertua dan suami saya bagaimana ini." kata bu Sarah di dalam hati membuat mbah Sakiman curiga padanya.
"Sarah.." mbah Sakiman memanggil bu Sarah.
"Inggih pak, enten menapa?" tanya bu Sarah ketika ayah mertuanya memanggilnya.
"Panjenengan punapa ta kaya wong ketakutan mekaten?" tanya mbah Sakiman yang curiga pada bu Sarah.
"Kula mboten ketakutan pak, tapi kula saweg ngelu." jawab bu Sarah berbohong.
"Oh ngelu nggih sampun ngrika tilem kajengipun bapak ingkang ngentosi semah panjenengan mantuk saking kantor polisi."
"Oh inggih pak, menawi mekaten kula amit."
"Inggih nduk."
Mbah Sakiman sebenarnya curiga pada bu Sarah mengenai hilangnya kedua cucunya yang belum pulang ke rumah. Namun mbah Sakiman tidak mau asal menuduh saja dan harus ada bukti yang kuat untuk membuktikannya bu Sarah bersalah ataupun tidak bersalah.
Mbah Sakiman juga meminta bantuan dari temannya di kampung halamannya untuk menyelidiki kasus hilangnya kedua cucunya itu. Ya diketahui Titah dan Santi sudah lama tidak pulang setelah lima tahun yang lalu.
"Kenapa harus ada rekaman video ini segala sih, ternyata dia pintar juga dan sekarang dia malah memeras saya dan meminta uang terus dan terus pada saya." kata bu Sarah yang merasa tidak tenang dan sedang memutar kembali percakapan antara bu Sarah dan juga Arga.
*flashback on*
Jakarta
"Bagaimana dengan tugas kalian berdua?"
"Sudah beres nyonya Sarah."
"Bagus, dengan begitu tidak ada halangan untuk saya mengambil hak, harta warisan dari bapak mertua saya sebab kedua cucu kesayangannya. Sedangkan anak saya Ferdi aman. Karena mereka mengira kalau Ferdi itu adalah anak dari suamiku padahal bukan."
"Maksud nyonya Sarah?" tanya Arga heran.
"Ya karena memang Ferdi bukan anak dari suamiku." jawab bu Sarah.
"Kalau bukan anak nyonya dan tuan lalu Ferdi anak siapa?"
"Anak bos kalian."
"Apa..!! Jadi Ferdi adalah putra tuan Helmi, nyonya?" tanya Arga memastikan.
"Iya jadi kalian memanggil Ferdi adalah tuan muda." jawab bu Sarah tegas.
"Baik nyonya." kata Arga dan Irsyad bersamaan.
"Oke baiklah kalau begitu saya pamit dulu ya dan ini cek untuk kalian. Oh ya satu lagi tadi bos kalian w******p kalau kalian akankan mendapatkan bonus darinya nanti."
"Oh baik nyonya."
"Oke.."
*flashback of*
Jakarta
Tok.. Tok.. Tok..
Suara pintu di ketuk, ternyata itu adalah pak Nano yang masuk kedalam kamar. Kemudian bu Sarah bersikap seperti biasa.
"Sudah pulang mas, bagaimana sudah dapat informasi soal hilangnya Titah dan Santi belum mas?"
"Belum ada dik, sudah lima tahun anak-anak ku hilang dan mereka tidak kabarnya." jawab pak Nano dengan wajah sedih.
"Sabar ya mas."
"Iya dik, ya sudah mas mau mandi dulu ya." kata pak Nano yang segera bangun dari ranjangnya dan meletakan hpnya di meja, lalu kemudian pergi ke kamar mandi tak lupa mengambil handuknya.
"Iya mas."
"HP mas Nano di meja ini kesempatan aku untuk memeriksanya semoga dia tidak mendapat kiriman video." kata bu Sarah yang akan memeriksa HP milik suaminya.
Bu Sarah mengecek HP milik suaminya ternyata tidak ada yang mengirimkan video pada suaminya antara dia dan dua anak buah dari selingkuhannya.
"Ternyata memang tidak ada notif chat video dari Arga, mas Nano sudah mau keluar dari kamar mandi saya harus meletakkannya kembali hpnya dan saya siapkan baju untuknya agar suamiku tidak curiga." kata bu Sarah.
"Sudah selesai mandinya mas, ini bajunya sudah saya siapkan."
"Terimakasih ya sayang."
"Iya mas.."
"Huft hampir saja.." kata bu Sarah sambil menghela nafas panjangnya.
"Oh ya mas besok Ferdi pulang dari pesantren, besok kita jemput atau kita mengirim supir untuk menjemputnya?"
"Besok kita yang jemput ke pesantren dong, sekalian." kata pak Nano.
"Sekalian apa mas?"
"Sekalian kita mencari Santi dan Titah, dik." jawab pak Nano.
"Oh aku kira apa. Ya sudah yuk kita tidur mas." ajak bu Sarah.
Sementara itu mbah Sakiman mendapatkan informasi mengenai kedua cucunya yang hilang dan orang kepercayaan dari mbah Sakiman, memberikan sebuah video yang di takutkan oleh bu Sarah tadi.
"Brengsek..!!" mbah Sakiman mengebrak meja di ruang kerjanya karena marah mengetahui apa yang terjadi pada kedua cucunya dan juga kejahatan dari menantunya.