TWO

2737 Kata
AUTHOR POV   Nggak kerasa malam ini adalah malam keenam mereka di Bali, berarti tinggal dua hari dan dua malam lagi mereka harus balik ke Jakarta. Dua pertama mereka liburan kemarin sudah pergi ke pantai Madewi, pulau menjangan, taman nasional Bali barat, pura rambut siwi, dan pantai baluk rening. Hari ketiga dan keempat mereka pergi ke Pantai Lovina, air terjun singsing, Air Sanih, Air Panas Banjar. Kemarin dan hari ini mereka pergi ke Pura Besakih, Tirta Gangga, Tulamben,Goa Lawah Klungkung, dan pantai Karangasem. Dan besok mereka berencana ke Pulau Nusa Dua, Uluwatu, GWK, Pantai Suluban, Pantai Jimbaran, Pantai Kuta, Velvet & Hypnotized, Kuta Theater, dan pasar wisata Kuta. Malam ini mereka sampai di penginapan kawasan kuta pukul 7 malam. Setelah itu mereka meletakan barang ke dalam kamar dan kembali keluar. Rencananya mereka mau jalan-jalan malam di Kuta. Cuman jalan-jalan malam kok nggak ngapa-ngapain. “Pengalaman pertama duduk di antara orang minum tapi kita nggak ikut minum !” “Trus ini apa namanya Vil ?” tanya Afla polos sambil menunjuk minuman mereka. CTAKKK Vilia yang ada di sampingnya langsung menjitak kepala sahabatnya tersayang itu, sementara yang lain ketawa ngakak. “Awwww sakit Vil ih !” gerutu Afla sambil mengusap rambutnya. “Abis lo sih polosnya keblalasan !” “Enak tau punya temen polos Mar !” Semua langsung menatap Asya aneh, termasuk Afla. Gimana bisa punya temen polosnya keblalasan gini enak ? “Kan kalau mau ngelakuin yang enggak-enggak nggak bakalan bisa, soalnya....” belum sempet Asya melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba ada yang motong. “Yang enggak-enggak gimana ?” Kelima sahabat tadi langsung memasang ekspresi horror begitu tau siapa yang tadi motong pembicaraan Asya dan saat ini berdiri di didekat meja mereka. Kecuali Asya yang hanya masang wajah datar. “MAS ABI !” teriak Nona, Mariska, dan Vilia tertahan takut memancing perhatian. Sementara Afla mengucapnya tanpa bersuara dan si Asya hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi sahabatnya yang pada lebay. “Loh..kkkok bisa..ddi sini mas, bukannya ke luar.. kkota?” tanya Vilia salah tingkah. “Iya luar kota. BALI. Alah udah nggak usah ngeles, kalian mau ngelakuin yang enggak-enggak apa ?” Abi menatap kelima “adiknya” dengan pandangan mengintograsi. Sebelum duduk di salah satu tempat, Abi mencium pucuk kepala Asya dan Nona dengan sayang. “Enggak kok mas, tadi cuman becanda !” Asya memasang senyum yang langsung bikin Abi nyerah. Gimana nggak nyerah kalau yang senyum gini Asya, adik dari sahabat karibnya. “Eh Gam, duduk sini !” Abi sampai lupa kalau tadi dia mengajak Gama sahabat sekaligus partner kerjanya sekarang. Gama mengangguk kemudian duduk di sebelah Abi. Vilia, Afla, Nano, dan Mariska terpaku melihat cowok bule perfect duduk bergabung bersama mereka. Mereka bertempat sibuk memberi kode ke Asya, tapi nggak ada tanggapan. “Sya, Sya, woy ASYA !” panggil Vilia. Yang dipanggil masih sibuk sama hapenya. “WOY ASYAIRA KINARA GAHARU !” panggil Villia sedikit keras. Asya yang risih dipanggil terus sama Vilia akhirnya menoleh sambil mengerutkan alisnya. “ Apasih ?” “Itu bule jangan dianggurin !” bisik Vilia, tetep aja semuanya denger. Asya melirik bule di samping Abi malas. Bukannya kenapa, tapi tampangnya yang songong itu yang bikin Asya malas. Sok ganteng banget dengan tatapan yang sok ditajemin. Emang dia suka bule, tapi nggak asal bule kayak dia, sok kegantengan. “Males !” bisik Asya lebih pelan. “Lo bukannya suka bule ya Sya !” Asya spontan menatap Afla yang polosnya minta apun dengan ekspresi gemas. Rasanya pengen ngelempar hp di tangannya, tapi sayang. Vilia aja ngomongnya masih dipelanin, ini malah dinormalin. “Udah-udah, nggak sopan bikin forum dalam forum !” sindir Abi. “Kenalin dulu, ini Gama temennya mas, Gam mereka adek-adek gue !” lanjut Abi mengenalkan Gama. “Vilia, adik kandungnya mas Abi !” “Mariska, adek cantiknya mas Abi !” “Nona, adek kecenya mas Abi !” “Afla !” “--------“ Yang lain menoleh ke arah Asya yang sampai saat ini masih menatap hpnya. Sementara Gama menatap Asya tajam. “Sya !” Afla, Vilia, Nona, dan Mariska memanggil Asya pelan dan Vilia yang duduk paling dekat sama Asya langsung menyenggol kakinya pelan. Asya mendongak sambil mengangkat kedua alisnya “Lo ngapain sih?” tanya Mariska kesel. “Chatting sama bunda !” “Emang bunda belum tidur ?” Asya menggeleng. “Habis keluar sama mami papi !” “Papi di rumah ?” tanya Mariska. Asya mengangguk. Mariska dan Asya memang sepupuan, papi Mariska adik bunda Asya “Kok malah ngobrol sendiri. Sya !” Asya mendongak menatap Abi. “Iya mas ?” “Buruan kenalin diri kamu, yang lain udah tinggal kamu !” “Oh, Asya, Asya !” “Gama !” kata Gama singkat tanpa mengangguk ataupun tersenyum bikin Asya mencoretnya dari daftar bule incaran. “Rencana mau lanjutin hidup kayak gimana ?” “Lanjut model mas !” “Percaya deh, model internasional !” Mariska langsung mengibas-ngibaskan rambutnya sambil menyebar ciuman melalui tangannya sok ngartis, setelah itu tertawa sendiri. “Lagak lo Mar !” seru Vili. “Afla ?” “Lanjutin hobi lukis kayanya mas !” Abi mengangguk mendengar jawaban Afla. “Kalo Nona cantiknya mas Abi gimana ?” “Apaan sih mas Abi ih, aku mau bikin restaurant !” jawab Nona dengan bangga. “Woaa berarti lo bakal punya pelanggan tetap !” “Hah ?” tanya Nona sambil mengerutkan alisnya. “Iya kan aku bakalan dateng terus ke restaurant kamu. Biar bisa lihat wajah cantik kamu !” “Uhuk uhuk !” Afla yang lagi asyik minum langsung tersedak, dan semua mata spontan ngeliat ke arah Afla, cuman Vilia sama Asya aja yang malah saling ngeliat satu sama lain. “Pelan-pelan Fla, kamu kenapa sih ?” tanya Abi khawatir. Afla terlihat bingung mau jawab apa. Untungnya Asya langsung ngasih kode ke Vilia supaya bantu jawab. “Sorry-sorry Fla, gue nggak sengaja sumpah. Gue tadi pingin naikin kaki eh kesenggol elo malahan !” Afla ngeliat Vilia kaget, tapi dia langsung mengangguk begitu Vilia mengedipkan matanya memberi tanda. Asya yang tahu cuman bisa menahan tawa sambil membalik badannya. Untung nggak ada yang merhatiin Asya, cuman cowok yang saat ini duduk di depannya sedang menatapnya tajam. “Lo si dek, samson banget !” omel Abi disetujui Nona dan Mariska. Tapi Vilia nggak peduli, dia lebih milih mengambil nafas begitu kebohongannya berhasil. “Eh-eh bunda pesen katanya jangan lupa !” Kata Asya tiba-tiba mencoba mengalihkan pembicaraan. “Jangan lupa ?” tanya empat sahabatnya. “Jangan lupa pulang hahahaha !” “Serius bunda ngomong gitu ?” tanya Abi. Asya mengangguk sambil membentuk suer dengan tangannya kemudian mereka ketawa. “Eh tadi Asya belum jawab !” Alis Asya mengerut. “Jawab apaan mas ?” “Setelah ini mau lanjut gimana ?” “Mau lanjut hidup !” jawab Asya santai. “Iyelah hidup, nih anak ! serius gue !” Abi geregetan sendiri denger jawaban Asya. “Haha !” Asya tertawa sebentar sebelum menjawabnya. “Mas tau kan aku nggak suka diatur-atur, tapi mau gimana lagi. Aku butuh uang buat ambil balik perusahaan ayah !” jawab Asya dengan santai. Tapi bagi Vilia, Afla, Nona, dan Mariska ini nggak sesantai Asya. Meskipun nggak ngerasain, mereka tau gimana perasaan Asya sekarang. They are bestfriend, arnt they ? tapi mereka nggak mau melukai ego Asya, jadi lebih pilih diem sambil saling liat-liatan. “Kalo si samson mau kemana ?” Abi mencairkan suasana. “Balik ke hutan !” jawaban Vilia langsung saja diketawain yang lain termasuk Asya. Mereka emang paling bisa ngerubah suasana. “Eh bule ganteng gini dianggurin !” bisik Mariska yang sadar nggak cuman mereka yang ada di meja itu. Tapi ada satu bule yang lagi dianggurin, eman banget ding. “Hmm mas Gama asal mana ?” tanya Mariska dengan gaya merayunya bikin yang lain pura-pura mau muntah. “Amerika !” jawab Gama males. “Asli atau ada campurannya ?” tanya Mariska lagi. “Asli !” “Lo pikir apaan pake ada campurannya !” sahut Vilia kemudian yang lain ketawa. “Ih masa sih mas, tapi mukannya gimana gitu, kaya ada campurannya !” “Campuran baja kali !” sahut enteng Asya yang malah dianggap lelucon sama yang lain. Jadinya ketawa semua, kecuali Gama yang malah menatap Asya lebih tajam. Udah tatapan biasa aja tajam, ini malah ditajamin. Asya tahu kalau dia lagi liatin sama Gama dengan tajam, tapi Asya nggak peduli. “Balik yuk. Udah jam satu nih, besok ngantuk di jalan !” ajak Asya mulai males ngeliat Gama terus-terusan. “Yuk !” sahut keempat sahabatnya. “Besok mau kemana ? gue anter dua hari terakhir kalian. Kemana aja !” “Kemana aja ?” tanya Mariska dan Nona heboh. “Everywhere !” “DEAL !” sahut Mariska dan Nona cepat. “NO DEAL !” Mariska dan Nona menoleh menatap garang ke Asya dan Vilia. “DUA HARI TERAKHIR GUE YANG NENTUIN NAIK APA !” kata Mariska nggak terbantahkan. Sebenernya sepupu tersayangnya masih bisa ngebantah, tapi Asya males. Mumpung tinggal duduk ada yang nyetirin, yaudah aja. “Yaudah yuk gue anter !” Mereka berlima mengangguk. Nggak sampai lima menit mereka sudah berada di depan kamar penginapan mereka. Dan entah sengaja atau enggak, ternyata Abi dan Gama juga nginep di sana. Tapi kalau dipikir-pikir nggak kebetulan juga sih. Yang ngasih voucher hotel papanya si Vilia dan itu juga hotel milik keluarga Vilia. “Good night cantik, mimpiin mas Abi ya !” kata Abi ke Nona nggak sadar kalo ada yang ngeliat mereka dengan tatapan terluka. Yang lain saking sibuknya ngeledekin Abi yang ngegodain Nona, sampai nggak sadar kalo ada yang deketin si Asya. Gama berjalan menuju kamarnya yang berjarak 5 kamar dari mereka. Pas lagi papasan sama Asya, Gama mendekatkan dirinya ke Asyara. “Good night sweetheart !” bisiknya tapi bibirnya lebih dekat dengan leher jenjang Asya membuat darahnya berdesir. Asya langsung menarik dirinya menjauh dan menatap Gama tajam. Gama tersenyum mengejek sebelum kembali berjalan. Sementara Asya langsung masuk kamar tanpa peduli ocehan Abi.                                                                                   ~~~ ASYA POV   “GOOD..” Aku menghentikan sapaanku ketika melihat siapa yang duduk di kap mobil. Om-om BULGAGI (BULE GANTENG GILA). Eh Ganteng ? Aku langsung menggeleng jijik. “GOOD MORNING, QUEEN SUDAH BANGUN ?” Sindir mereka. Aku hanya menahan tawa sambil berjalan mendekat. Emang pagi ini aku yang paling susah di bangunin, mandi paling terakhir. Untung aja nggak ribet dandan. Cuman pake jeans rapped, kaos abu-abu, jaket baseball maroon, dan sepatu converse maroon. Hari ini aku menggerai rambutku yang hanya sebahu. “Hallo sayang, tumben bangun belakangan ?” sapa mas Abi sambil mencium pucuk kepalaku. “Capek mas !” Mas Abi dan yang lain masuk ke dalam mobil, sementara aku yang tadi ada di sisi kanan mobil berjalan ke sisi kiri mobil melewati bule yang masih duduk di atas cap mobil. Aku melewatinya tanpa melihat wajahnya. Tiba-tiba dia menarikku begitu aku melewat di depannya. Aku yang tidak siap hampir saja jatuh kalau dia tidak menangkap tubuhku hingga jarak kami begitu dekat. “Give me morning kiss !” katanya pelan. Aku tersenyum menggodanya kemudian mendekatkan bibirku ke bibirnya. Saat ini dia masih dalam posisi duduk di kap mobil jadi aku nggak perlu jijit. Lagi pula dia juga menundukkan bibirnya. Setelah aku yakin posisi bibirku tepat di depan bibirnya. CUUUH Aku meludah hingga semua ludahku mengenai bibirnya kemudian menatapnya tajam menunggu reaksi apa yang dia tunjukan. Aku melihat rahangnya mulai mengeras dan dia memejamkan matanya menahan sesuatu. Kesempatan itu aku gunakan untuk pergi darinya, tapi bodohnya jarakku terlalu dekat hingga dia menahan tanganku. Matanya perlahan membuka dan cengkraman tangannya beralih ke wajahku sehingga aku terpaksa melihat dirinya. Dia menjilat ludahku yang ada di bibirnya membuatku jijik dan kemudian bibirnya mendekat ke telingaku. “I’ll get you. Soon !” bisiknya baru melepaskanku. Aku langsung masuk ke dalam mobil dengan kesal. Seenak aja dia bertingkah. Coba aja kalau aku bisa jadi milik kamu. Kalau saja sikapmu nggak kayak gitu mungkin aku bakalan jatuh cinta. Eh apa ding, ngelantur. “Lama banget Sya ?” tanya Nona begitu aku masuk dan duduk di belakang. Untung mereka nggak tau apa yang barusan terjadi. Aku hanya tersenyum. Males ngomong, apalagi si bule udah masuk dan duduk di samping mas Abi. Aku dan Vilia duduk di paling belakang, sementara Afla, Nona, dan Mariska duduk di tengah. Selama jalan-jalan hari ini aku bener-bener nggak mood gara-gara bule nyebelin itu. Alhasil aku berusaha terus menghindarinya dan untungnya dia bahkan nggak memperdulikanku. Jadi sebenarnya buat apa aku berusaha menghindarinya kalau dia saja nggak peduli sama aku ? Astaga Asya lo kegeeran banget sih. “Astaga ada gitu orang kayak dia !” gerutuku yang saat ini duduk di pendapa Uluwatu, sendirian sambil menikmati pemandangan. Yang lain ? entah kemana, aku alasan kakiku sakit dan mau menikmati pemandangan dari sini. Aku suka spot ini. “Orang kayak apa Sya ?” tanya mas Abi yang tiba-tiba sudah duduk di sampingku. Dan ada dia juga, tapi dia terlihat nggak peduli. Gimana bisa ada manusia yang bisa berubah-ubah gitu. Kecuali dia turunan bunglon ! eh kenapa aku jadi kesel sendiri sih ! “Nggak papa mas !” “Kamu ngomongin siapa hayo ?” desek mas Abi. Aku mencoba melihat-lihat sekelilingku untuk mencari alasan dan untungnya mataku ngeliat cewek cowok yang keliatannya masih smp foto dengan pose yang cowok meluk cewek dari belakang. Nggak etis banget, belum menikah dan bahkan masih smp kayaknya. “Itu !” aku menunjuk cowok-cewek tadi. “Oh iya, mas juga nggak habis pikir sama anak zaman sekarang !” huh untunglah mas Abi percaya. “Serasa ngomong sama hantu aja !” “Kok hantu ?” tanya mas Abi menatapku. “Iyalah, mas Abi nggak habis pikir sama anak zaman sekarang kan ?” Dia mengangguk. “Emang mas Abi anak zaman kapan ? bahula ? hantung dong !” jawabku asal. Mas Abi tersenyum sambil memelukku. Aku jadi ikut senyum. Makasih Tuhan masih nyisahin mas sebaik ini. “Eh Sya, gimana kalo lo kerja di kantor Gama aja ! kebetulan dia buka kantor baru di sini !” Spontan aku langsung ngeliat mas Abi dengan ekspresi aneh sampai mas Abi tanya. “Lo kenapa Sya ?” HELL NOOOOOOOO Please mas Abi, mau masukkin aku ke kandang macan ? kenapa nggak sekalian ke kandang singa aja sih. “Engg. Nggak usah mas makasih aku masih bisa cari kerja sendiri !” “Percaya Asya udah gede sekarang !” sahutnya sambil mengacak rambutku. “Sya mending kerja di kantor mas aja ya, biar cepet dapet duit buat nebus perusahaan ayah !” Aku diam sebentar sambil menata hatiku. Aku emang harus nebus perusahaan ayah, meskipun nggak besar, tapi itu perusahaan yang dirintis ayah sampai bisa menghidupi keluarga kami. “Nggak ah mas, kkn kali namanya !” kataku sambil tersenyum. “Lo ini, kkn kan kuliah kerja nyata !” “Bukan !” “Apa emang ?” “Kamu kepo nih !” “Ih apaan sih !” “Hahaha !” aku ketawa melihat ekspresi mas Abi yang lucu. Dia langsung memelukku dan aku menyandarkan kepala ke bahunya. Jangan mikir macem-macem ya, cukup semacem aja kalau aku sama mas Abi sebatas adek kakak. Aku juga nggak mungkin ngehianati sahabatku. “Hmm Asya !” “Hmm?” gumamku. “Thanks?” “For ?” tanyaku bingung. “Makasih udah bangkit dan lanjut jalan lagi !” kata mas Asya langsung menohok hatiku. Aku tahu maksud mas Abi, tapi aku tersenyum karena ini yang terbaik. “Masa kita kalah sama batu mas, kan kita manusia punya akal lagi !” balasku dengan menggunakan perumpamaan pula. Aku menganggap semua cobaan dalam hidup adalah batu yang bisa bikin aku jatuh. Tapi kembali lagi ke fitroh kan, aku ini manusia punya akal, masa sama batu aja harus nyerah. “Si kembar sama ayah pasti seneng lihat gadis kecilnya sekarang sudah gede !” “Thanks mas !” Aku tersenyum sambil menikmati pemandangan yang indah di depanku. Aku merasa mas Abi mengangguk kemudian mencium pucuk kepalaku. “I love you sayang, Im always here for you, wherever, whenever, however !” Aku mengangguk. “I know mas !”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN